HAIHAIHAIII!🖤
APA KABAAAAR?
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
TRIMAKASI ATAS SUPPORTNYAA!🖤
MAAF BARU BISA UP.
PART SEBELUMNYA, MAKSUD PAK REY; ABIS ISTIRAHAT KANTOR (12.30 WIB), PAK REY BARU KE KANTOR. GITU.
NIH BONUUUS. MONMAAP GARING.
GIMANA?
LANJUT..
GITULAH YA GADA AKHLAKNYA.
MAKIN GADA AKHLAK EMANG🙂
DAH SEKIAN, SEMOGA TERHIBUR. MAAF GARING🙂.
HAPPY READING!
Kantor, 11.28 wib
Dira hanya memandangi komputer dihadapannya sembari tersenyum dengan tangan yang menopang dagu.
Tugas Dira memang sudah selesai, sekarang waktunya ia berkhayal dengan aman dan tentram.
PAK REY UDAH JATUH CINTA SAMA GUE KAN?
IYA KAN?
Dira terkekeh geli mengingat saat senyum Rey terbentuk karena tingkahnya tadi.
DIA SUKA GUE, FIX!
Uni dan Rio yang berada di dekat meja Dira, memperhatikan Dira dengan bingung.
Ada apa dengan Dira?
Uni menepuk-nepuk bahu Dira, menyadarkan Dira dari lamunannya.
"Dir," ucap Uni.
Dira menoleh ke arah Uni dan Rio sembari tersenyum, "dia suka gue. Fix, no debat!"
Uni dan Rio mengerutkan dahinya, siapa maksud Dira?
Siapa yang menyukai Dira?
"Siapa?" ucap Uni dan Rio dengan serentak
Dira hanya cengengesan tanpa menjawab pertanyaan Uni dan Rio.
Uni dan Rio saling melirik, mereka kemudian menggelengkan kepalanya dengan bingung.
Setelah itu, Uni dan Rio kembali menatap Dira.
"Dira, ikut ke kantin gak?" ucap Rio
Dira mengerutkan dahinya, "emang udah istirahat?"
Uni dan Rio menganggukan kepalanya dengan serentak.
Dira segera beranjak dari duduknya. "Ayo!" ucapnya, ia segera merangkul Uni dan mulai melangkahkan kakinya menuju kantin.
Rio ikut membuntuti mereka.
-Kantin, 11.40 wib
Dira, Uni, dan Rio menikmati makanannya sembari mengobrol.
"Dir, maksud lo tadi siapa?" ucap Uni
Dira menaikkan kedua alisnya, ia kemudian menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Bukan siapa-siapa, kok."
"Pacar?" ucap Rio
Dira melirik ke arah Rio, ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Bukan," ucapnya.
"Gebetan?" celetuk Uni
Dira kembali menggelengkan kepalanya. "Bukan."
Uni dan Rio saling melirik sejenak, kemudian mereka kembali menatap Dira.
"Ga mungkin suami," ucap Uni.
Rio menganggukan kepalanya, setuju dengan ucapan Uni.
Sedangkan Dira, ia kembali melanjutkan kegiatannya memakan nasi goreng. Menghindari ucapan Uni.
PADAHAL YANG BENER SUAMI.
Mereka kemudian melanjutkan makannya sembari membahas hal-hal lain, termasuk membicarakan gosip-gosip yang ada di kantor.
10 menit berlalu..
"Emang keliatan sih kalo mbak Sasa ngebet sama Pak Rey," ucap Uni.
Rio menganggukan kepalanya. "Cuma belum dapet kesempatan aja, dan juga Pak Rey kan orangnya ga suka di gangguin di luar kerjaan. Jadi, mana bisa dia ngegoda Pak Rey," ucapnya.
Dira mendengarkan percakapan Uni dan Rio sembari mengunyah makanannya dengan geram.
Sepertinya ada yang panas.
"Tenang aja, Dir. Abang kamu mana mau sama mbak Sasa," ucap Uni.
Dira menganggukan kepalanya sembari tersenyum. "Oh, kalo mau juga gapapa. Jodohkan ga ada yang tau," ucapnya.
Uni dan Rio menatap Dira dengan tak percaya.
YA ALLAH, BOONG DOANG!
GA RELA, HAMBA.
Selang beberapa menit, terlihat Sasa dan 2 orang temannya berjalan menuju meja Dira, Uni, dan Rio.
"Mak caper dateng bareng sahabatnya, gais." bisik Uni
"Buruan makannya," bisik Dira.
Mereka makan dengan cepat, dan selesai saat Sasa berada di dekat mereka.
"Ehm, boleh duduk disini?" ucap Sasa
Dira menelan makanan di dalam mulutnya sembari menganggukan kepalanya.
Setelah makanannya lengap dari mulutnya, Dira tersenyum. "Boleh," ucapnya.
Sasa duduk, sedangkan kedua temannya tidak ikut duduk dikarenakan kursi di meja tersebut hanya tersedia 4 buah.
"Yah, kurang dua." ucap Sasa sembari melirik ke arah Uni dan Rio.
KOK BISA ADA ORANG KEK GINI?
Uni dan Rio melirik ke arah Dira, membuat Dira menganggukan kepalanya. Ia paham.
Dira beranjak dari duduknya, diikuti Uni dan Rio. "Kita duluan ya, mbak. Duduk aja sini," ucapnya sembari tersenyum.
Sasa mengerutkan dahinya. "Loh? Dira udah selesai makannya?"
Dira menganggukan kepalanya, GA NGELIAT PIRING GUE YANG UDAH KOSONG KEK HATI JONES?
"Udah selese, mbak." ucap Dira, "kita duluan."
Dira, Uni, dan Rio segera melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan kantin.
"Bagus, Dir. Orang kek dia emang harus digituin," ucap Uni sembari memberikan 2 jempol kepada Dira.
Dira hanya terkekeh, TERNYATA GINI RASANYA JADI ADIK ORANG GANTENG.
LUMAYAN.
"Tapi Dir, gue mau nanya boleh?" ucap Rio
Dira menganggukan kepalanya. "Tanya aja," ucapnya.
"Pas gue baru kerja disini, gue taunya Pak Rey anak bungsu. Ternyata punya adek," ucap Rio.
Dira mengerjapkan matanya. "Oh, biasa.. gosip kantor," ucapnya.
Rio menganggukan kepalanya. "Iya juga, sih.. lagian Pak Rey mungkin ga mau orang lain tau, soalnya kan adeknya cantik. Ntar di embat lagi," ucapnya sembari terkekeh.
"E.. hm," gumam Dira sembari tersenyum dengan canggung.
"Jangan kasi kendor, Yo." celetuk Uni
Rio hanya terkekeh mendengar ucapan Uni.
Skip..
12.40 wib
Dira berdiri membawa berkasnya sembari bertanya hal-hal yang belum ia pahami kepada beberapa karyawan dan karyawati.
"Kalo yang ini gimana?" ucap Dira
Salah satu karyawan menjelaskan.
Dira mendengarkannya sembari menganggukan kepalanya. "Oh, iya. Makasih," ucapnya.
"Sama-sama," ucap karyawan tersebut.
Dira kemudian melangkahkan kakinya kembali ke meja kerjanya.
Dira duduk, kembali menatap layar komputer dihadapannya.
Selang beberapa menit, seseorang berdiri di dekat meja Dira sembari menatap Dira.
Dira melirik ke arah orang yang menatapnya, seketika matanya terbelalak.
"Kak Riza?" ucap Dira
"Lo masih sibuk?" ucap Riza
Dira menahan kesal, ia kemudian beranjak dari duduknya. "Lo mau ngapain?"
"Gue kan udah bilang sama lo semalem," ucap Riza.
Dira menghela nafasnya, ia kemudian menarik lengan baju Riza dan membawanya menuju luar gedung.
Sedangkan Riza, ia mengikuti Dira sembari mengerutkan dahinya.
"Dir," ucap Riza.
Dira masih menarik lengan baju Riza tanpa memperdulikan ucapan Riza dan tatapan bingung orang kantor.
Di tengah perjalanan menuju luar, Dira dan Riza berpapasan dengan sosok wakil Presdir di kantor tersebut.
Abraham Reynand.
Dira menghentikan langkahnya, membuat Riza ikut menghentikan langkah dibelakangnya.
Sedangkan Rey, ia terus melanjutkan langkahnya dan sekilas melirik Dira dengan tatapan dingin.
Dira meneguk salivanya, PAK REY?
"Mampus, salah paham lagi!" gumam Dira dengan kesal.
"Kenapa, Dir?" ucap Riza
Dira menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia menatap Riza dengan tajam. "Gara-gara lo!" pekiknya
Riza terkejut, ia mengerutkan dahinya. "Gue salah apa coba?"
Dira menghela nafasnya. "Mending lo pergi," ucapnya.
Riza menaikkan kedua alisnya. "Gue mau ngomong sama lo," ucapnya.
"Gue udah bilang, gue ga ada waktu buat lo!" ucap Dira
"Lima menit aja," ucap Riza.
"Lo ga budek, kan? Gue ga ada waktu!" ucap Dira
Dira kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Riza, dan mengejar Rey.
Selang beberapa detik, Dira sampai di depan ruangan Rey.
Dira segera membuka pintu ruangan Rey, ia menatap isi ruangan tersebut.
Kosong, tidak ada penghuninya.
Dira mengerutkan dahinya, ia kemudian menutup pintu ruangan tersebut.
"Pak Rey dimana, sih?"
Dira menatap sekeliling, terlihat Tyas membawa beberapa berkas dan berjalan dengan terburu-buru.
Dira segera menghadang Tyas. "Permisi, mbak. Saya boleh nanya?"
Tyas menghentikan langkahnya, ia menganggukan kepalanya. "Ehm.. iya, kenapa?"
"E.. Pak Rey dimana?" ucap Dira
"Pak Rey lagi di ruang rapat, soalnya ada rapat mendadak." ucap Tyas
Dira mengerutkan dahinya. "Ruang rapatnya dimana?"
Tyas menunjuk jalan menuju ruang rapat, "di sana. Kalo mau saya anter sekalian, saya juga mau ke sana."
Dira menganggukan kepalanya. "Boleh," ucapnya.
"Ayo," ucap Tyas.
Mereka segera melangkahkan kakinya menuju ruang rapat.
Selang 1 menit, mereka sampai di depan ruang rapat.
Tyas membuka pintu ruang rapat, ia segera masuk ke dalam ruang rapat dan mendekati Rey.
Sedangkan Dira, ia hanya mengintip isi ruangan tersebut sejenak dari pintu.
Terlihat Rey duduk di sebelah kiri Presdir, tepat menghadap pintu masuk.
Dira mengerjapkan matanya saat Rey mengalihkan pandangannya dari dirinya.
Dira kemudian meneguk salivanya, disana berisi Presiden Direktur, wakil Direktur, dan beberapa kepala divisi lain yang berkumpul dan bersiap untuk rapat.
"Pak, Anindira nyari bapak." ucap Tyas kepada Rey.
Semua orang disana menoleh ke arah pintu, menatap Dira. Termasuk Ayah.
"Kenapa, Dira?" ucap Ayah
Dira segera menggelengkan kepalanya. "Ga jadi, Ay- Pak. Nanti aja," ucapnya sembari tersenyum dengan canggung.
Rey hanya menatap Dira sejenak tanpa membalas ucapan Tyas.
"Ehm, permisi." ucap Dira, ia segera menutup pintu dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruang rapat.
"Kenapa Pak Rey selalu sibuk kalo gue mau jelasin kesalah pahaman ke dia?" gumam Dira dengan kesal, "susah ya punya suami kayak Pak Rey."
"Mana kalo salah paham mukanya makin dingin, kan ga enak di pandang."
HAIHAIHAIII!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
GIMANA PART INI?
MOHON MAAF, PAK REY GA ADA NGOMONG DI PART INI:).
YANG BESOK ATAUPUN UDAH MAU BALIK PONDOK, MAAF YA BELUM BISA SELESE PARTNYA.
MAKASI DOANYA! HEHE. ALHAMDULILLAH, AUTHOR DAH SEMBUH:).
JANGAN LUPA BACA JUGA MHIME 1 & 2!><
MAMPIR KE YT ABANG AUTHOR KUYY! BANTU LIKE, KOMEN, DAN SUBSNYA. TRIMAKASI BANYAK!🖤
JANGAN BOSEN, YA!
SEE U!