US - Untold Story (Spin Off "...

By itsputia

1.2M 187K 21.6K

Putri Zhalia dihadapkan dengan seseorang yang menurutnya bukan 'kelasnya'. Sementara Jaerend yang terbiasa de... More

01
02
3
4
5
6
07
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Jano's Wedding (Bonus)
Jano's Wedding (2)

28 [LAST]

48K 5.6K 1.2K
By itsputia

Jaerend

"Congraduation Jaerend!"

Putri berjalan cepat kearah gue kemudian mengaitkan lengannya di lengan gue. Dia hari ini kelihatannya bahagia banget.

"Selamat Wisuda juga Putri!"

Kami saling berhadapan kemudian memeluk satu sama lain.

Hari ini kita wisuda bareng. Dia ditemenin kedua orangtuanya. Dan gue yang dibersamai Darren dan Wildan, karena gue gak tau apakah Bokap Nyokap gue dateng atau enggak.

Gue kemarin ngasih undangan dadakan banget H-1, sengaja sebenernya. Bahkan setelah ngirim undangan, gue matiin hp sampai siang ini.

Entahlah, gue gak mau denger apapun dari mereka dulu. Kalau mereka dateng, syukurlah. Seenggaknya, mereka tadi liat Jaerend Vicaeno termasuk kedalam deretan mahasiswa cumlaude.

"Kak Jaerend selamat ya atas wisudanya!"

Tiba-tiba segerombolan cewek-cewek mendekat. Mereka adek tingkat gue. Sambil ngasih beberapa bunga dan paper bag, mereka bergantian salaman sama gue.

"Semoga kita cepet nyusul juga ya kak!"

"Thanks ya."

Belum kelar sama satu gerombolan, tiba-tiba ada yang lain dateng.

"Kak Jaerend congrats! Mau foto boleh?"

Di sudut lain Putri terlihat asik foto-foto sama Wildan dan Darren.

"Ah iya. Tapi agak cepet ya," kata gue.

"Laku banget Mas," seseorang menepuk bahu gue.

"Heh?!"

Gue kaget, ternyata Brian sama Satya dateng. Mereka sekarang udah kerja, jadi siang begini harusnya mereka lagi dikantor.

"Lo kok disini?"

"Iya lah, mau liat Bebeb gue wisuda pakai kebaya cantik," jawab Brian jail.

"Put!" Brian langsung berjalan kearah Putri.

Satya ketawa kalem, "Kelarin dulu yang ini," pamitnya sambil nepuk bahu gue pelan.

Setelah selesai ngeladenin adek tingkat gue dan beberapa temen angkatan, gue nyusuli Putri sama yang lain.

"Nih, artisnya udah dateng!" seru Darren.

Gue kemudian mengambil posisi ditengah, dan disamping gue ada Putri yang kelihatan cantik pakai toga, dengan rambut yang dibuat bergelombang hari ini.

Cekrek

Selesai sesi foto, Satya sama Wildan bergantian ngasih selamat ke gue.

"Ntar makan-makan bisa dong," Brian menaikkan alisnya.

"Harus, kan ada dua orang wisuda. Masa diem-diem aja?" sahut Wildan.

"Gak bisa hari ini," kata Putri tiba-tiba.

"Eh kenapa Yang?"

"Ada yang hari ini mau family time."

"Oh, kamu mau pergi sama keluarga? Yaudah besok aja deh," jawab gue memaklumi.

"Bukan aku, tapi kamu Jaerend."

Kita semua ngeliatin Putri heran. Kemudian matanya memandang ke arah lain sambil tersenyum. Mengikuti arah pandangan Putri, kemudian gue ngeliat ada dua orang yang sedang berdiri di sayap kanan auditorium.

"Samperin gih," suruh Satya sambil tersenyum.

"Sekalian balik sama mereka ya Je," imbuh Wildan.

Gue mendadak kaku, ngeliat orangtua gue ternyata beneran disini.

"Sana," Brian ngedorong gue pelan.

"Eum... Gue duluan ya kalau gitu."

"IYAAA," kompak mereka menjawab.

"Aku duluan gakpapa?" tanya gue ke Putri sambil meluk dia sekilas.

"Iya Jeje, udah sana. Ditungguin tuh."

Gue berjalan menghampiri orangtua gue yang terlihat menjadi pusat perhatian saat ini

Yaiyalah jadi perhatian, ada bapaknya Jaerend yang suka ngomongin politik di TV.

Papa masih memasang wajah datarnya, sementara Mama tersenyum bangga sambil merapikan toga gue.

Hidungnya memerah, kemungkinan besar habis nangis. Dengan kebaya dan rambutnya disanggul, mama kelihatan anggun siang ini.

Jujur gue kangen juga sama mereka. Apalagi setelah gue keluar dari rumah, gue sama sekali enggak pernah nemuin mereka lagi.

"Selamat ya," ujar Mama pada akhirnya sambil memeluk gue.

"Mama bangga sama kamu, enggak cuma hari ini tapi setiap saat."

"Mama, seneng bisa lihat anak Mama berdiri disini hari ini. Kamu tau, mama kangen sama kamu Jaerend. Mama khawatir, tapi Mama percaya juga kalau kamu kuat dan bisa baik-baik aja. Mama pengen nyuruh kamu balik, tapi setelah lihat apa yang kamu lakuin diluar mama yakin kalau anak mama memang hebat. Terima kasih Jaerend, setiap hari mama pengen bilang ke kamu kata itu. Terima kasih karena udah jadi anak mama yang kuat. "

Mama melepas pelukannya, kemudian meraba wajah gue. Gue cuma bisa terdiam sambil menatapnya dengan tatapan yang penuh kerinduan dan perasaan terharu.

"Kamu... selamanya kebanggan kami," katanya sembari diiringi jatuhnya airmata.

Selanjutnya gue menatap Papa, dia masih terdiam sambil membalas tatapan gue dengan sorot mata yang sulit diartikan. Beberapa detik kemudian, gue mendahului untuk memeluknya terlebih dahulu yang kemudian disambutnya dengan pelukan erat.

"Selamat," satu kata itu terdengar pelan namun jelas, membuat gue terseyum lebar.






***








Hari ini gue janjian sama anak-anak buat makan-makan. Sekitar jam tujuh malam, kita udah kumpul di MCD tempat pertama kali kita semua kumpul.

"Balik kesini lagi nih?" Darren menatap sekeliling.

"Tempat pertama kita kumpul juga gak sih?" tanya Brian.

"Inget banget, gue. Dulu Putri gak berani ngeliatin Brian," kata Satya sambil tertawa pelan.

"Iya! Dia waktu gue liat langsung nunduk dong," Brian mengiyakan.

"Ya habis lo garang banget kelihatannya."

"Lo masih tinggal sama Brian atau gimana Je habis ini?" Wildan merubah topik.

"Belum tau gue."

"Itung-itung buat ngeramein apartment gue. Tapi terserah lo sih, tinggal sama orangtua juga bagus," terang Brian.

"Kalau mau tetep tinggal sama Brian, lo harus kasih tau orang rumah juga Je. Biar enggak ada salah paham, ntar dikira minggat lagi," Satya memberi saran.

Gue ketawa, "Iya, udah beres kok. Untuk saat ini, seenggaknya semua mulai tertata lagi."

"Lo tau enggak sih Je, diantara empat cowok disini siapa yang paling khawatir sama lo?" tanya Brian.

"Siapa? elo?" tebak gue.

"Darren," jawab Satya.

"Eh?"

Darren menggaruk lehernya.

"Dia tuh paling rajin ke apartemen Brian. Udah gitu suka personal chat ngajak kesana buat main, karena gak mau lo ngerasa sepi," Wildan menjelaskan.

"Wah, jangan-jangan lo diem-diem suka gue Ren?"

"Najis gila!" umpatnya.

"Ada lagi nih. Spill enggak?" Brian kembali memulai.

"Ya di-spill lah! Yakali kaga!" Wildan mengompori.

"Di belakang layar tuh. Putri suka neror gue!"

"Wah ada apa nih?!" tanya Darren bersemangat.

"Kalian gak tau aja, Putri sehari bisa beberapa kali nanyain Jaerend ke gue.  Di awal annoying banget asli. Nanyain Jaerend gimana? Jaerend udah makan? Gue udah kayak babysitter  njir!"

Putri mengatupkan bibirnya disaat kami semua tertawa karena ulahnya.

"Sampai makan apa aja dia juga nanyain Je. Kurang gimana lagi si Putri? Pernah tuh waktu tanggal tua, Putri nanya terus, Jaerend udah makan belum? Makanya sama apa? Sumpah sih Put, gak bakal juga gue tega ngasih makan Jaerend nasi sama garem."

Dan kami sama-sama tertawa.

"Kalian ngerasa enggak sih, kalau Jaerend sama Putri itu yang bikin kita jadi deket kayak gini?" tanya Satya.

"Ngerasa, lucu kalau throwback," Brian mengiyakan.

"Kalau Jaerend sama Putri gak ada hubungan apa-apa, mungkin habis KKN kita udah pergi gitu aja. Iya gak sih?" imbuh Darren.

"Bener! Nih, dimulai dari Jaerend yang enggak kenal temennya Putri selain kita, kemudian Putri yang lari-larian dari Jaerend. Udah selesai, tiba-tiba Jaerendnya ngilang, muncul lagi masalah lagi," Wildan membuka kilas balik yang ngebuat gue sama Putri sama-sama tersenyum.

"Thanks ya, kalau gak ada kalian kita gak bakalan sampai kesini juga. Gue harap, lingkaran pertemanan ini enggak pudar."

"Cih, mellow banget deh," cibir Wildan.

Waktu terus berputar, hingga jam tangan yang melingkar di tangan gue menunjukkan pukul sepuluh malam.

Setelah sepuluh menit berkendara, gue akhirnya sampai didepan rumah Putri.

"Kamu balik ke rumah atau apartemen Brian?" tanyanya sambil membuka helmnya yang diikuti gue gang juga ngelepas helm.

"Ke rumah dulu, suasanya lagi bagus aku gak mau ngerusak," jawab gue sambil merapikan rambut Putri.

Kayaknya udah jadi kebiasaan deh, ngerapihin rambut dia kalau habis naik motor.

"Aku mau ngomong serius," kata gue.

Putri mengangguk sambil mengedipkan matanya.

"Aku mau bikin janji sama kamu."

"Janji?" ulangnya.

"Iya."

Gue terdiam selama beberapa detik, membuat perempuan yang di depan gue menantikan apa yang bakal gue katakan berikutnya.

"Put..." panggil gue halus

"Kita gak bisa nebak masa depan karena ketidakpastian yang dimungkinkan terjadi. Tapi aku janji sama kamu, aku bakal ngusahain yang terbaik buat aku, kamu dan kita."

Tanga gue mulai menggenggam tangannya, kepalanya mendongak karena gue lebih tinggi dari dia.

"Kemarin aku dengerin lagu, judulnya We are One. Tau enggak sih, aku jadi keinget kemarin-kemarin, gimana kita bareng-bareng ngehadapin segala masalah yang ada. And somehow we're getting stronger than before."

Gue kemudian menyanyikan penggalan lirik dari lagu We are One,

"We are two very different people. So much to overcome. So why care for one another? When there's so much to be done. Cause sometimes it's necessary. Just look how far we've come. You could say my friend that it's the end, or a new tale has begun."

Senyumnya mengembang cantik diwajahnya.

"Kamu pernah bilang, kita beda dan aku bilang kita sama aja. Ternyata aku salah, kita memang beda. Aku Jaerend dan kamu Putri."

Ingatan tentang gimana Putri ngerasa kalau dia enggak cukup baik gue seketika kembali muncul, disusul kenangan ketika dia nangis karena perasaan insecure dia sama gue.

"Perbedaan itu bener-bener buat kita ada disini Put. Kita sama-sama belajar memahami satu sama lain, kita sama-sama ngebuka cerita-cerita yang belum pernah kita ceritain satu sama lain."

Matanya mulai berkaca-kaca sambil tersenyum dan mengangguk.

"Nanti kalau didepan banyak batunya, atau ada angin kenceng, kita tetep gandengan ya?" ajakku.

Dia kembali mengangguk dengan senyumannya yang masih ada diwajahnya. Airmatanya mulai turun membasahi wajahnya.

Gue tersenyum tipis, "Dengan kita yang kayak gini, aku yakin kita kuat buat jalan kedepannya. Apapun itu, dimasa depan... Kita punya dasar yang kuat Put."

"Aku janji gak bakal ngelepas tangan aku. Dan untuk cerita-cerita yang belum sempat tersampaikan, atau untuk cerita-cerita baru yang belum tertulis, aku juga janji kalau kamu adalah orang yang akan aku bersamai buat mendengar atau menuliskannya."

🎵All of the fear and all of the lies are, not hard to overcome.  It's all in the way you look at it, that makes you strong. We were two, now we are one. 🎵

—THE END—

Continue Reading

You'll Also Like

2M 34.3K 6
Opposite Polarity Kelinci dan Penguin. Kalau Dean itu es batu, berarti Naya es doger. Sama-sama es, tapi berbeda. Dean adalah es yang keras, dingin...
368K 136 9
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
1M 195K 44
Namanya Auriga Arsa. Aku tidak tahu apapun tentangnya selain bahwa ia suka kopi hitam. Aku bahkan tidak tahu wajahnya seperti apa. Pesanan kopi atas...
6.5M 385K 33
ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀ Dilarang mendekati bos dalam radius dua meter. Khilaf? Takdir. ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴋᴇᴅᴜᴀ Bos selalu benar dan bawahan harus menyetujui kebena...