Reizen VII : part 1

2.1K 79 3
                                    

Hujan terus mengguyur kota Ravenos sejak kemarin siang tak lama sesudah pemakaman selesai. Udara yang lembab dan dingin menyebabkan kaca jendela - jendela, terutama di kamarku dan Gin, berembun. Aku duduk di balkon persis disamping kaca jendela yang menghadap main square. Jendela terus menerus berembun meskipun aku sudah mengelapnya berkali - kali.

Aku memperhatikan orang - orang yang berlalu - lalang dengan menggunakan berbagai macam warna tudung anti air. Mayoritas dari tudung anti air itu berwarna kuning. Tidak banyak berlalu - lalang di alun- alun kota, paling hanya 6-7 orang yang duduk di alun – alun kota tanpa makna apapun. Entah karena hujan atau masih masa berkabung, orang tidak banyak keluar.

Rencanaku hari ini mau ke kastil Estell untuk bertemu dengan Kítrino. Tapi, sangat disayangkan aku tidak terlalu memerhatikan jalan menuju kastil. Saat pertama kali ke kastil aku terlalu asyik melihat pemandangan kota yang asing bagiku. Dan saat pulang dari kastil Estell, kepalaku terlalu pusing untuk memerhatikan jalan. Dan kemarin saat pemakaman, aku juga sedang tidak focus dan tidak menghafalkan jalan sama sekali. Jadilah aku tidak tahu jalan menuju kastil. Aku hanya tahu kalau kastil Estell terletak di utara kota. Mungkin aku akan meminta antara Zurgré atau Téchoun untuk menunjukkan jalan menuju kastil.

Sebuah ketukan membuyarkan lamunanku. Aku segera berjalan kearah pintu dengan kaki telanjang yang langsung menyentuh dinginnya lantai dan membukakan pintu. Didepanku berdiri seseorang berwajah persegi yang dihiasi mata coklat hangat yang tajam, hidung elang dan rambut hitam panjang rapi yang diikat ekor kuda. Dimana aku pernah melihat dia?

Tapi, dari eksperinya yang sedikit bingung dan terkejut walaupun sudah sedemikian dia tutupi, tampaknya dia tidak mengenalku. Setelah pulih dari rasa terkejutnya, dia memasang senyum ramah. Ah. Senyum itu. Senyum itu sangat mirip dengan senyum pertama yang diberikan Téchoun saat dibalai latihan sekitar seminggu yang lalu. Jadi, siapa dia? Aku hanya terdiam ditempatku.

" Ini kamar Zurgré, bukan? Bisakah aku menemuinya?" Tanya orang dengan senyum mirip Téchoun itu dengan ramah.

Oh. Mencari Zurgré rupanya. " Dia sedang berada dikamar mandi, mungkin sebentar lagi keluar." Ckrek! Suara pintu kamar mandi terbuka. " Ah, dia sudah keluar." Zurgré sepertinya sudah tahu kalau ada yang yang mencarinya, jadi dia langsung menuju pintu depan.

" Selamat pagi Tuan muda." Sapa si orang dengan senyum mirip Téchoun.

" Ah, Pardaíle. Untuk apa kau kesini? Kalau kau disini, berarti kakak ada disini kan?"

" Begitulah. Aku diminta Tuan besar untuk menjemput anda. Beliau ingin bertemu anda untuk sesuatu yang tidak bisa kuceritakan pada tempat umum seperti ini." Jawab Si Pardaíle sambil melirikku.

Aku mengerti apa arti lirikkan si Pardaíle dan aku segera keluar dari kamar. Lantai 3 mess tentara hanya terdiri dari 5 kamar untuk tentara tingkat I. Aku dan Zurgré menempati kamar paling kanan. Sementara Téchoun dan Gin menempati kamar yang ditengah. Kamar - kamar ini sedang penuh, tapi aku tidak pernah bertemu penghuni lainnya. Aku berjalan menuju kamar Téchoun dan Gin. Aku baru mengetuk pintu kamar mereka, dan pintu tiba - tiba terbuka di depan mukaku. Mereka berdua sudah memakai tudung anti air dan bersiap untuk pergi.

" Ah, Vanir. Ada apa kemari? " Tanya Téchoun saat membuka pintu.

" Kalian mau pergi kemana?"

" Aku mau menemani Gin ke Markas pusat untuk mengurusi kenaikan pangkatnya yang kemarin tertunda. Jadi, kenapa kau kemari? Ada sesuatu dari Zurgré yang mengganggumu?"

" Tidak. Bukan mengganggu. Dia sedang ada tamu dan membutuhkan privasi. Jadi aku keluar dari kamar. "

" Tamu? Siapa? Seorang tentara? " Tanyanya dengan satu alis terangkat.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang