Mask | Jeno βœ”οΈ

By blue_5ha

121K 12.9K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... More

[1] Prolog
Cast
[2] Bali
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[10] Lo Berubah, Jen
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi ⚠
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi ⚠
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[39] Maaf?
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan ⚠️
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[48] Perpisahan dan Air Mata
[49] Apologize
[50] Perut Karet
[51] Salju Pertama di Bulan Desember
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch ⚠️
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[18] Gara-Gara Miauw

1.6K 210 55
By blue_5ha

"Mama minta tolong beliin mi instan di mini market depan, stoknya udah habis," pinta Mama.


"Aku ganti baju dulu ya, Ma."

Zahra menuju kamarnya mengambil hoodie putih dan ponselnya. Melihat wajahnya di cermin. Tidak buruk dan tidak perlu make up. Cukup masker saja.

"Mana uangnya?" Zahra menengadahkan tangannya ke arah mamanya. Setelah selembar uang merah berada di atas tangannya barulah dia pamit untuk pergi.

Jalanan perumahannya masih sepi. Mungkin karena ini masih pukul delapan pagi. Hari Minggu seperti ini membuat Zahra bisa istirahat di rumahnya.

Tadi malam dirinya diajak keluar oleh Renjun, kekasihnya untuk ke alun-alun membeli sate ayam. Sebenarnya sempat terjadi perdebatan diantara mereka hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke alun-alun saja.

Airpods di saku hoodienya ia pasang di telinga kanannya dan mulai membuka spotify di ponselnya.

Alunan melodi dari lagu Listen yang dibawakan oleh Beyonce itu memenuhi pendengaran Zahra. Gadis itu sedikit mengalunkan lagu itu meskipun hanya berhaming.

Miauw. Miauw.

Zahra sejenak menghentikan langkahnya, melepas airpods yang ada di telinganya dan mengedarkan pandangannya.

"Tadi kayaknya ada suara kucing deh. Kok gak ada?"

Miauw.

"Lah, suaranya deket."

Zahra termasuk anak yang anti terhadap hewan lucu itu. Gadis itu sangat geli jika ada kucing yang mengeluskan kepalanya dikakinya.

"Aaaaa, kucing," pekik Zahra saat menemukan seekor kucing mendekati kakinya.

"Pergi, hush. Hush," usirnya. Tapi, kucing itu tidak pergi malah semakin mendekatinya.

"Mama, ada kucing. Gak mau," lirih Zahra. Kaki gadis itu menegang saat kepala kucing itu bergesekan dengan kulitnya.

"Buahahahaha, anjir komuk lo."

Zahra menatap lelaki yang ada di depannya, tepat di radius 3 meter menertawainya. Mata Zahra sudah hampir berkaca-kaca.

"Jisung, bantuin. Ambilin kucingnya, geli," suruh Zahra. Jisung hanya memandang Zahra dengan wajah jahilnya.

"Nggak mau ih kotor. Ambil sendiri aja."

"Jisung! Geli ini, gue nangis loh," teriak Zahra karena kucing itu semakin menempelkan kepalanya di kaki Zahra.

Jisung hanya tertawa hingga perutnya sakit. "Ayo cing, buat Zahra nangis cing. Hahaha."

"Jisung Feroga, lo jahat," ucap Zahra dengan isakan tangisnya.

Dengan sedikit menahan tawanya lelaki itu mendekat dan menggendong kucing itu.

"Jangan nangis ih, cengeng."

"Bodo."

"Kucingnya lucu loh, Ra. Liat deh," ujar Jisung seraya menunjukkan kucing itu kearah Zahra.

"Jangan deket-deket." Jisung tertawa, melihat mata Zahra yang sudah memerah.

"Lo mau kemana?" tanya Jisung dengan tangannya yang setia mengusap bulu kicing itu.

"Mini market. Gue duluan." Zahra melangkah meninggalkan Jisung.

"Ikut, neng," ujar Jisung. Lelaki itu menyamakan langkahnya dengan Zahra, masih dengan kucing yang ada digendongannya.

"Gak bisa tinggalin kucingnya gitu?" sindir Zahra.

"Lucu gini, kasihan kalau ditinggal. Liat deh Ra lucu kan." Tangan Jisung menumpu kedua kaki depan kucing itu dan mengarahkannya ke Zahra. Membuat Zahra memukul tangannya keras.

"Anjing lo," umpat Zahra.

"Ini kucing, kok dibilang anjing."

"Lo yang anjing."

"Ayo, ngomong kasar lagi gue lempar kucingnya ke lo."

Zahra memukul kening Jisung dan berlari masuk ke dalam mini market. Meninggalkan lelaki itu yang mendesis sakit.




• Mask •




"Ada lagi kak?"

Zahra menggelengkan kepalanya dan segera menyerahkan uang seratus ribu kearah petugas kasir.

"Mbaknya masih kuliah?" tanya mas kasir yang wajahnya lumayan tampan.

"Iya mas," jawab Zahra sekenanya.

"Saya Jihoon, mbaknya namanya siapa?"

Lelaki itu masih sibuk mengscan barcode belanjaan Zahra dengan pandangan yang sedikit mencuri-curi ke arah Zahra.

"Zahra."

"Cantik namanya ... "

"Kayak orangnya," sergah Jisung yang baru saja meletakkan sekaleng cola di samping belanjaan Zahra.

"Lu ngapain disini?" tanya Zahra ketus.

"Ini tempat umum, terserah gue dong," ujar Jisung dengan wajah songongnya.

"Pacarnya mas?" tanya Jihoon, petugas kasir.

"Bukan, dia babu saya."

Plak.

"Njing, sakit," keluh Jisung saat punggungnya dipukul Zahra.

"Cepet mas. Mama saya nunggu di rumah."

Mas kasir bernama Jihoon itu langsung memasukkan belanjaan Zahra yang di dominasi dengan mi instan ke dalam kantong plastik berlogo mini market itu dan menyerahkannya ke arah Zahra beserta uang kembalian.

"Terimakasih kak, sudah berbelanja."

Zahra tidak menjawab dan segera keluar dari mini market itu.

"Maklum mas, lagi on mode garongnya."

Jihoon hanya tertawa mendengar ungkapan Jisung.



Mask •



"Assalamualaikum, Ma ini belanjaannya, tadi aku beli cemilan juga. Gapapa kan?"
Zahra meletakkan kantong plastik di atas meja bar dapur.

"Iya, minta tolong lagi dong. Kamu masukin ke lemari persediaan ya."

Zahra meraih kantong itu, berjalan menuju lemari persediaan tepat disamping lemari es. Setelah menyelesaikan tugasnya, Zahra berjalan ke arah ruangan keluarga.

Gadis itu menyalakan televisi dan duduk di sofa. Mengganti channel hingga sampai di tayangan sinetron.

"Assalamualaikum, ukhti. Main yuks," teriak seseorang pengganggu dari halaman rumah Zahra.

"Waalaikumsalam. Zahra itu siapa kok teriak-teriak kayak gitu?" Mama Zahra sampai keluar dari area dapur dengan tangan kanannya yang memegang tutup panci.

"Orang gila kayaknya."

Zahra menengok jam dinding di atas Televisi yang menunjukkan pukul 12.15. Zahra mematikan televisi dan berjalan keluar. Dia sudah tahu siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan teman buluknya.

Baru saja pintu dibuka, Zahra menemukan 7 orang yang tanpa dosanya sudah duduk di atas teras seperti gembel.

"Ngapain ke rumah gue sih? Nyampah aja kalian," ujar Zahra dengan dirinya yang masih memegang pintu rumahnya.

"Mau minta makan," jawab Haechan asal.

"Ih, lo aja yang minta makan. Gue mah banyak makanan di rumah," sela Chenle.

"Iya iya sultan mah bebas," celetuk Haechan.

"Mau masuk gak? Kalau gak, gue tutup nih pintu," ucapan Zahra membuat ketujuh pria itu berdiri dan memasang wajah penuh senyuman.

Zahra menyingkir ke samping saat Chenle tanpa dosanya menggeser tubuhnya dan langsung masuk ke dalam. Diikuti Haechan dan lainnya.

Tepat saat Jeno melewatinya, pria itu berhenti dan tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Zahra. Membuat gadis itu menepis tangan Jeno.

"Tante, Haechan in the house," teriak Haechan.

"Eh, kalian yang datang. Tadi kata Zahra orang gila." Mama Zahra keluar dari dapur dengan senyuman manisnya.

"Mana ada orang gila seganteng Haechan, tante."

Ucapan Haechan membuat lelaki yang ada disana memandang ke arah lain. Bahkan, Renjun berakting seperti akan muntah.

"Yaudah tante siapin minum dulu ya. Kalian duduk dulu."

Mereka pun segera duduk di sofa dan ada pula yang duduk di atas karpet.

"Ada PS gak Ra?" tanya Jisung.

"Gue masih marah sama lo ya," ucap Zahra yang masih fokus dengan sinetron yang ia lihat.

"Idih, ngambek."

Jeno, Mark, Jaemin, Renjun, Chenle, dan Haechan yang tidak tahu permasalahan kedua temannya itu saling pandang. Bahkan Haechan dan Jaemin saling mengkode satu sama lain.

"Kalian kenapa?" tanya Jeno.

"Masalah kucing," sahut Jisung.

"Lo jahilin Zahra?" Kali ini Renjun yang angkat bicara.

"Nggak, gue tadi kan jalan-jalan terus denger ada yang teriak. Ternyata ada bocah yang nangis gara-gara dideketin kucing."

Zahra melempar remote ke arah Jisung, untung saja remote itu jatuh tepat di sofa sampingnya. Jika tidak bisa dipastikan kepala Jisung memar.

"Gue nggak nangis ya," bela Zahra.

"Terus yang tadi bilang kayak gini, Jisung Feroga, lo jahat, hiks hiks," ucap Jisung seraya menirukan ekspresi Zahra tadi.

"Anjing." Chenle yang berada di samping Zahra memukul mulut gadis itu.

"Sakit, Lele," pekik Zahra.

"Renjun, pacar lo ngomong kasar. Masa dia bilang anjing," adu Chenle pada Renjun yang duduk di samping Haechan, jauh dari Zahra.

"Iya Njun, tadi gue di mini market juga di anjing-anjingin. Kasar dia tuh, perlu di cipok," ujar Jisung.

"Heh, bocah, lo dapet bahasa cipok dari siapa?" marah Mark.

Kalau sudah begini, sudah dipastikan Mark akan mengintrogasi Jisung.

"Dari Haechan," jawab Jisung polos.

"Heh, Malih, gue diem ya, kapan gue ngajarin kek gitu."

"Waktu di kampus," jawab Jisung lagi.

"Lo ngajarin yang gak bener ya Chan," timpal Jaemin.

Mama Zahra datang membuat percakapan mereka berhenti.

"Ini kenapa kok Jisungnya dimarahi?" tanya Mama Zahra. Wanita itu meletakkan nampan berisi minuman dan cemilan yang tadi Zahra beli.

"Ini tante, Haechan ngajarin Jisung yang gak bener," sahut Renjun.

"Astagfirullah, nggak tante. Haechan dinistain sama anak-anak," ujar Haechan dengan wajah memelas.

Mama Zahra hanya tersenyum melihat tingkah teman-temannya itu. Lain halnya dengan Zahra, gadis itu harus menahan emosinya karena tangan Jeno yang berada di belakang kepalanya terus menerus memainkan rambutnya.

"Lo bisa diem gak?" desis Zahra saat melihat Chenle yang sudah pergi menghampiri Jisung untuk bermain game. Sehingga tinggallah Jeno dan Zahra di sofa itu.

"Gue kangen," bisik Jeno tepat di samping telinganya membuat Zahra merasakan gelenyar aneh.

Continue Reading

You'll Also Like

643K 13.8K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
3.6K 144 6
Selamat untuk Debut Solo Baekhyun!!!❀️✨ Details Artist : Baekhyun (EXO) Album : City Lights - The 1st Mini Album - EP List Tracks : - UN Village ...
35.8K 3.1K 38
Aku hanya seorang gadis miskin, semua orang membenciku jangan dekati aku - Park Jihyo Tidak ada alasan bagiku untuk menjauhi bahkan membencimu - Kang...
1K 244 12
Daripada menikmati rintikan air hujan, jaemin lebih senang melihat dan memotret gadis pencinta hujan. Hujan membuat jaemin bisa melihat senyum dan ju...