The Twins ✓

By kimjinieya__

97.2K 10.9K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 15

2.4K 307 27
By kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Pukul 03.19 KST

"Hah hahh.."

Deru nafas yang cukup kencang terdengar begitu dominan di keheningan dini hari kediaman Kim. Nafasnya terengah - engah dan mengerang tertahan. Entah apa yang terjadi padanya saat ini.

Pemuda ini duduk di atas ranjang dengan peluh yang banyak. Kepalanya mendongak mencoba meraup oksigen sebanyak - banyaknya. Kedua mata pemuda tersebut belum juga terpejam sejak pukul 11 malam tadi. Ditambah Ibunya membuat masalah dan menbuat dirinya berakhir seperti ini. Beruntung dirinya bisa menutupi rasa sakitnya dari sang Ibu. Bahkan kaos Seokjun sudah basah kuyub karena penyakitnya kambuh. Sebab ia tak biasa tidak tidur dan melupakan obatnya. Malam ini ia tidak meminum obatnya dan berakhir seperti ini. Tidak hanya malam ini saja, tapi Seokjun sudah beberapa kali selalu melupakan obatnya. Terlalu sering malah. Apalagi sebagian obatnya ada yang ia buang di closet. Seokjun hanya ingin tidak menjadi lelaki manja yang bergantung sama obat dan bisa sekuat kembarannya.

Tangannya terangkat mengusak surai rambutnya kesal. "Kenapa aku.... jadi kepikiran dengan anak nakal itu? Sampai aku tak bisa tidur malam ini" gumamnya terbata.

Tangannya berpindah tempat ke dadanya. Menahan dada kirinya yang berdenyut sangat sakit. Ia mengerang kembali. "Errghh... Da-d-dadaku... S-sa-sakithh... Akh!" rintihnya pelan.

Reflek tangannya terangkat mencengkram kaos bagian dada dan memukul - mukul dadanya. Ingin sekali menghilangkan rasa sakit yang begitu menyakitkan baginya saat ini.

Baru kali ini Seokjun kambuh. Sebelum - sebelumnya anak itu tak kambuh hingga separah ini. Wajahnya sudah memucat pasi. Seperti mayat yang baru saja meninggal. Bahkan pucatnya wajah Seokjun mengalahkan pucatnya Yoongi sahabat kembarannya. Kedua bibirnya terbuka. Meraup oksigen sebanyak - banyaknya dengan serakah. Matanya sudah setengah menutup. Kepalanya bersandar di headboard ranjang dan menatap sayu langit - langit kamarnya.

'Jangan sekarang, ku mohon...' mohonnya dalam hati.

Perlahan tapi pasti tubuh Seokjun tumbang di atas ranjangnya. Sampai akhirnya tubuh Seokjun terjatuh sempurna di ranjang. Meringkuk dan mengerang kesakitan. Ia tak bisa menahan rasa sakitnya kali ini.

Matanya memerah menahan tangis dan rasa sakit bersamaan. Ia tak boleh selemah ini. Setidaknya dirinya harus kuat demi bertemu dengan saudara kembarnya sebelum ia sepenuhnya pergi dari dunia ini.

"Seokjin-aahhh...  Akhh..." erangnya.

Seokjun sudah tak perduli lagi dengan orang - orang di luar sana. Ini sungguh menyakitkan baginya. Sungguh tak mampu menahannya lagi. Tapi demi Seokjin, ia harus bertahan sampai dirinya bertemu dengan Seokjin. Untuk--

--terakhir kalinya.

"S-saengiehh.." lirih Seokjun.

Matanya sudah hampir sepenuhnya terpejam. Pandangannya memburam. Dadanya naik turun dengan nafas yang tak beraturan. Tak ada lagi kesempatan dirinya untuk bertemu dengan saudara kembarnya. Namun mata Seokjun keduanya sudah setengah terpejam dan memburam.

"SEOKJUN-AAA!!"

Dan hanya terdengar sekilas suara panggilan yang memanggil namanya sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

"TIDAK!!"

Teriakan kencang dari seorang pemuda berbahu lebar di lantai dua membangunkan seorang pemuda berkulit pucat yang sedang tidur di sofa ruang tengah Apartemen. Bahkan pemuda tersebut sampai terduduk saking terkejutnya. Tatapannya kosong dan matanya membola. Dadanya bergemuruh karena terkejut. Wajahnya kusut dan masih setengah sadar. Mencerna apa yang baru saja terjadi padanya tadi.

Min Yoongi.

Ya. Min Yoongilah yang baru saja terkejut dengan teriakan pemuda di lantai atas.  Yoongi mendengus karena tidur nyenyaknya terganggu. Lantas mendongak, tepatnya mengarah pada kasur Sahabat tertuanya berada.

"Kenapa dia berteriak? Apa dia bermimpi buruk?" gumamnya.

Dengan malas, Yoongi menurunkan kedua kakinya. Bangkit dari sofa dan melangkah menaiki tangga menuju lantai dua. Menghampiri sahabat tertuanya yang sedang mengatur nafasnya. Dengan tatapan kosong lurus kedepan. Matanya bahkan terbelalak sempurna. Sahabat tertuanya ini memang sedang terkejut saat ini.

Anehnya, suara teriakan sekencang itu, tak mengganggu atua mengusik saudara dari sahabat tertuanya yang terlelap di sampingnya. Jika ada gempa atau tsunami sekalipun, anak itu tak akan bangun sepertinya.

Benar - benar tidur seperti orang mati.

Yoongi mendekatinya. Berdiri di sampingnya dan menepuk bahunya dengan perlahan. Agar tidak mengejutkan sosok pemuda yang melamun di hadapannya ini. Seraya memanggilnya.

"Jin?" panggilnya pelan.

Sedikit tersentak. Seokjin mendongak dan mendapati sahabatnya yang menatap dirinya. "A-ada apa?" tanyanya terbata.

"Kau bermimpi buruk?" tanya Yoongi tanpa menjawab pertanyaan Seokjin.

Atensinya kembali beralih menatap lurus ke depan. Pandangannya kembali kosong. "Aku memimpikan Seokjun" jawabnya pelan.

Deru nafasnya kini mulai berangsur membaik. Sedikit demi sedikit Seokjin mengatur nafasnya yang tak beraturan. Tatapannya masih kosong walaupun dirinya menjawab pertanyaan Yoongi barusan.

Melihat itu Yoongi duduk di siri ranjang sahabat tertuanya. Yang awalnya menepuk bahu Seokjin kini berganti dengan mengusap pelan punggung pemuda berbahu lebar Kim. Mencoba menenangkannya meskipun tak sepenuhnya membuat Seokjin tenang.

"Aku takut terjadi sesuatu pada Seokjun, Yoongi-ya. Aku bimbang. Tidak mungkin juga aku berkunjung ke rumah sepagi ini," gumam Seokjin menunduk.

Kedua tangannya mencengkram rambutnya sangat kasar. Mengerang frustasi pada hidupnya yang begitu menyedihkan di matanya. Ia mengacak surai ungunya kasar. Sedangkan Yoongi hanya menatapnya dalam diam di sisinya. Menunggu sampai Seokjin mau menceritakan semua keluh kesahnya yang tersimpan di dalam hatinya. Meski belum tentu Seokjin akan bercerita sepenuhnya. Tangannya bahkan masih stay di punggung Seokjin.

Sepertinya usapan lembut yang Yoongi lakukan mampu menenangkan Seokjin saat ini?

Mungkin.

Helaan nafas kasar memecah keheningan dan itu berasal dari Seokjin. "Seokjun tidak bisa tidur semalaman dan aku yakin Jantungnya kambuh. Kau tahu? Inilah yang aku takutkan darinya, Yoongi-ya. Jantung Seokjun sudah separah itu dan aku harus membawanya ke Rumah sakit Jepang. Tidak perduli kedua orang tuaku akan menyetujuinya atau tidak. Lagipula ini demi keselamatan Jantung Seokjun bukan mereka." tuturnya pelan.

Kening Yoongi sedikit mengerut. 'Dari mana Seokjin tahu kalau saudara kembarnya sedang kambuh sekarang? Apa jangan - jangan dia yang cenayang selama ini? Bukan aku?' batinnya.

Hening.

Yoongi dan Seokjin sibuk melamun. Yoongi melamunkan keanehan sahabat tertuanya ini, sedangkan Seokjin melamunkan nasib buruknya selama dirinya hidup.

Tubuh Seokjin bergetar panik, matanya menatap lurus ke depan dengan gelisah, deru nafasnya kembali tak beraturan dan peluh mengalir cukup deras. Benar - benar seperti orang ketakutan pada suatu hal. Memang. Saat ini Seokjin tengah ketakutan. Ketakutan terhadap saudaranya. Keadaannya, penyakitnya, kondisi mentalnya. Seokjin yakin kondisi mental kembarannya pasti sedang terguncang saat ini.

Tak ingin melihat Seokjin yang seperti ini, tanpa keraguan Yoongi menariknya dalam kepelukan hangatnya. Sedikit mengejutkan sang empu tubuh tentunya, namun inilah pelukan ternyaman yang Seokjin butuhkan saat ini. Ia membutuhkan sandaran dan pelukan hangat untuk menenangkan dirinya. Lantas Seokjin menyembunyikan wajah tampan dan kusutnya di ceruk leher sahabat pucatnya. Bisa Yoongi rasakan tubuh gemetaran berasal dari pemuda yang berada di dalam dekapannya. Tangannya mengusap lembut punggung Seokjin. Menenangkannya walaupun tak sepenuhnya. Hanya saling berpelukan. Keduanya tak lagi mengeluarkan kata - kata sedikitpun.

Hingga dua menit berlalu, Seokjin sudah jauh lebih tenang. Keduanya melepas pelukan dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Setelah berpelukan Yoongi mengalihkan pandangannya. Malu sepertinya. Tidak terbiasa baginya saling berpelukan seperti ini. Sedangkan Seokjin tak perduli akan hal itu. Otaknya masih memikirkan kondisi Seokjun di rumah. Entah keadaannya bagaimana sekarang.

Tak lama dering ponsel yang berasal dari ponsel Seokjin membuyarkan lamunan keduanya. Sorot pandang keduanya teralih. Tangan Yoongi terulur mengambil ponsel Seokjin di atas nakas dan menyerahkannya pada sang pemilik. Tanpa melihat nama yang tertera di layar ponsel. Sedangkan Seokjin menerimanya dengan santai.

Kedua alisnya terangkat. Memandang aneh dan tak percaya pada nama yang tertera di layar ponsel. Dengan malas ia mengangkatnya dan meletakkannya di telinganya.

"Ada apa?" tanya Seokjin datar.

".........."

Deg

Mata Seokjin membelalak sempurna. Nafasnya tercekat. Mulut terbuka kaget pada berita yang ia terima pagi ini dari entah siapa itu. Seokjin membeku di tempat.

Sungguh.

Berita ini membuatnya merasa di tenggelamkan ke dalam dasar rasa ketakutannya yang baru saja sedikit demi sedikit menghilang. Namun seseorang yang berada di seberang sana membuatnya jatuh kembali pada perasaan ketakutan.

Takut kehilangan seseorang.

Itulah yang Seokjin rasakan saat ini.

"D-di rumah sakit m-mana?" tanyanya terbata.

".........."

"Baiklah."

Bip

Seokjin mematikan sambungannya sepihak dan spontan berdiri. Menyentakkan Yoongi yang dari tadi terdiam dan menatap Seokjin serius.

Tatapannya berubah datar dan menatap tajam Seokjin. "Berhenti mengejutkanku!" dengus Yoongi.

"Maaf. Aku tak bermaksud."

Yoongi ikut bangkit dan menghadap sahabatnya ini. "Ada apa? Siapa yang menghubungimu?" tanyanya.

"Eomma. Dia bilang Seokjun masuk rumah sakit," jawab Seokjin.

Seraya beranjak menuju lemari pakaiannya. Mengambil kaos panjang dan celana panjang untuk dirinya pergi. Yoongi terus mengikuti arah ke mana perginya Seokjin. Di saat Seokjin sudah masuk ke kamar mandi, Yoongi terdiam dan terpaku pada pintu kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Seokjin keluar dan menghampiri Yoongi. "Aku pergi dan lebih baik kau di sini saja. Temani Soobin." titahnya.

Kaki jenjangnya melangkah menuruni anak tangga, sambil mengambil kunci mobil, dompet dan jaket yang tergantung di dekat lemari pakaiannya. Diikuti Yoongi di belakangnya.

"Kau mau ke mana?" tanya Yoongi.

Seokjin terkekeh kecil. "Ke rumah sakit tentunya." jawabnya.

Tangan Seokjin ditarik paksa. Menghentikan langkah kakinya yang akan mengambil sepatunya. Menoleh dan mengangkat alisnya penuh tanya.

"Jika kau diusir Nyonya Kim, apa yang akan kau lakukan?" tanyanya.

Detik itu juga Yoongi tertegun sendiri. Apa yang baru saja ia lihat membuatnya terenyuh. Seokjin tersenyum dan itu sangat amat tulus.

"Aku akan pergi jika memang dia menginginkannya. Aku pergi dulu." pamitnya.

Tangannya yang menganggur menepuk beberapa kali bahu Yoongi. Mencoba menenangkan sahabatnya yang terlihat jelas begitu khawatir dengan dirinya. Tepukan itu mampu melepas genggamannya perlahan pada pergelangan tangan Seokjin.

Begitu Yoongi melepas tangannya, Seokjin segera mengambil sepatunya, memakainya dan pergi keluar dari Apartemennya. Meninggalkan Yoongi yang bergeming. Menatap pintu Apartemen yang telah tertutup rapat.

'Semoga kau baik - baik saja Jin.'

Medical Seoul Centre Hospital.

"Minyoung-a, kau tenanglah dulu. Percayakan semuanya pada Jongsuk. Dia pasti bisa menyelamatkannya."

Kakak sulung Tuan Kim berusaha menenangkan kecemasan dan kekhawatiran Minyoung saat ini. Keduanya duduk di kursi tunggu UGD. Setelah Minyoung membawa Seokjun di bawa ke Rumah sakit dan langsung di tangani Jongsuk. Ia menghubungi Kakak sulung Suaminya itu untuk datang ke rumah sakit. Hanya sekedar memberi kabar padanya.

Tapi kenapa tidak menghubungi Suaminya? Ia hanya tak ingin Suaminya khawatir. Itu saja.

"Hiks.. tapi jikalau Seokjun tidak selamat, bagaimana nasib saudara kembarnya nanti?! Aku tidak ingin menyesal lebih banyak lagi, Eonni. Sudah cukup aku membuatnya menderita atas perkataan dan perbuatanku padanya. Kali ini aku akan membuat Seokjin bahagia seperti dulu hiks..."

Mendengar pernyataan ini, wanita bernama lengkap Kim Jiwon yang marganya berubah menjadi Song itu tersenyum hangat dan haru. Begitu pula dengan Putri Sulung Jiwon dan Suaminya. Mereka tak menyangka Minyoung akan berubah dan mau menerima Seokjin kembali sebagai Putranya.

Jiwon langsung menarik tangan Adik Iparnya dan memeluknya kemudian. Menepuk - nepuk pelan guna menenangkan dan meredakan tangisan Minyoung.

Drap

Drap

Mendengar langkah kaki berlarian, Minyoung dan Jiwon melepas pelukan mereka. Keduanya menoleh beralih pada sumber suara. Begitu juga dengan Putri Sulung Jiwon. Minyoung bangkit dari kursi tunggu terkejut. 

Manik mata Minyoung terpaku pada sosok Pemuda yang berlarian menghampirinya. Ia datang seorang diri. Tidak membawa sahabatnya untuk menemaninya. Nyonya Kim menggigit bibir bawahnya. Menahan tangis yang kapan saja bisa pecah kembali. Rasa bersalah kembali bergejolak dari relung hatinya yang terdalam. Setelah perdebatan yang terjadi kemarin sore dengan Putra kesayangannya, Kim Seokjun. Nyonya Kim memikirkan perkataan Putranya dalam - dalam dan mengurung diri di kamarnya. Beruntung Tuan Kim sedang di Jeju karena urusan Bisnis.

Entah itu benar atau tidaknya. Kita juga tidak tahu bukan?

Nyonya Kim tak sendirian. Di sana ada Song Jiwon bersama Suaminya serta Putri sulungnya yang menemani Nyonya Kim.

Song Hyunbin dan Song Yoona.

Langkah kaki Seokjin melambat seiring jaraknya yang hampir dekat dengan mereka. Tatapannya tak bisa lepas dari wajah pucat Ibunya yang sedang menahan tangisnya. Ia tahu, saat ini sang Ibu sedang merasa jatuh dan sedih melihat Putra kesayangannya berada di ambang kematian. Ingin sekali rasanya Seokjin memeluk sang Ibu namun semua itu hanyalah angan - angannya saja. Tak berani sedikitpun un--






























































































Grep

Seokjin tersentak. Dada Pemuda itu seketika berdetak cepat dan nafasnya tercekat. Semua pemikiran buruk di kepalanya meluap seketika. Tergantikan dengan tubuh mematung dan melongo tak percaya. Matanya membola, isi kepalanya kosong. Seakan dunianya berhenti detik itu juga.

"Maafkan Eomma Seokjin-a... Maafkan Eomma hiks..."

Kini tangisan sang Ibu pecah setelah mendekap erat tubuh tinggi Seokjin. Pelukan Kim Minyoung semakin mengerat. Sedangkan Seokjin belum membalas pelukan sang Ibu sedikitpun. Ia masih mematung terkejut. Masih mencerna semua yang terjadi padanya beberepa detik lalu. Karena ini pertama kalinya Seokjin di peluk Ibunya. Terakhir kali ia dipeluk, ketika dirinya berusia 7 tahun. Itu terjadi setelah Seokjun dinyatakan memiliki penyakit Jantung bawaan dan perlu ekstra menjaganya. Seokjin menganggap saat itu adalah pelukan terakhirnya dengan sang Ibu dan tak akan pernah bisa memeluknya lagi hingga dirinya tiada.

Namun kali ini sepertinya sebuah keajaiban terjadi. Ibunya mau memeluk dirinya. Menimbulkan sebuah harapan kecil di hatinya yang dulunya terkubur dalam. Berharap Ibunya akan menerimanya kembali. Meski masih ada sedikit keraguan.

Yoona tersenyum haru melihat perubahan Bibinya terhadap Adik sepupu kesayangannya itu. Manik matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata sang Adik yang masih melebar karena terkejut. Yoona mengangguk meyakinkan dan tersenyum hangat padanya. Dan kejadian yang tak terduga terjadi di depan matanya. Seokjin membalas pelukan hangat sang Ibu. Hanya sekedar membalas. Tidak ada kata - kata yang keluar dari mulutnya seakan lidahnya kelu untuk berbicara.

Tanpa sengaja air mata Yoona terjatuh dan mengalir di pipi mulusnya. Ia sangat terharu melihatnya. Ketika pelukannya di balas, bukannya mereda namun Minyoung menangis semakin menjadi. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang ia rasakan. Rasa bersalah, bahagia, bersyukur bercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya.

"Maafkan Eomma sayang. Selama ini Eomma telah menyakiti hatimu dan membuatmu menjadi anak yang berontak. Jika Eomma mengetahuinya sejak awal bahwa kau yang mendonorkan Ginjal itu untuk Eomma, tidak mungkin Eomma akan melakukan hal sekeji itu padamu. Kau sudah mengorbankan satu organmu untuk Eomma. Tidak seharusnya kau mendonorkannya pada Eomma." lirihnya.

'Ternyata Eomma sudah mengetahuinya..' batinnya lirih.

Seokjin menggeleng. "Hm. Gwaenchana. Ini demi kesembuhan Eomma." ujarnya. Pelukan keduanya dilepas sepihak oleh Seokjin.

Kedua tangan Ibu menangkup pipi Seokjin. Ia perlu mendongak untuk memandang wajah Seokjin. Terlalu tinggi menurutnya.

Ibu jemarinya mengusap lembut pipi Putranya. "Sekali lagi maafkan Eomma, sayang." ucapnya.

Tatapannya masih sama seperti saat dirinya datang. Seokjin masih belum tahu harus berbuat apa sekarang. Terlalu cepat Ibunya berubah pada dirinya. Di dalam hati kecilnya, Seokjin masih belum bisa memaafkan Ibunya, tapi apa salahnya ia mencoba untuk memaafkannya?

"Ekhem!"

Suara dehaman yang terdengar seperti seorang pria mengejutkan Ibu dan Anak itu. Keduanya reflek menoleh dan mendapati Dokter Kim tengah berdiri di samping Yoona. Minyoung otomatis berlari mendekatinya. Menggenggam salah satu telapak tangan Dokter itu.

"Bagaimana keadaan Seokjun, Jongsuk-a?" tanya Minyoung.

Pertanyaan itu membuat pria yang ditanya menghela nafas berat. Ia menatap sendu Kakak Iparnya ini. "Kita harus segera mendapatkan pendonor Jantung yang cocok untuknya dan harus secepatnya kita melaksanakan Operasi transplantasi Jantung. Saat ini kondisinya sedang dalam keadaan kritis. Jika tidak secepatnya mendapatkan Jantung baru untuk Seokjun, maka besar kemungkinan kita akan kehilangan Seokjun. Untuk selamanya." Jelas Jongsuk to the point.

Deg

===============

-The Twins-


*Info:

Bagi yang ingin masuk ke grup WA bisa baca informasi di akunku ya. Di sana uda ada linknya. Banyak author maupun readernim di sana. Selamat bergabung!

To be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 1.1K 10
@misocan_05 Tujuh mahasiswa yang sedang mengikuti acara jelajah alam di kampus mereka harus berjuang menyelamatkan diri. Mereka tersesat di tengah h...
100K 5.8K 31
Kelahiranku adalah kesedihan mereka "Min Yoongi, lelaki kuat dan lembut di luar, yang nyatanya ia rapuh dan bahkan tidak kuat menahan segala beban ya...
460K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...