Married by Accident

Від litmon

5.2M 382K 57.6K

[ver. belum di edit] Jeon Jungkook dan Shin Jinri adalah tetangga yang terkenal selalu tidak akur. Jeon Jungk... Більше

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Litmon Info (Harap dibaca)
Chapter 22
Chapter 23
Pengumuman (Wajib Baca)
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
ask_litmon
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Pengumuman
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Tolong dibaca :'v
OPEN ORDER MBA versi PDF

Chapter 59

14K 1.4K 644
Від litmon

Hari ini sudah hari ketiga Jinri pergi dari apartemen dan Jungkook masih berusaha mencarinya.

Ia tahu cerita itu dari Yerin karena Jungkook juga mencarinya di apartemen Yerin. Sepertinya Taehyung juga ikut membantu Jungkook, oleh karena itu Yerin dan Taehyung sempat bertengkar.

Yerin memang tidak secara gamblang mengatakan jika ia dan Taehyung bertengkar karena masalah dirinya. Namun, Jinri tahu pertengkaran itu karena dirinya. Taehyung pasti akan marah jika mengetahui kekasihnya ikut bersengkokol untuk melindungi dirinya.

Sekarang Yerin pun masih saja mengeluhkan sikap marah Taehyung yang tidak jelas. Yoora hanya sekali-kali mengangguk atau bergumam menjawab perkataan Yerin dengan ekspresi wajah yang sudah menunjukkan bahwa ia bosan mendengar ocehan Yerin.

Ia tengah lapar dan Yerin mengoceh di depannya sejak tadi sudah cukup untuk membuat moodnya turun. Ditambah lagi pizza pesanannya sampai sekarang belum sampai. Hal itu membuat moodnya semakin tidak karuan.

Setelah penantian panjang Yoora, suara bel pintu berbunyi. Mata Yoora langsung berbinar senang, itu pasti pizza pesanannya pikirnya.

“Biar aku yang buka.” ucap Jinri seraya bangun dari tempat duduknya.

“Okey, terima kasih, Jinri-ya. Kau tahu saja aku sudah lemas karena kelaparan.” canda Yoora.

Jinri hanya mengangguk sembari tersenyum. Ia bergegas ke pintu depan dan membukanya.

Dan disaat itu juga senyumnya luntur. Bukan pengantar pizza yang seperti diharapkannya melainkan orang yang sangat tidak ia harapkan untuk datang saat ini.

“Jungkook.” ucapnya lirih dengan raut wajah terkejut.

“Akhirnya aku menemukanmu, Shin Jinri.” kata lelaki itu dengan senyum lega yang terukir dibibirnya.

Saat itu juga terlihat dari arah dalam, Yoora dan Yerin menyusul. Mereka berdua menyusul keluar karena Jinri tidak kembali-kembali ke kamar.

Mata mereka berdua membulat terkejut ketika melihat Jungkook sudah berdiri di depan pintu.

“Ah... Park Jimin, pasti ini ulahmu.” gumam Yoora.

Yoora yakin Jiminlah yang memberitahu Jungkook alamat rumah orangtuanya. Memang cepat atau lambat mereka akan ketahuan juga namun ia tidak menyangka akan secepat ini. Ia bahkan tidak memberitahu Jimin jika ia sekarang tinggal di rumah orangtuanya, bukan di apartemennya sendiri.

-00-

Jungkook maupun Jinri sama-sama diam hingga pelayan mengantarkan air minum pesanan mereka berdua. Mereka saat ini berada disebuah cafe yang tidak jauh dari tempat tinggal orangtua Yoora atas permintaan Jinri.

Jinri menolak untuk kembali ke apartemen dan Jungkook terpaksa menuruti permintaan Jinri. Ia berharap kali ini mereka berdua tidak bertengkar hebat lagi dan menjadi pusat perhatian pelanggan lain.

“Kenapa kau tiba-tiba pergi seperti ini? Kembalilah ke apartemen kita,” pinta Jungkook. “aku minta maaf atas apa yang terjadi.”

“Untuk apa aku tetap bertahan di apartemen sedangkan kau selalu pergi kepada wanita itu?!” jawab Jinri ketus.

“Shin Jinri, apa maksudmu? Aku⎯”

“Hanya ingin menolongnya. Itukan yang ingin kau katakan. Percuma, Jeon Jungkook. Aku sudah lelah mendengar penjelasanmu. Yang kau pedulikan hanya wanita itu, sejak dulu. Dan...” Jinri mengambil jeda, ia mengalihkan tatapannya menjadi kearah lain. “aku hanyalah tempat pelampiasanmu.”

Jungkook mengambil napas sesaat. “Tidak seperti itu. Yuri Noona hamil dan tidak ada yang menolongnya. Kau juga seorang wanita dan kau pasti paham akan hal ini. Anak itu anak Wonwoo Hyung dan ia mengabaikan keadaan Yuri Noona dan bayinya. Aku hanya membantu. Tidak lebih, Shin Jinri.”

Jinri menatap Jungkook dengan raut wajah marah bercampur sedih. “Kau pikir aku peduli dengan apa yang terjadi padanya. Tidak, Jeon Jungkook. Untuk apa aku peduli pada wanita yang menghancurkan kehidupan rumah tanggaku. Kau sama sekali tidak sadar dampak apa yang ia timbulkan pada kita. Ia sudah bagaikan benalu.”

Jungkook sebenarnya mencoba untuk berbicara baik-baik pada Jinri namun wanita itu menyulut emosinya. “Shin Jinri, apa terjadi padamu? Apa kau tidak memiliki empati dan simpati sedikit pun? Ia hampir merenggang nyawa karena Wonwoo Hyung. Aku tidak mungkin membiarkannya karena masalah ini menyangkut nyawa.”

Rasa marah dan kecewa kini menghatam keras Jinri. Ia dengan susah payah menahan air matanya yang siap kapan saja untuk jatuh. Ia tidak ingin menangis di depan Jungkook, tidak untuk kali ini.

Ia sudah muak dengan penjelasan lelaki itu, Jungkook memang tidak berubah. Egois dan suka memutuskan segala sesuatu sesukanya sendiri tanpa memikirkan perasaannya.

“Karena wanita itu kepercayaan diantara kita hancur, Jeon Jungkook. Kau berbohong padaku, kau tidak memberitahuku sejak awal apa yang terjadi. Kau bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa,” suara Jinri naik satu oktaf. Matanya mulai berkaca-kaca. “sebenarnya aku ini apa bagimu, Jeon Jungkook?”

“Kau pikir kenapa aku merahasiakan semua ini karena aku tidak ingin masalah ini semakin besar seperti sekarang. Kau... dengan  sifatmu yang tidak ingin mendengarkan penjelasanku seperti inilah yang aku hindari, Shin Jinri. Kau ingin aku jujur, lalu bagaimana dengan dirimu?! Apa kau sudah jujur padaku selama ini?” sorot mata Jungkook terlihat menunjukkan kemarahan namun ia masih mengontrol suaranya.

Mau bagaimana pun kini mereka berdua ada ditempat umum. Ia tidak ingin mereka berdua menjadi pusat perhatian.

Jinri mengerutkan keningnya tidak mengerti. Apa maksud Jungkook? Apa lelaki itu mencoba menyerang balik dirinya dengan mencari kesalahannya untuk menutupi kesalahan dirinya sendiri?

“Apa maksudmu? Kau ingin mengatakan aku juga tidak jujur padamu?” Jinri tertawa hambar. “Wah... aku tidak menyangka kau sampai seperti ini.”

“Jung Ilhoon. Kau sering bertemu dengannya, bukan? Di kampus maupun di luar. Saat kau pergi dari apartemen, kau juga bertemu dengannya. Aku tidak tahu kau begitu akrab dengan mantan kekasihmu.” kata Jungkook dengan senyum sinis diakhir perkataannya.

Jika ia bisa mengatakannya, saat ini Jinri sangat takut melihat ekspresi sinis Jungkook. Baru saja ia menantang lelaki itu. Namun, sekarang ia bahkan bisa kalah hanya karena sorot mata lelaki itu. Jungkook marah padanya, sangat marah. Ia tahu itu dan ia tahu bagaimana jika Jungkook marah karena itu ia lebih memilih bicara pada lelaki itu di luar daripada di apartemen mereka.

Dan... yang membuat ia lebih terkejut adalah Jungkook memata-matai dirinya selama ini dan menggunakan hal itu sebagai senjatanya.

“Apa kau memata-mataiku selama ini, Jeon Jungkook? Kau...” Jinri terdiam sesaat. “kau juga tidak mempercayaiku. Lihat apa yang kau lakukan? Kau bahkan menggunakan hal itu untuk menyerangku, untuk menutupi kesalahan fatalmu. Kau bahkan sudah tahu jika ia hanya Sunbaeku di kampus.”

“Aku tidak menyerangmu untuk menutupi kesalahanku, Shin Jinri. Aku membicarakan fakta yang kau sembunyikan selama ini dariku. Aku punya alasan untuk melarangmu berteman dengannya bahkan sekedar bertemu dengannya.” jawab Jungkook.

“Berhenti membawa oranglain dalam masalah ini, Jeon Jungkook. Ilhoon Sunbae tidak ada hubungannya dengan semua permasalahan kita, ia hanya bagian dari masa lalu,” Jinri terlihat mulai jengah dengan pembicaraan Jungkook yang tiba-tiba menyangkutkan Ilhoon dalam masalah mereka. “dan... aku juga punya hak untuk melarangmu bersama wanita sialan itu.”

Jungkook menarik napas mencoba untuk sedikit lebih sabar, ia juga tidak suka membahas Ilhoon disaat-saat seperti ini, Namun, Jinri pun tidak jujur padanya selama ini. Tentu saja Ilhoon mempunyai hubungan dengan masalah yang mereka hadapi sekarang.

“Shin Jinri⎯⎯”

“Kita sudahi saja semuanya. Aku.... aku sudah muak dengan semua masalah ini.” Jinri langsung memotong perkataan Jungkook dengan cepat.

Jungkook terdiam sesaat, ia menatap Jinri dengan raut wajah yang tidak terbaca.

“Apa maksudmu?” tanyanya kali ini dengan suara pelan dan ragu-ragu. Berharap yang ia pikirkan sesaat tadi adalah salah.

“Mari kita berpisah, Jeon Jungkook.” kata Jinri tanpa keraguan. Ia bahkan kini menatap Jungkook tanpa ragu-ragu sedikit pun.

“Kenapa?... kenapa kau tiba-tiba ingin kita berpisah? Masalah ini bisa kita selesaikan dengan baik-baik, Shin Jinri. Bagaimana semudah itu kau meminta berpisah?” Jungkook terlihat marah.

“Karena tidak ada yang bisa dipertahankan lagi. Aku tidak ingin luka ini semakin dalam.” Jinri tersenyum masam.

Jungkook tidak langsung menjawab. Ia menatap wajah Jinri kembali dengan raut yang tidak terbaca. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu.

“Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Mari kita berpisah. Aku akan pergi dari hidupmu jika itu maumu.” jawabnya.

-00-

Jungkook menatap kosong cangkir kopinya yang sudah mendingin. Jinri sudah pergi, wanita itu melangkah mantap meninggalkannya. Ia kembali sendiri. Dingin dan hampa. Itu yang ia rasakan sekarang.

Jinri benar-benar memintanya untuk pergi dari hidupnya. Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi sekarang.

Namun, setelah dipikir semua ini terjadi karena kesalahannya. Ia yang memulai, ia yang melukai Jinri hingga berkali-kali dan dengan bodohnya ia menggampangkan hal tersebut. Ia dengan bodohnya meminta maaf seolah-olah apa yang ia lakukan hanya masalah kecil.

Ia masih ingat bagaimana sorot mata sedih dan kecewa Jinri ketika menatapnya. Wanita itu terluka begitu dalam dan itu karenanya.

Jungkook mengepalkan tangannya. Menahan segala gejolak amarah dan kesedihan yang bercampur jadi satu. Ia berulang-ulang kali menyalahkan dirinya. Seumur hidupnya ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Karena keegoisannya sendiri, ia kehilangan Shin Jinri. Wanita yang ia cintai.

Jungkook mengambil ponselnya seraya bangun dari tempat duduknya. Ia keluar dari dalam cafe menuju mobilnya.

“Apa kau sudah menemukannya?” tanyanya.

Ia menghubungi Jimin. Jimin memiliki banyak koneksi dimana-mana berkat ayahnya. Tidak sulit bagi lelaki itu mencari informasi.

Jung Ilhoon seperti dugaanmu. Ia dalang dari semuanya, ia membayar Park Seyoong, salah satu Paparazzi Yuri Noona.” jawab Jimin tanpa berbasa-basi.

Jungkook tersenyum sinis ketika mendengar dugaannya benar. Ilhoon memang licik, ia benar-benar tidak ingin mengotori tangannya.

Ya! Ingat, jangan bersikap gegabah. Jangan melalukan kekacauan.” peringat Jimin ketika ia Jungkook hanya diam dari seberang sana.
Ia sudah tahu bagaimana kelakuan nekad Jungkook jika sudah marah.

Jungkook mengakhiri panggilannya pada Jimin tanpa menjawab perkataan sahabatnya itu lalu melaju mobilnya dengan cepat.

Ia mengabaikan peringatan Jimin. Ia sudah kacau balau, hidupnya sudah berantakan. Jadi, tidak ada masalah baginya untuk membuat kekacauan.

-00-

“Halo? Ya! Jeon Jungkook!” teriak Jimin. Namun, percuma Jungkook sudah menutup panggilannya.

“Kenapa? Apa katanya? Dimana Jungkook?” tanya Taehyung dengan wajah harap-harap cemas.

“Dia mengakhiri panggilannya sebelum aku bertanya. Aku yakin sekarang ia sedang mencari Jung Ilhoon.” kata Jimin.

“Kita harus menyusulnya. Kau tahu dimana biasanya Sunbae sialan itu berada, bukan?” Taehyung terlihat khawatir.

“Bar. Kita cari mereka di bar tempat biasa.” jawab Jimin.

Taehyung memasang sabuk pengaman dengan wajah serius. “Berpeganglah, Park Jimin. Aku akan mengebut.”

Belum sempat Jimin menjawab, Taehyung sudah tancap gas. Jimin hanya bisa berdoa di dalam hati semoga mereka tidak apa-apa, lebih tepatnya semoga mobilnya tidak apa-apa. Ia akan dibunuh ayahnya jika mobilnya lecet apalagi hingga mengalami kecelakaan.

-00-

Jungkook masuk ke dalam bar dengan matanya yang menyelusuri tiap ruangan mencari keberadaan Jung Ilhoon.

Bar ini adalah tempat Ilhoon dan teman-temannya berkumpul. Lelaki itu pasti ada disini.

Tidak butuh waktu lama bagi Jungkook untuk menemukan keberadaan Ilhoon. Lelaki itu sedang duduk di meja bar sambil bercengkrama dengan teman-temannya.

Tanpa ba-bi-bu Jungkook langsung menghampiri Ilhoon.

Ia menarik kerah kemeja Ilhoon lalu langsung melayangkan tinjunya di wajah lelaki itu. Ilhoon langsung terlempar ke lantai. Ia memegang wajahnya sambil mengerang kesakitan.

Jungkook kembali menarik lelaki itu lalu melayangkan tinjunya yang kedua kalinya.

Suasana bar langsung ricuh. Butuh waktu cukup lama bagi teman-teman Ilhoon untuk menahan Jungkook.

Sebagian yang lain mengamankan Ilhoon. Hidung dan mulut lelaki itu banyak mengeluarkan darah.

“Puas kau, Jung Ilhoon! Kau sudah menghancurkan hubunganku bersama Jinri. Kau benar-benar manusia kepar*t!” teriak Jungkook. Ia kembali berusaha melepaskan dirinya dari teman-teman Ilhoon yang menahannya dengan kuat.

Ilhoon yang digopoh oleh temannya hanya tersenyum sinis. Ia mengusap darah yang terus-menerus keluar dari hidungnya. “Kau pantas mendapatkannya, Jeon Jungkook.”

Mendengar perkataan Ilhoon tersebut membuat Jungkook semakin marah. Entah teman-teman Ilhoon yang sempat lengah, Jungkook berhasil melepaskan diri dari cengkeraman mereka. Dengan gerakan cepat Jungkook kembali mendapatkan Ilhoon dan kali ini ia menghajarnya dengan membabi buta.

Tidak ada yang berani melerai perkelahian mereka lagi. Mereka tahu bagaimana Jungkook, menahan lelaki itu sama saja dengan mencari mati.

Dan... pada saat itu juga terlihat Jimin dan Taehyung datang. Mereka berdua langsung berlari ke arah Jungkook dan menangkap kedua tangan Jungkook. Mereka berdua dengan susah payah menahan Jungkook yang semakin menggila. Mata dan hatinya sudah menggelap. Yang ada dipikiran lelaki itu hanyalah ingin menghajar Ilhoon sampai puas.

Kesempatan itu digunakan oleh teman-teman Ilhoon untuk menyelamatkan lelaki itu. Ilhoon sudah tidak berdaya di atas lantai. Kali ini tidak hanya hidungnya yang mengeluarkan darah, namun mulutnya pun berdarah.

“Aku akan membunuhmu, Jung Ilhoon! Pergilah kau ke neraka, manusia sialan!” teriak Jungkook dengan segala sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.

Jimin dan Taehyung berusaha menyeret Jungkook untuk pergi sebelum pihak berwajib yang melerai mereka. Jika hal itu terjadi maka segalanya akan runyam.

-00-

Jungkook menghempaskan tubuhnya di sofa di ruang kerja Jimin dan Taehyung berdiri di depan Jungkook sambil bertolak pinggang dengan matanya yang menatap marah Jungkook. Sedangkan, Jimin tidak terlihat di ruangan tersebut.

“Apa kau tahu yang kau lakukan barusan, Jeon Jungkook? Kau bisa saja masuk penjara karena ulahmu ini. Ada apa denganmu? Jimin sudah mengatakan padamu untuk tidak gegabah. Bukan begini caranya jika kau ingin balas dendam. Menghajarnya tidak akan menyelesaikan masalah.” Taehyung benar-benar memarahi Jungkook kali.

Jungkook hanya diam, ia terlihat menatap kearah lain, mengabaikan Taehyung yang mengomel dihadapannya. Sikap Jungkook yang seperti itu membuat Taehyung semakin kesal. Masalah skandalnya bersama Kwon Yuri saja belum selesai, artikel tentang skandal tersebut masih bersileweran dan saat ini Jungkook malah menambah masalah dengan membuat skandal menghajar Ilhoon di bar. Ilhoon bisa saja menggunakan skandal ini untuk kembali menyerang Jungkook. 

“Ya! Kau tidak mendengarkanku? Kau membuat skandal baru asal kau tahu dan Ilhoon bisa saja menggunakan skandal ini untuk menghancurkanmu. Jika ini terjadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa.” Taehyung kembali mengomel. Lelaki itu terlihat sangat serius, ia jelas-jelas khawatir dengan sahabatnya ini.

“Jika kau tidak tahu apa-apa, lebih baik kau diam saja.” sahut Jungkook sinis.

“Apa? Apa kau sudah gila? Aku mengatakan hal ini karena kau bisa menghancurkan dirimu sendiri karena sikap gegabahmu, Jeon Jungkook.” kata Taehyung. Ia terlihat tidak terima dengan perkataan Jungkook.

Jungkook langsung menatap Taehyung dengan mata tajamnya. Ia berdiri menghadap Taehyung, dari raut wajahnya jelas terlihat ia kembali marah.

“Persetan dengan perkataanmu, Kim Taehyung! Apa kau ingin aku juga membukam mulut besarmu itu?!” gertak Jungkook dengan suara keras.

Taehyung sudah membuka mulutnya ingin menjawab ketika Jimin datang dan langsung melerai mereka berdua. Ia hanya turun sebentar ke lantai bawah untuk mencari obat luka namun Taehyung dan Jungkook sudah mulai beradu mulut.

“Wow... wow... santai, okey? Kalian berdua tidak bisa bertengkar seperti ini,” lerai Jimin. “Taehyung, sebaiknya kau kembali ke tempat dudukmu dan kau Jungkook sebaiknya kau juga duduk dan mengobati lukamu.”

Taehyung kembali ke tempat duduknya, masih dengan wajah yang kesal. Siapa yang tidak kesal dengan perkataan kasar Jungkook, ia hanya khawatir dan berniat baik untuk mengingatkan sahabatnya tersebut.

Sedangkan, Jungkook mendecakkan lidahnya tidak suka namun tetap menurut perintah Jimin. Ia kembali duduk di sofa. Ah... kepalanya terasa sakit. Mendengar ocehan Taehyung membuat sakit kepala dan suasana hatinya semakin memburuk.

Jimin mulai mengobati pangkal jari Jungkook yang terluka. Lukanya tidak seberapa dibandingnya milik Ilhoon. Jimin yakin lelaki itu babak belur parah dan butuh perawatan rumah sakit.

“Bagaimana dengan Jinri? Apa kau sudah bicara padanya?” tanya Jimin disela-sela kegiatannya mengobati luka Jungkook.

“Aku dan Jinri sepakat untuk berpisah,” jawabnya. Jimin maupun Taehyung terlihat terkejut.

“Ia sudah muak padaku. Ia memintaku untuk tidak muncul dihadapannya lagi.” katanya lagi.

Jimin menutup kotak obatnya setelah selesai mengobati tangan Jungkook. Ia terlihat mengambil napas panjang.
“Kenapa kau menyetujuinya? Kenapa kau tidak mengejarnya? Kau mencintainya, bukan?”

“Karena aku pantas menerimanya. Dari awal semua ini adalah salahku,” Ia mengambil jeda dikalimatnya. “aku mencintainya oleh karena itu aku membiarkan dia pergi. Aku tidak ingin melukainya lebih dalam lagi. Ia pantas bahagia.”

Taehyung dari tempat duduknya terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan keputusan sahabatnya itu.

Jungkook memang pengecut, ingin rasanya ia meneriaki sahabatnya itu dengan kata tersebut. Namun, ia hanya berani di dalam hati. Ia masih sayang pada mulutnya.

Jimin bangun dari tempatnya dengan tangannya menenteng kotak obat. “Tenangkan dirimu terlebih dahulu, kita akan bahas ini nanti. Aku akan mengambil air minum untuk kalian.” ia menepuk bahu Jungkook pelan lalu pergi ke lantai bawah.

Keheningan kembali tercipta. Taehyung maupun Jungkook sama-sama terlihat tidak berniat untuk memulai pembicaraan. Kecanggungan karena emosi sesaat membuat mereka berdua sama-sama terdiam.

Taehyung berdeham beberapa kali. Ia melirik Jungkook sebentar. Sahabatnya itu terlihat sangat kacau. Ia sedikit menyesal dengan perkataannya tadi.

“Hei... aku minta maaf untuk perkataanku tadi. Aku sudah bicara keterlaluan padamu.” Taehyung akhirnya yang lebih dulu buka suara.

“Aku juga keterlaluan. Jadi, tidak usah minta maaf.” sahut Jungkook terlihat tidak terlalu peduli walaupun di dalam hati ia sangat menyesal sudah berbicara kasar pada Taehyung.

Mereka berdua kembali diam, sama-sama larut dengan pikiran masing-masing. Sedangkan, Jimin belum kembali dari lantai bawah. Entah air minum apa yang dibuat oleh lelaki itu hingga begitu lama. Taehyung berharap Jimin cepat kembali karena suasana canggung masih terasa diantara ia dan Jungkook.

“Lalu... bagaimana rencanamu selanjutnya?” tanya Taehyung. Ia tidak tahan juga berlama-lama diam. Ia masih ingin tahu apa rencana Jungkook.

“Aku akan pergi. Seperti yang diinginkan Jinri.” sahut Jungkook cepat dengan senyum tipis. Senyum yang terlihat terpaksa.

Taehyung kali ini menatap Jungkook dengan ekspresi tak terbaca. “Kau tahu. Kau sangat pengecut seperti biasanya.”

Jungkook kembali tersenyum. Kali ini perkataan Taehyung sangat benar. Ia sangat begitu pengecut. Sejak awal pernikahannya bersama Jinri, ia adalah seorang pengecut yang hanya bisa memanfaatkan Jinri untuk balas dendam terhadap Kwon Yuri.

Ia membuat Jinri sebagai tempat pelampiasan perasaannya terhadap Kwon Yuri. Karena itu perpisahan ini sangat pantas ia dapatkan.

-00-

Yoora dan Yerin menatap Jinri dengan ekspresi khawatir. Sejak tadi wanita itu hanya diam dengan wajah yang begitu pucat.

Berbagai dugaan sudah berkecamuk dipikiran mereka berdua. Apalagi melihat Jinri kembali tanpa diantar oleh Jungkook. Hanya saja mereka berdua tidak berani untuk bertanya karena melihat keadaan Jinri yang terlihat tidak baik-baik saja.

“Aku meminta berpisah pada Jungkook. Dan... ia menyetujuinya.” akhirnya Jinri bersuara.

“Hah? Maksudmu kalian akan bercerai?” Yerin yang lebih dulu menanggapi. Ia memegang kedua bahu Jinri. “Shin Jinri, kau tidak bercandakan?”

Jinri mengangguk. Tangan Yerin yang memegang kedua bahu Jinri merosot, ia menatap Jinri tidak percaya. Sedangkan, Yoora lebih memilih diam dengan wajah yang terlihat ikut khawatir.

“Kenapa? Kenapa kalian berdua sangat gegabah? Bercerai bukan untuk main-main, Shin Jinri.” Yerin terlihat sangat tidak setuju. Ia tidak habis pikir dengan pola pikir Jinri dan Jungkook. Apa mereka menganggap bercerai itu hal yang main-main.

“Aku tahu. Aku sudah memikirnya matang-matang. Aku ingin berpisah karena aku sudah tidak tahan lagi dengan semua yang ia lakukan dibelakangku.” sahut Jinri terlihat putus asa.

“Semua bisa diselesaikan dengan kepala dingin, Jinri-ya. Jika kau bercerai, bagaimana dengan orangtuamu? Apa kau sudah memberitahukan mereka tentang masalah ini?” Yerin juga terlihat putus asa. Sebagai sahabat ia begitu khawatir dengan keadaan Jinri sekarang. Ia merasa keputusan bercerai sangatlah terburu-buru.

“Aku tidak tahu. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku memberitahu mereka.” Jinri terlihat semakin putus asa dan bingung.

Benar. Jika ia bercerai maka ia harus memberitahu kedua orangtuanya dan ia tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya orangtuanya.

Yerin menghela napas. Masalah akan semakin besar jika kabar perpisahan antara Jinri dan Jungkook sampai ketelinga keluarga Shin dan keluarga Jeon. Masalah skandal Jungkook, jika Yerin bisa menebak sepertinya hanya sebagian keluarga yang tahu. Para orangtua dari kedua belah pihak belum tahu sama sekali.

Jika ketahuan, maka sudah dipastikan ada perang ketiga antara keluarga Shin dan Jeon. Keluarga Shin pasti akan menyalahkan Jungkook yang menjadi bintang utama dimasalah ini. Sedangkan, Jungkook dan Jinri tidak bisa bercerai secara diam-diam tanpa diketahui keluarga.

Yoora mendekat. Ia mengusap punggung Jinri, memberikan semangat pada sahabatnya itu. “Lebih baik rahasiakan saja dulu. Nanti dibicarakan pelan-pelan pada orangtuamu setelah keadaan lebih tenang. Sekarang kalian berdua Jungkook masih sama-sama dalam emosi yang tidak stabil.”

“Sampai kapan? Hubungan Jinri dan Jungkook Sunbae harus ada kejelasan. Keluarga kedua belah pihak harus tahu dan menyelesaikan masalah ini. Jika mereka ingin bercerai keluarga mereka pun harus tahu. Masalah ini bukan masalah sepele.” Yerin menjawab perkataan Yoora setengah kesal.

“Aku tahu ini bukan masalah sepele, oleh karena itu mereka harus membicarakannya disaat waktu yang tepat. Jika terburu-buru, aku takut Jinri maupun Jungkook akan menyesalinya. Mereka harus lebih tenang terlebih dahulu,” Yoora pun terlihat ikut kesal. Ia tidak suka dengan cara bicara Yerin.

“Menunggu waktu yang tepat sampai kapan? Sampai seluruh keluarga mereka tahu skandal Jungkook Sunbae dari oranglain, begitu? Alangkah lebih baiknya mereka tahu dari mulut Jungkook Sunbae dan Jinri sendiri ketimbang dari berita yang tidak jelas dan suka melebih-lebihkan. Jika mereka semakin lama membiarkannya maka masalahnya akan semakin runyam. Seharusnya kau tahu itu, Lee Yoora-ssi.” kata Yerin tidak mau kalah. Jujur saja, ia tidak suka dengan sikap Yoora yang tidak tegas.

Jinri memijit kepalanya yang terasa semakin berat. Ia semakin lelah ketika mendengar Yerin dan Yoora beradu mulut di depannya. Untuknya sekarang, kedua sahabatnya itu sama sekali tidak membuatnya lebih tenang malah membuat dirinya semakin frustasi.

Ia ingin sendiri.

Itu yang sangat ia butuhkan sekarang.

“Kalian berdua...” Jinri akhirnya bersuara dan sepertinya berhasil mengalihkan perhatian Yerin dan Yoora yang masih beradu mulut. “bisakah kita melanjutkannya besok saja? Aku sangat lelah sekarang.”

Yerin maupun Yoora tentu saja langsung paham akan maksud dari perkataan Jinri. Mereka berdua sadar mereka terlalu berlebihan hingga beradu mulut karena permasalahan yang tengah dihadapi Jinri sekarang.
Akhirnya, Yoora menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Jinri untuk beristirahat dan mengambil waktu sendiri. Jinri juga terlihat kurang sehat. Wajahnya begitu pucat. Wanita itu sedang terguncang dan bodohnya ia dan Yerin malah menambah masalah dengan beradu mulut bukannya menghibur Jinri.

-TBC-



note: silahkan keluarkan hujatan kalian pada mon.

Продовжити читання

Вам також сподобається

5.7M 275K 51
Cerita ini bisa membuatmu gila!! Hati-hati jadi SARJANA BUCIN🚫🚫 [Follow dulu sebelum baca] *** Ini tentang Ana si gadis polos dan pekerja keras. Da...
24K 4.2K 15
- 𝗛𝗮𝗻𝗮𝗴𝗮𝗸𝗶 𝗧𝗮𝗸𝗲𝗺𝗶𝗰𝗵𝗶, 𝘀𝗶𝘀𝘄𝗮 𝗸𝗲𝗹𝗮𝘀 10 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝗻𝘁𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹. 𝗛𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝗶𝗸𝗶𝘁 𝗺𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸𝗶 𝘁𝗲𝗺𝗮𝗻...
6.1K 754 78
Menjual tubuh adalah satu satunya cara untuk Lisha memenuhi kebutuhan dan keinginan berfoya foyanya di kampus, hanya itu yang bisa ia lakukan semenja...
3.8M 477K 45
TERSEDIA DI TOKO BUKU Jayline? Wanita yang tidak menarik sama sekali. Tapi kenapa Oh Sehun Hot Lecturer kampus yang paling disegani bisa tertarik pad...