The Concert

By parkjonghun

4.3K 758 98

Sasa, salah satu manusia yang bekerja sebagai EO yang akan mengurusi konser 10th anniversary dari grup band t... More

1 (The Start)
2 (The Start 2.0)
3 (The Beginning)
4 (Break up story)
5 (Mundur lagi)
6 (First meeting)
7 (First meeting 2.0)
8 (Septian)
9 (Septian 2.0)
10 (Ngeselin)
11 (Ngeselin 2.0)
12 (Brian)
13 (Brian 2.0)
14 (Jae)
15 (Jae 2.0)
16 (Jae 3.0)
17 (Septian 3.0)
18 (Odun sokap?)
19 (Wirya Indigo)
20 (Odun)
21 (Beginning 2.0)
23 (New Studio)
24 (Advice dari Brian)
25 (Jae Lamaran)
26 (Balik Bareng Brian)
27
28 (Ketabrak Ojol)
29 (Fira?)
30 (Some Talks)
31 (When Jae was come home)
32 (Reboot)
33 (Start to fall..)
34 (Septian have rival?)
35 (Devil named Ayas)
36 (Time to think..)
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

22 (Langkah 1)

72 14 0
By parkjonghun

Menerima pilihan yang diberikan oleh Ayas untuk bisa mengajak jalan guru baru mereka yaitu Bu Sandra merupakan hal yang harus dipikirkan matang-matang oleh Brandon. Tentu saja tidak serta merta ia bisa mengajak gurunya tersebut jalan diluar jam sekolah karena pasti Bu Sandra akan langsung menolaknya dengan mentah-mentah. Apalagi Ayas memberikan aturan jika jalan disini adalah benar-benar jalan layaknya seorang teman yang sedang menghabiskan waktu bersama di mall dan sebagainya. Bukan jalan yang mengajak Bu Sandra keluar karena alasan ingin diajari tentang materi yang belum ia pahami.

Brandon tanpa sadar melipat kedua tangannya didada. Matanya tak ia lepaskan dari sosok Sasa yang kini tengah sibuk menerangkan tentang sejarah Indonesia yang membuat Brandon jadi pusing sendiri saking detailnya. 

Gurunya itu ternyata cukup cantik juga kalau dilihat-lihat. Tipikal cantik wanita pertengahan umur 25 tahunan. Tinggi semampai dengan badan yang tidak gemuk namun juga tidak kurus. Rambutnya hitam sebahu dengan aksen cokelat jika terkena sinar matahari yang kini diikat rapih untuk memberikan kesan formal dan berwibawa. Brandon kembali memikirkan mengenai kesepakatannya dengan Ayas. Apakah bisa bocah itu mengajak jalan Bu Sandra atau tidak, itu tergantung bagaimana Brandon mengatur strategi untuk mendekati guru sejarahnya tersebut.

"Ada yang bisa jelaskan lagi tentang peristiwa supersemar? kalau ada yang bisa nanti saya kasih nilai..". Tanya Sasa setelah ia menyelesesaikan penjelasan dari materi yang kini tengah menjadi topik bahasannya.

Seperti halnya kelas lain ketika memasuki jam terakhir, kondisi siswa yang mulai lesu dan tidak bersemangat pun juga terjadi dikelas Brandon. Hampir seluruh siswa tidak ada yang berminat untuk mengangkat tangannya dan menjelaskan kembali materi yang telah mereka dapat beberapa saat yang lalu. Namun rupanya sekitar 2 menit kemudian, salah satu dari siswa kelas 12 IPS 3 itu ada yang bersedia mengangkat tangannya sehingga membuat Sasa spontan menujukan atensinya pada anak tersebut.

Brandon mengangkat tangan kanannya sambil tersenyum manis. 

"Oke, Brandon.. coba kamu jelaskan kembali tentang peristiwa supersemar yang baru saja ibu jelaskan..". Ucap Sasa lalu berjalan menuju meja guru untuk mengambil buku nilai dan memberikan tambahan nilai kepada Brandon. Tetapi sebelum langkahnya sampai pada meja guru ternyata apa yang keluar dari mulut Brandon bukanlah sebuah penjelasan ulang tentang materi seperti yang ia harapkan.

Brandon menurunkan kembali tangannya. Bocah itu juga tak melepaskan pandangannya pada gerak-gerik Sasa yang berjalan menuju meja guru. 

"Saya angkat tangan untuk nawarin ibu minuman.. Bu Sandra pasti haus banget kan abis nerangin materi panjang lebar". Ucapnya santai yang langsung dihadiahi sorakan ramai dari seluruh siswa dikelas.

"Alahh modus!!"

"Najis Brandon, guru sendiri masih diembat!"

"Huuuuuu!". Seru para siswa dan siswi yang mulai heboh sendiri sehingga Sasa harus turun tangan untuk menenangkan suasana.

"Udah, udah.. tenang semua..". Pintanya dengan lembut namun tegas. Aturan pertama bagi seorang guru baru dan masih muda adalah menjadi tegas dan galak karena kalau tidak siswa-siswi akan berlaku seenaknya kepada mereka. Khususnya siswa dan siswi yang sudah terkenal bandel dan berani seperti Brandon dan teman-teman satu gengnya.

Ayas yang kebetulan satu kelas dengan Brandon pun menatap sahabatnya tersebut dengan tatapan geli sekaligus tak percaya. Rupanya Brandon cukup punya keberanian dan kenekatan untuk menerima tawarannya. Tapi Ayas justru melihat hal itu dengan sinis karena ia tau jika Brandon melakukan hal tersebut untuk menjaga reputasinya sendiri.

Setelah menenangkan suasana kelas dan membuatnya menjadi sedikit kondusif, Sasa lantas menatap tegas ke arah Brandon dengan pandangan bingung yang masih dapat ia samarkan.

"Terimakasih Brandon atas tawarannya.. tapi ibu nggak haus.."

Mendapat jawaban seperti itu dari Sasa bukan menjadikan Brandon malu bahkan mengurungkan niat tetapi justru membuat bocah itu semakin berani dengan berdiri dari duduknya dan membawa botol minuman miliknya yang masih terisi setengah. Ia kemudian memberikan botol tersebut kepada Sasa.

"Nggak papa kok bu.. saya cuma mau berbuat baik sama guru saya yang telah memberikan banyak ilmu"

Sasa melihat kearah botol berwarna hitam tersebut dan Brandon secara bergantian kemudian mengamati gerak-gerik siswa dan siswi lain yang terus memperharikan mereka berdua didepan kelas.

Akhirnya agar tidak memperpanjang masalah ini, Sasa pun menerima botol minuman dari Brandon dengan sedikit tepaksa. 

"Kalau begitu terimakasih.. sekarang kamu boleh kembali ke bangku mu". Ucap Sasa yang kemudian dibalas dengan senyuman serta anggukan dari Brandon.

Bocah itu lalu berjalan kembali menuju bangkunya, namun disaat yang sama matanya bertemu pandang dengan tatapan Ayas yang duduk dibangku belakang. Kedua remaja tanggung itu saling tersenyum miring untuk mewakili apa yang mereka rasakan masing-masing. Brandon dengan senyum bangga karena merasa langkah pertamanya telah berhasil dan Ayas yang tersenyum tak percaya pada kenekatan Brandon.

Tidak berapa lama kemudian bel pulang sekolah terdengar yang langsung membuat seluruh siswa dan siswi dikelas seketika sibuk mengemasi barang-barang mereka dari atas meja.

"Kalau begitu, pelajaran hari ini kita cukupkan sampai disini.. hati-hati dijalan semuanya". Tutup Sasa lalu para siswa pun satu-per satu mulai keluar dari kelas termasuk Brandon.

"Brandon!". Panggil Sasa ketika sang siswa didiknya itu hendak ikut meninggalkan kelas.

Spontan Brandon menghentikan langkahnya dan berbalik untuk menghadap kearah Sasa. "Ya bu?"

Wanita itu pum mengemasi buku-bukunya sejenak kemudian berjalan mendekati Brandon yang masih berdiri diambang pintu. Ia kemudian memberikan botol minuman hitam tersebut kepada Brandon. "Ini botol minum kamu.. makasih ya"

Tapi Brandon justru menolak untuk mengambil kembali botol tersebut. "Ibu bawa dulu aja.. besok baru dikembaliin nggak papa.. Yaudah bu saya duluan. Selamat sore..". Ucap bocah itu dengan senyuman manis lalu pergi meninggalkan Sasa begitu saja.

"Brandon!". Panggil Sasa sekali lagi namun sia-sia.

***

Jam sudah menunjukan pukul 19.30 malam ketika Danang tengah asik menghisap rokoknya sambil bercengkrama ria dengan Surya diluar studio latian mereka yang baru. Kedua pria itu memang sengaja datang lebih cepat untuk menyeting alat musik mereka terlebih dahulu. Tetapi seperti halnya para anak band yang lain, sebelum melakukan sesuatu haruslah sebatang dulu..

"Bang, istri lo apa nggak protes lo tinggal-tinggal terus tiap malem buat latian konser?". Tanya Danang setelah meniriskan abu rokoknya diasbak.

Kedua pria dewasa itu kini tengah duduk disalah satu meja kecil yang tersedia didepan studio baru. Meja bulat kecil dari besi dengan dua kursi itu rupanya cukup nyaman untuk sekedar di jadikan tempat nyebat dan ngobrol sejenak sebelum latian.

Surya yang sibuk bermain game dari ponselnya hanya bisa menyahuti pertanyaan Danang dengan asal-asalan. Pria itu memang tidak merokok karena sudah hampir 3 tahun ini Surya berhenti merokok sejak menikah dan kini dikaruniai 1 putra yang menggemaskan. 

"Nggak.. lagian Adel juga paham kalau gue harus latian buat konser.."

"Sadam juga nggak keberatan bapaknya jarang dirumah?". Tambah Danang masih sambil mengepulkan rokok mentol nya.

Mendengar nama anaknya disebutkan, Surya lantas sedikit melirik kearah Danang dengan tatapan bertanya. "Enggak kali ya? lagian kan itungannya ini gue kerja buat menghidupi istri sama anak.. pasti Adel juga udah kasih penjelasan ke anak gue"

"Oh.. yaudah kalau gitu. Syukur deh.. kan nggak lucu kalo rumah tangga lo jadi gonjang-ganjing karena lo jarang dirumah"

"Sembarangan lo kalau ngomong..". Sahut Surya lalu meletakan ponselnya keatas meja karena karakternya dalam dunia game terbunuh dan mengalami kekalahan. Pria itu kemudian mengambil botol teh kemasan yang tadi sempat ia beli dalam perjalanannya kemari disalah satu minimarket sekalian membayar tagihan listrik rumah.

"Eh nang, katanya kemaren lo mau cerita soal gebetan baru lo.. gimana tuh? Udah jadi belom?". Tanya Surya setelah mendadak teringat akan pembahasan dalam grub obrolan mereka beberapa hari yang lalu.

Danang mendadak tertawa mendengar pertanyaan tersebut. "Wah lo masih inget ya bang ternyata.. Belom bang, susah dideketin.. kasih tips dong"

"Cantik nggak?"

"Cantik banget bang.. istri lo kalah..". Jawab Danang sambil bercanda.

Bukannya tersinggung, Surya malah ikut tertawa bersama Danang menanggapi hal tersebut. "Setan lo, pokoknya istri gue paling cantik di dunia nggak ada tandingannya!"

"Iya deh iya.. jadi ada tips-tips nggak nih bang buat deketin gebetan gue?"

"Kata gue sih kalo lo nggak bisa dapetin hati anaknya, coba aja ambil hati orang tuanya.. 85% berhasil sampai pelaminan"

Danang kembali meniriskan abu rokoknya yang sisa setengah itu ke asbak. "Wah kalo orang tua nanti dulu deh bang.. berat--"

"-- Woy! pada ngapain lo berdua?". Teriak Brian yang tiba-tiba datang mengendarai motor scoopynya yang berwarna putih bersama Wirya dibelakangnya sambil membawa alat musik mereka masing-masing.

Danang dan Surya spontan menoleh kearah mereka berdua yang kini tengah memarkirkan motor kemudian turun dan melepaskan helm. Danang menjadi orang pertama yang buka suara sekaligus tertawa terbahak-bahak.

"Mobil lo dimaling apa gimana bang? tumben-tumbenan pake motor, mana boncengan sama bang Wirya lagi". Seru anggota paling muda dalam band tersebut sambil tertawa geli melihat penampakan para kakak-kakaknya tersebut.

Brian lantas menghampiri Danang dengan kesal kemudian menjitak pelan kepala anak itu.

"Bacot lo.. ngapain disini? nggak pada masuk?". Tanya Brian ketika melihat sang gitaris dan drummer masih asik duduk-duduk santai.

"Nemenin Danang nyebat bentar ini..". Saut Surya lalu mulai berdiri dan mengambil tas gitarnya yang ia letakan disamping kursi. "Yaudah yuk masuk aja sekarang.. kurang Jae doang kan.. skuy!". Ajak Surya kemudian berjalan mendahului yang lain memasuki studio.

______________________

Rasanya kek udah 5 abad gue nggak apdet, soalnya gue sibuk uas sama proposalan.. selain itu gue gampang kedistrak gitu sama kerjaan lain. Padahal juga nggak ada yang nanya.. ya gue sih ngomong sendiri aja

Continue Reading

You'll Also Like

495K 49.5K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
62.9K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
194K 16.3K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...