Aku uploadnya sekarang aja, ya. Soalnya besok mau istirahat 🤧🤧
Mendadak aku nggak enak badan. Hidungku mampet, bersin2 dan kepala tiba-tiba sakit. Bahkan malam ini aja nggak tau bisa nambahin draf season 2 sebanyak 1 chapter lagi apa enggak. Cuma ya untung udah dapat 2 chap tadi siang.
Maaf, yaaa. Tapi ntar kalo udah baikan, aku upload lagi.
Warning :
Episode ini menyebabkan geram pada hati dan hasrat ingin membanting HP. Jadi ... Usahan membaca sambil rebahan. Karena akan menyebabkan hasrat ingin mencakar dan mengutuk.
Selamat membaca.
Jangan lupa vote dan komen 🤭🤭
***
Roseline menjatuhkan sendok perak ke lantai. Rasa marah menyerang hingga membuat dadanya panas. Sialan. Sudah 3 hari ia ditangkap dari toko roti dan dikurung dalam kamar istana Easter atas perintah Pangeran Ein.
Setelah mendekati Roseline, pria itu datang dengan sikap dingin sambil bilang bahwa Rose sekarang adalah tawanan perang.
Awalnya Rose ingin tetap bersandiwara tidak tahu dengan maksud pangeran. Sayangnya, sebelum pria itu menghilang, mereka sempat bertemu. Dengan ancaman pangeran dengan tegas mengatakan identitas asli Roseline, lengkap dengan nama baptisnya.
Sialan. Apa sih sebenarnya yang dilakukan Klein?
"Sialan!" teriak Roseline.
"Kau merasa tidak adil berada di tempat ini?"
Rose segera berdiri dan berbalik, menatap pria pirang yang baru saja masuk itu. Si pengawal putra mahkota. Kalau sebelumnya Rose harus berpura-pura merasa canggung dan takut, sekarang ia tidak akan melakukan hal itu lagi. Identitasnya sudah terbongkar. Jadi, Rose bisa dengan terang-terangan menatap orang-orang sebagai musuh.
"Ternyata Nona Raeliana adalah orang baik. Dia bahkan tidak tahu telah menempatkan musuh di sisinya," kata Tristan dengan pandangan tajam.
Rose mengepal kuat. Raeliana.
Awalnya Rose tidak menganggap gadis itu terlalu berbahaya. Ia hanya mendapatkan sumber dari mata-mata perang bahwa sebenarnya pangeran Easter memiliki tunangan sejak kecil. Rose merasa terganggu ketika tahu bahwa pria yang ingin dimilikinya ternyata punya tunangan.
Rose yang melihat Pangeran Ein melalui rapat strategi kekaisaran bersama Klein setahun lalu, merasa bahwa pria itu sangat menarik. Pangeran memiliki ciri-ciri kebalikan dari Klein. Rose berpikir akan sangat menyenangkan jika punya mainan seperti Pangeran Ein.
Tetapi laporan mengenai Raeliana itu membuat Roseline marah besar. Ia ingin menghabisi Raeliana.
Lalu Rose membuat identitas palsu dan melarikan diri ke Easter, langsung ke dalam hidup Raeliana. Melihat gadis bodoh itu berlari dan menyelamatkannya tanpa curiga. Saat itu Rose berpikir sangat mudah membunuh Raeliana. Namun, karena Raeliana terlihat menarik, jadi tidak masalah bermain sebentar dengannya.
Hanya saja Rose tidak menyangka bahwa akan bertemu Pangeran Ein secepat itu. Melihat pangeran datang menemui Raeliana dan mengabaikan dirinya, Rose jadi semakin ingin melenyapkan gadis itu. Seharusnya skenario penyerangan paman gadungan waktu itu berhasil jika pangeran tidak datang.
Dasar preman sialan, maki Rose dalam hati.
Beruntung sekali Klein langsung membereskan preman tolol itu dan pangeran datang menemuinya untuk memberikan kabar langsung. Betapa senangkan Roseline saat itu. Bahkan Raeliana juga menyodorkannya pada pangeran. Tetapi hanya sebatas itu, pangeran benar-benar mengabaikan Roseline.
Sampai tiba-tiba pangeran mulai mendekatinya. Roseline tidak curiga karena percaya pada daya tarik dirinya. Tetapi pengawal keluarga Servant yang bernama Ercher itu selalu mewaspadai Roseline.
"Pangeran masih berbaik hati padamu," kata Tristan. "Jika sesuatu terjadi pada Nona Raeliana, kau akan dibunuh di tempat."
Sebenarnya sifat bengis Klein dan Pangeran Ein tidak jauh berbeda. Mereka memiliki tipe mana dan kekuatan sihir yang hampir mirip. Bedanya Klein tidak memiliki belas kasih sedikitpun. Sedangkan Pangeran Ein terlihat melindungi beberapa orang yang berharga.
"Seharusnya kubunuh saja gadis itu selagi ada kesempatan!" balas Roseline. Orang-orang Easter tidak mengenal manusia dari Faiore. Mereka tiran yang sesungguhnya.
Iya, seharusnya dulu Roseline membunuh Raeliana ketika memiliki kesempatan berdua.
"Anjing negara seperti kalian berani meremehkanku? Ha!"
Tristan mengangkat tangannya, membanting Roseline ke dinding sampai jatuh tersungkur dengan darah yang muncrat dari mulutnya.
"Kau pikir aku akan melunak hanya karena kau seorang wanita?" tanya Tristan dengan wajah dingin. "Kau seorang tawanan."
Roseline menarik diri, bersimpuh memegang dadanya. Roseline ingat tentang pria ini. Jalan yang ditempuhnya sebelum menjadi kesatria Easter. Seorang pria yang menyegel jiwa baik hatinya saat melenyapkan silsilah keluarga. Anak yang membakar kediaman Marquees Knightdale.
Roseline menyeringai dengan mulut penuh darah. Benar. Easter juga sama gilanya dengan Faiore. Tidak ada kesatria waras di tempat ini.
"Berlakulah sopan selama kau jadi tawanan."
Roseline menatap tajam pintu kamar yang tertutup bersama Tristan yang menghilang. Setidaknya mereka mengurung Rose di kamar dengan semua akses keluar yang dikunci dengan sihir.
***
Charael menatap Ein dengan serius. Kedua tangannya juga tidak diturunkan, tetap saja menopang dagunya. Ein rasa pria itu sedang berpikir setelah menyambut kedatangan Ein dengan perasaan girang. Kemudian berceloteh tentang potongan rambut barunya yang dilakukan oleh seorang wanita janda dari bagian medis.
Charael sudah begitu sejak lima belas menit lalu setelah Ein menceritakan secara singkat tentang tunangannya yang ditawan oleh Klein.
"Tidak bisakah kau mengatakan sesuatu?" Ein merasa kesal karena ceritanya diabaikan.
Bukan cerita. Tetapi sedikit penjelasan kenapa ia datang jauh lebih awal dari jadwal sebelumnya.
Akhirnya Charael menurunkan tangannya dan tersenyum canggung. "Maaf, saya hanya sedang mengingat-ingat apakah Duke Servant memang punya seorang putri atau tidak. Carry tidak pernah mengatakan apa pun."
"Jadi kau berusaha mengingat apakah pernah bertemu dengan tunanganku atau tidak?" Ein menatap tajam.
Charael tertawa sambil mengangkat kedua tangannya ke sisi kepala. "Ternyata Anda tipe pria pencemburu, Yang Mulia."
Apa karena dari 5 kesatria Ein, hanya Charael dan Charlotte yang seumuran dengannya sehingga pria itu bisa mengolok-olok Ein?
"Tunanganku jarang turun ke masyarakat."
Charael membuat ekspresi terkejut, lalu memegang dagunya. "Jangan-jangan anak yang Baginda Kaisar cari saat hari kedewasaan Anda?"
Kenapa harus mengungkit hal menyebalkan itu, sih? Pada hari itu Ein sampai-sampai kabur dari pesta setelah menunjukkan wajahnya selama 1 jam. Padahal Ein berharap hari itu melihat wajah Raeliana yang menghilang.
"Saya ingat," kata Charael. "Waktu itu Anda kabur."
Ein mengembuskan napasnya. "Kau hitung ulang jumlah pasukan yang datang bersamaku, satu per satu tanpa terlewat sedikitpun dan jangan berhenti sampai aku mengatakan benar pada jumlahnya."
"Yang Mulia," protes Charael. "Saya kan hanya bercanda. Soalnya wajah Anda sangat tegang."
"Kau mau main-main denganku?" ancam Ein.
"Eits!" Charael memblokade tubuhnya dengan dua tangan tersilang ketika Ercher mengayunkan pedang padanya. "Jangan begitu dong. Kita ini rekan."
"Tuan Putri dalam bahaya," kata Ercher.
"Huahahaha!" tanpa disangka Charael malah tertawa. Saat melihat wajah dingin Ein barulah pria itu berusaha menahan tawa. Kemudian berdehem. "Berarti dalam situasi genting."
Ercher menurunkan pedangnya.
Jika Ercher sudah bersikap begitu berarti kesatria Ein yang satu ini juga mencemaskan Raeliana. Sebagai seorang pengawal yang sudah diutus Ein untuk menjaga gadis itu.
Perjalanan yang memakan waktu 3 hari ini membuat Ein tidak sabaran. Selama hampir seminggu Raeliana ada bersama Klein. Bagaimana nasibnya? Walaupun Ein tidak ingin memikirkan hal aneh tentang terluka tidaknya Raeliana. Tetapi pria bernama Klein itu jauh lebih gila daripada Ein.
Sebenarnya Ein bisa lebih cepat sampai Cain dengan memanfaatkan portal sihir di lorong bawah tanah kuil Xain, hanya saja tidak mungkin dengan banyaknya pasukan yang ia bawa. Jadi, mau tidak mau Ein harus menempuh perjalanan jauh meski Ercher sama tidak sabarannya.
Tetapi yang terpenting sekarang mereka sudah mendapatkan tawanan yang setimpal.
"Anda bilang kita sudah menawan Putri Roseline, bukan?" tanya Charael.
"Tristan yang berangkat terakhir akan menjaganya."
Charael tersenyum kecil. "Anda meninggalkan dia dengan ahlinya. Binatang buas yang terlihat mirip kucing."
Ein tidak bisa menampik hal itu. Ia tidak bisa mengontrol Tristan saat pria itu sudah marah. Keberuntungan yang bagus jika mereka bisa menyelamatkan Raeliana dan melanjutkan perang sebelum perintah keberangkatan Tristan disampaikan. Hingga saat itu Roseline tidak terluka, maka itu adalah nasib baik untuknya.
"Tetapi, Yang Mulia. Setahu saya Klein bukanlah orang yang peduli pada keluarganya sekalipun mereka mati. Itu juga berlaku untuk tuan putri."
"Itu berarti dia tidak peduli jika adiknya dijadikan tawanan?" tanya Ein.
Charael mengangguk.
"Sial," desis Ein.
"Sebaliknya, tunangan Anda akan baik-baik saja."
"Bagaimana kau yakin?"
Charael menyeringai. "Nona itu akan baik-baik saja dengan catatan kalau Klein sendiri tertarik padanya atau mungkin dalam rentang waktu ini dia sudah—"
"Sudah apa?" desak Ein. Ia mulai tidak bisa mengontrol amarah di dadanya.
"Sudah memutuskan untuk memberikan tawaran pada tunangan Anda sebagai jaminan keselamatan diri."
"Rael—"
"Untuk menyelamatkan nyawanya tunangan Anda pasti akan setuju untuk menjadi permaisuri Klein."
Tidak. Apa Klein pikir Ein akan membiarkan hal itu?
"Raeliana tidak melakukan hal semacam itu." Ein yakin sekali.
Charael kemudian mengangguk tegas. "Anda percaya pada tunangan Anda, ya? Biasanya dalam hal segenting ini, siapa pun akan menyetujui hal itu untuk mengamankan dirinya."
"Tetapi bukan Raeliana."
"Kalau begitu kita harus menyiapkan strategi untuk menyelamatkan tuan putri berambut cokelat emas itu."
.
.
Original Story by Viellaris Morgen
Selasa (21 Juli 2020)
Akhirnya, ketemu ya sama Charael. Mendingan kalian baris, deh. Orang ini tuh idolable banget 🤣🤣
Oke, see you soon, gengs....