Mask | Jeno βœ”οΈ

By blue_5ha

120K 12.8K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... More

[1] Prolog
Cast
[2] Bali
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[10] Lo Berubah, Jen
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi ⚠
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[18] Gara-Gara Miauw
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi ⚠
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[39] Maaf?
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan ⚠️
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[48] Perpisahan dan Air Mata
[49] Apologize
[50] Perut Karet
[51] Salju Pertama di Bulan Desember
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch ⚠️
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan

1.4K 180 22
By blue_5ha

Suara ketukan pintu membuat seorang gadis yang tengah tertidur di balik selimut hangatnya terbangun. Ia melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 11 siang.

Mengumpulkan kesadarannya sebentar lalu turun dari kasur. Membuka pintu kamar miliknya ; menemukan Hendery yang berdiri dengan piyama hitam melekat di tubuhnya.

"Kenapa?" tanya Zahra saat Hendery tak kunjung bicara.

"Ada teman kamu di bawah."

Zahra terlihat mengerutkan keningnya. Ia merasa tidak memiliki janji dengan teman-temannya. Tanpa mengatakan apapun, ia mendorong pelan tubuh Hendery agar menyingkir dari hadapannya lalu berjalan menuju ruang tamu.

Ia menemukan sosok laki-laki yang berdiri di depan dinding kaca yang langsung mengarah ke taman depan.

Zahra berjalan ke arah sofa, meraih bantal dan meletakkannya di paha.

"Ada apa?" Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah Zahra yang kini kembali memejamkan matanya.

Laki-laki itu menunduk, menghela napas panjang lalu berjalan menghampiri Zahra. Tangan kekarnya mengusap pelan rambut Zahra hingga gadis itu membuka matanya kembali.

"Maaf," ucapnya lalu duduk di samping gadis itu. "Gue gak gak bisa belain lo. Jeno punya cara licik buat gue gak bisa berkutik," lanjutnya mendesah napas kesal.

Zahra menatap tepat pada manik laki-laki di depannya. Hingga ia tersadar dengan maksud kalimat yang laki-laki itu lontarkan.

Jeno? Apa dia udah bongkar semuanya?

"Lo kenapa tadi gak ke kafe bang Doy? Mereka jadi semakin percaya sama rekaman itu."

Zahra lupa jika hari ini Chenle meminta anak OD untuk bertemu di kafe Doyoung. Sepertinya dengan ketidakhadiran Zahra maka membuat mereka jadi mempercayai rekaman itu

Tangan Jaemin setia mengusap puncak kepala Zahra hingga gadis itu meraih dan menurunkan tangan Jaemin dari kepalanya.

Menunduk dalam diam, ia menghela napas panjang dan menatap Jaemin dengan senyuman yang terlihat tegar.

"Boleh ceritain apa aja yang terjadi tadi di kafe kak Doy?" Jaemin diam membisu dan matanya terlihat tidak yakin dengan permintaan Zahra. Sampai gadis itu menganggukkan kepalanya membuat Jaemin mengalihkan pandangan.

Flashback on

Ketujuh laki-laki yang kini sudah berkumpul di meja yang letaknya di sudut kafe. Canda gurau masih terdengar antara Mark dan Haechan disana. Namun berbeda dengan dua remaja laki-laki terkaya di negara ini, Renjun dan Chenle.

Keduanya terdiam dengan ponsel ditangannya yang sedari tadi mereka mainkan. Walaupun tidak ada aktivitas selain membuka tutup lockscreen.

"Apa tujuan lo ngajak kita ketemuan?" Suara Jaemin membuat lelucon yang baru saja akan Haechan lontarkan jadi terhenti.

Chenle meletakkan ponselnya di meja, menegakkan posisi duduknya dan mulai menatap satu persatu teman-temannya.

"Gue agak gak percaya sama apa yang gue dapet kemarin malam," ucap Chenle.

Terdengar helaan napas Renjun, "To the point aja ... ternyata selama ini Zahra berteman sama kita cuma mau manfaatin harta gue dan Chenle."

Kalimat yang baru saja Renjun lontarkan sungguh membuat semua temannya kecuali Chenle dan Jeno terdiam.

"Gak mungkin," ujar Jisung dengan kepalanya yang menggeleng tidak percaya.

"Apa ada bukti?" Pandangan Renjun beralih pada Jaemin yang kini menyandarkan punggungnya di sofa.

Tangannya mendorong ponsel miliknya hingga bergeser ke arah Jaemin. Tanpa pikir panjang Jaemin meraihnya ; memutar rekaman yang ada di ponsel laki-laki itu. Tidak lupa kemaksimalkan volume hingga terdengar oleh yang lainnya.

"Sh*t." Umpatan Jisung setelah rekaman itu selesai membuat Mark menepuk bibir laki-laki itu hingga mengaduh.

"Mulut bisa dijaga?" retoris Mark dengan wajah kesal.

Semua hening, hingga ucapan Jaemin membuat mereka memandang laki-laki itu. "Apa nggak sebaiknya kita tanya dulu ke Zahra? Takutnya itu cuma salah paham."

"Inget, gak ada maling yang mau ngaku. Meskipun itu benar, dia juga gak bakal mau ngaku," ujar Chenle.

"Gue gak nyangka Zahra semunafik itu," ungkap Haechan disusul anggukan oleh Jisung.

"Jaga omongan lo Chan. Lo bakal bersujud ke dia kalau semua terbukti cuma salah paham." Jaemin masih gigih untuk membela Zahra.

"Lo kok keliatan ngebela banget? Lo suka sama dia? ... Masih inget kan kalau Zahra pacar Renjun," sudut Jeno dengan senyuman miringnya.

Jaemin terlihat kesal dengan ungkapan Jeno. Jaemin merasa jika laki-laki itu terlihat santai sejak tadi, seperti hanya menyaksikan drama yang ... ia ciptakan? Jaemin ingin sekali mengatakan bahwa ini pasti akal-akalan Jeno, tapi ia takut jika Jeno nanti akan membalikkan fakta dan malah menuduhnya yang tidak-tidak. Dia tentu paham, siapa Lee Jeno itu. Laki-laki itu pasti memiliki otak licik seperti ayahnya.

"Gue gak nyangka temen gue nusuk semua," ungkap Renjun.

Jaemin tertawa merendahkan, "Lo bilang kalau lo suka sama Zahra. Tapi, lo lebih percaya sama orang lain daripada sama cewek lo. Lebih baik lo dengerin penjelasan dia dulu."

Renjun berdecak kesal, "Bukan orang lain, Jeno dapat rekaman ini dari Bangchan. Gimana gue gak percaya? Sedangkan dia sepupu yang paling deket sama Zahra, pasti dia nyimpen banyak rahasia Zahra."

Jaemin kini menatap Jeno tajam. Sungguh, pintar sekali taktik Jeno. Dia menggunakan alasan bahwa Bangchan yang mengirim rekaman itu.

"Semua cewek sama aja njir. Matre." Mark angkat bicara hingga tangannya memukul meja membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Jaemin mendesah pasrah. Jujur, sia-sia dia membela Zahra pastinya mereka semua lebih percaya dengan bukti rekaman itu. Tapi Jaemin yakin itu pasti salah paham. Ia kenal betul siapa Zahra, gadis itu berkecukupan, tidak mungkin ia memiliki niat memanfaatkan dua temannya.

Jaemin berdiri, tangannya membuka dompet yang baru saja ia ambil dari saku belakang celananya lalu meletakkan selembar uang seratus ribu di samping minumannya yang belum tersentuh sama sekali.

"Gue yakin itu salah paham. Dan lo Renjun, kalau lo pacar Zahra, seharusnya lo percaya sama omongan gue. Zahra dia cewek baik, dan gak ada niat buruk seperti yang kalian pikir ... gue cabut."

Selama di perjalanan, pikiran Jaemin kacau. Ia sangat ingin mengatakan kalau Jeno bohong soal rekaman itu dari Bangchan. Itu hanya akal-akalan Jeno, Jaemin yakin itu.

Jaemin sadar jika Jeno menyukai Zahra. Terlihat dari tatapan Jeno yang terlihat kesal jika Zahra dekat dengan Renjun.

Kali ini di kepalanya hanya ada Zahra. Ia harus ke rumah gadis itu. Baru saja sampai di depan pagar rumah Zahra. Ponselnya berdering.

Jeno is calling...

"Apa lagi?"

Terdengar kekehan dari seberang sana. Jujur saja Jaemin ingin sekali memukul wajah laki-laki itu. Kalau saja ia tidak ingat jika Jeno adalah pemilik saham terbesar di yayasan milik ayahnya.

"Gue cuma mau bilang. Jangan sampai lo bocorin tentang gue ke anak OD."

"Lo beneran suka sama Zahra Jen?"

"Ya, begitulah. Inget ya Nana ku, kalau sampai lo bocorin ... "

Jeda laki-laki itu membuat Jaemin mengerutkan keningnya.

"Saham Lee corp bakal gue cabut dari yayasan bokap lo."

"Lo udah keterlaluan, Jen. Kayaknya obsesi buat lo buta."

"Eits, ini bukan soal obsesi. Ini soal perjuangan gue dapetin Zahra."

"Dan ya, gue gak mau kali ini gue gagal lagi."

"Sakit jiwa lo! Nggak, gue pastiin Zahra gak bakal jatuh ke tangan lo."

"Udah lah, lo tinggal turutin ucapan gue, dan semua clear."

"Clear mata lo buta!? Gue yakin lo pasti punya rencana jahat ke Zahra kan?"

"Tergantung kalau dia masih nolak gue, ya mau gimana lagi. Dah ya gue masih punya banyak urusan ..."

"See you Jaemin."

"Sialan lo, Jen!" Umpat Jaemin saat mendengar suara panggilan yang terputus.

Flashback off


Hembusan napas lirih dari gadis di sampingnya membuat Jaemin kembali mengusap bahu gadis itu pelan. Berniat menenangkan.

"Kayaknya bentar lagi Renjun bakal putusin gue deh Jaem." Jaemin menepuk pelan bahunya.

"Kenapa lo gak jelasin fakta yang sebenarnya ke mereka. Gue yakin mereka bakalan percaya sama lo," ujar Jaemin meyakinkan.

Menyandarkan punggungnya ke sofa dan menatap langit-langit, Zahra kembali berujar. "Gak bakalan deh mereka percaya, lagian udah ada rekamannya. Tapi jujur Jaem, gue waktu itu cuma iseng bicara kayak gitu. Gue gak ada niat sedikitpun buat manfaatin mereka, gue yakin rekaman itu dicut sama Jeno supaya jadi senjata buat ngerusak hubungan gue."

"Tapi, kenapa juga Jeno harus bawa bawa sepupu gue. Udah jelas itu rekaman saat gue di Bali, dan lo tau kan kalau cuma anak OD yang ada di sana."

Jaemin mengikuti Zahra menyadarkan punggungnya ke sofa, "Lo gak mau kasih tahu kalau lo selalu dikasarin sama Jeno ke bang Dery?"

Sejenak Zahra terdiam, ia terkejut bagaimana bisa Jaemin tahu tentang hal itu.

"L-lo tahu?" Jaemin mengangguk pelan. "Sebenernya, Bang Dery udah tau soal itu, tapi ... gue minta ke dia supaya masalah ini gue selesain sendiri."

"Gimana caranya Ra? ... Lo mau pacaran sama Jeno?" Lontaran kalimat Jaemin membuat Zahra memukul lengannya keras.

"Gue gak sebodoh itu ya buat relain perasaan gue. Gila aja ... Gue gak mau pacaran sama cowok psikopat bertopeng itu!"

"Terus lo bakalan ngapain setelah ini?"

Zahra terdiam. Sepertinya ia juga tidak tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini.

"Mungkin dengan gue bertahan, Jeno bakalan capek dan berhenti buat sakitin gue."

Jaemin menatap tak percaya ke arah Zahra. Apa tadi ia bilang? Bertahan ... Bertahan untuk tetap disakiti oleh Jeno sampai laki-laki itu lelah?

...

Sepertinya itu tidak mungkin.

"Please, gue saranin jangan. Lo lapor aja ke papa lo mungkin."

Tawa hambar dari mulut Zahra membuat Jaemin tersadar jika ucapannya salah. "Papa? Mana percaya sama gue. Dah lah lo tenang aja, pasti bakalan capek tuh psikopat. Gak papa lagian, gak mungkin dia sampek bunuh gue Jaem. Tenang aja ... "

"Dan lo juga jangan bilang ke siapapun. Okay?"

Jari kelingking yang Zahra sodorkan ke arah Jaemin membuat laki-laki itu berdecak dan mau tidak mau mengaitkan jarinya juga.

Sebenarnya gue takut, Ra. Gue takut lo malah terjebak di dalam permainan Jeno.

Continue Reading

You'll Also Like

675 80 21
(Jihoon, Asahi, Hyunsuk AU / not bxb) Ini cerita tentang hari hujan. Di mana rintik-rintik bening setia hadir menemani segala situasi, menjadi saksi...
82.2K 10.2K 35
@misochan_05 Banyak keanehan yang kami rasakan, mulai dari tangisan gadis, ketukan di pintu dan jendela setiap malam, Kami sangat terganggu. Namun h...
3.8M 272K 38
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [1] : Taylor Hana Ander...
9.1K 1K 29
[Ι΄α΄„α΄› κœ±α΄‡Κ€Ιͺα΄‡κœ± 𝟣] ❝𝒂𝒏 π’–π’π’‘π’“π’†π’…π’Šπ’„π’•π’‚π’ƒπ’π’† π’ˆπ’–π’š, π’˜π’Šπ’•π’‰ 𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒆𝒙𝒑𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 π’ƒπ’†π’‰π’‚π’—π’Šπ’π’“, π’˜π’‰π’Šπ’„π’‰ 𝒔𝒉𝒐𝒖𝒍𝒅 𝒃𝒆 π’‚π’—π’π’Šπ’…...