The Prove of White Death [TAM...

Od Benito_group

180 12 1

Update: Senin Semakin dilarang, manusia akan semakin penasaran dengan sesuatu yang tabu. Begitu pula dengan A... Více

Perkenalan
1
2
3
4
5

6

11 0 0
Od Benito_group

Butuh waktu lama untuk menemukan Bardi. Pemuda itu tidak ada di rumah. Ainsley mencari di tempat yang biasa Bardi datangi, tetap saja dia tidak bisa menemukan sosok gemuk itu. Ainsley terdiam dan kembali berpikir, tempat mana lagi yang akan Bardi datangi saat mereka tidak ada kegiatan di sekolah. Tempat terakhir yang belum didatangi Ainsley adalah balai kota. Segera pemuda itu berjalan ke sana. Matahari belum terbenam, dia masih bisa mencari Bardi.

Balai kota tampak sepi saat Ainsley sampai di sana. Menjelang sore memang tidak banyak orang datang ke balai kota. Ainsley mencari Bardi di setiap lorong rak buku, berharap kali ini dia datang ke tempat yang tepat. Langkah Ainsley terhenti ketika melihat Bardi di ujung lorong rak.

Pemuda itu duduk dengan dua tumpuk buku di sampingnya. Dia tampak sedang serius membaca sebuah buku tebal berwarna cokelat. Dengan senyum yang mengembang, Ainsley menghampiri Bardi.

“Bardi, kenapa kau tidak datang ke sekolah hari ini?”

Pertanyaan pertama Ainsley adalah rasa penasarannya perihal tidak masuknya Bardi hari ini. Saat pergi ke rumahnya, orang tua Bardi mengatakan bahwa Bardi pergi ke sekolah dan belum pulang dari pagi.

“Oh, Ainsley.” Bardi mengangkat wajah, melihat Aisnley dan tersenyum. “Entah kenapa hari ini aku tidak ingin pergi ke sekolah, hanya itu.”

“Tumben sekali. Setahuku, kau tidak mungkin bolos sekolah hanya untuk membaca buku.” Ainsley duduk di samping Bardi. “Buku apa yang kau baca?” Dia melihat buku di tangan Bardi.

“Hanya buku tentang kasus di masa lalu.” Bardi memperlihatkan sampul buku itu. Ada tulisan dengan bahasa Inggris yang tercetak jelas di sana, tertulis ‘Sejarah Kriminal di Skotlandia’.

“Aku tidak tahu kau tertarik dengan kasus kriminal.”

“Yah, aku harus memulai pencarian ini sesegera mungkin,” jawab Bardi yang masih fokus ke bukunya.

“Pencarian?” tanya Ainsley tidak mengerti dengan kening mengernyit.

“Tentu saja untuk menemukan sosok asli white death dan menenangkannya. Buku ini berisi tentang kumpulan kasus kejahatan yang pernah terjadi di negara kita. Isinya lengkap beserta tahun kejadiannya, mungkin saja kita bisa menemukan jejak white death di sini.” Bardi menjelaskan dengan penuh semangat.

“Jadi, kau tidak masuk sekolah hanya untuk melakukan ini?” Ainsley melihat semua catatan kriminal yang bertumpuk di samping Bardi.

“Jadi, untuk apa kau mencariku?” Tidak memperdulikan pertanyaan Ainsley, Bardi mengubah topik pembicaraan.

“Aku mencarimu untuk menyampaikan keputusanku. Aku memilih untuk ikut denganmu, itu lebih baik daripada hanya berdiam diri dan menerima teror dari anak kecil itu.” Ainsley menjawab mantap.

Tidak ada keraguan sedikitpun dalam raut wajahnya, semua ketakutan yang ditunjukkan kemarinhilang entah ke mana.

“Pilihan yang tepat, sekarang kau bisa memulainya dengan membaca semua catatan ini. Carilah kasus kematian yang janggal dengan kondisi kaki terpotong.” Bardi mengambil beberapa buku dari tumpukan di sampingnya dan memberikannya pada Ainsley.

“Tapi aku punya syarat,” celetukAinsley sambil menerima buku pemberian Bardi.

“Apa syaratnya?”

“Kita harus menghentikan pencarian ini jika teror anak kecil itu semakin parah.”

Jika anak kecil itu benar-benar membunuh orang karena takut kisahnya diketahui, dia pasti akan berusaha menghentikkan Ainsley dan Bardi. Mereka harus berhenti jika usaha keduanya malah membawa dampak negatif. Melihat dari sifat Bardi yang seperti ini, Ainsley yakin dia tidak akan mau berhenti. Oleh karena itu, Ainsley memberikan syarat ini.

“Ah, kau memang selalu berhati-hati.” Bardi mengelengkan kepala pelan. “Baiklah aku setuju dengan syaratmu, tapi hanya kau yang berhenti dari pencarian ini, aku akan tetap melakukannya apapun yang terjadi,” kekeh Bardi.

Seperti dugaan Ainsley, Bardi tidak akan menyerah semudah itu. Dia benar-benar sangat terobsesi dengan white death dan melupakan keselamatannya sendiri.

“Kenapa kau seperti ini?”

Ainsley mencengkram pundak Bardi dan menariknya agar mereka berhadapan.

“Aku hanya melakukan apa yang kusukai. Setelah lama mencari, akhirnya aku menemukan kisah hantu yang sesungguhnya, bukankah ini kesempatan emas yang tidak bisa kita lewatkan?” Bardi menjawab dengan suara keras, dia menepis lengan Ainsley.

“Menurutku, sifatmu yang sekarang terlalu berlebihan.” Ainsley mendorong Bardi dengan kencang hingga tubuh pemuda itu menabrak rak buku. “Aku pergi, nanti akan kukabari jika ada yang kutemukan.” Mengambil beberapa buku yang diberikan Bardi tadi, Ainsley meninggalkan Bardi dengan emosi yang bersarang di kepalanya.

Sepeningal Ainsley, Bardi tetap menunduk, tidak bergerak dari tempatnya. Bibirnya tersenyum sinis. Perlahan, pemuda itu terdengar tertawa yang lama-kelamaan terdengar kian menggema di balai kota yang kosong. Suara tawa  seperti orang kesetanan.

* * *

Ainsley menatap tumpukan buku di mejanya. Buku-buku itu adalah buku yang diberikan Bardi untuk dibacanya tadi. Karena tidak suka dengan perubahan sifat Bardi, Ainsley tidak menyentuh satupun buku itu.

Dia baru saja menyelesaikan makan malam dan berhadapan dengan buku-buku itu. Pada akhirnya dia tetap harus membantu Bardi. Sejak kemarin, mimpi buruk itu belum datang sama sekali, Ainsley berharap yang mereka lakukan sekarang adalah kemauan hantu itu. Sehingga dia tidak datang menghantui mereka lagi.

Ainsley mulai membaca buku kumpulan kasus setahun lalu, sejauh ini hanya kasus  pembunuhan biasa yang dia temukan. Lalu ada kasus orang hilang dan sisanya hanya kasus kriminal biasa.

Setelahnya, Ainsley beralih pada buku di tumpukan paling bawah. Itu adalah buku yang menjelaskan tentang kejahatan yang terjadi beberapa ratus tahun di Skotlandia. Beberapa tulisannya menyebutkan tentang kejahatan yang dilakukan oleh para penyihir. Mereka percaya jika ada kematian yang tidak wajar, pasti penyihirlah yang melakukannya.

Jaman dulu, kejahatan adalah hal biasa dan polisi tidak terlalu menaruh perhatian pada kejahatan rendahan. Menuduh para penyihir yang melakukannya adalah pilihan yang tepat. Masyarakat sangat percaya dengan keberadaan ilmu hitam di sekitar mereka.

Ainsley tertarik dengan pembahasan itu dan terus membacanya. Tulisan itu menarik hingga dia lupa akan tujuan awalnya membaca buku itu.

“Kasus tidak terpecahkan”

Tulisan itu ada di akhir bacaan tentang kejahatan para penyihir. Sengaja diberi tinta yang tebal untuk menunjukkan bahwa itu adalah awal dari pembahasan baru. Tanpa menunggu, Ainsley membaca penjabarannya.

Pertama adalah pejelasan dan kriteria kenapa sebuah kasus dimasukkan ke dalam kategori kasus tidak terpecahkan. Salah satunya adalah kematian tidak wajar. Polisi sering memasukkannya ke dalam kategori kejahatan yang dilakukan oleh penyihir agar masyarakat tidak resah.

Di halaman selanjutnya, ada bahasan, tentang beberapa kasus yang tidak terpecahkan dan penjabarannya. Ainsley berhenti sejenak dan mengerjap beberapa kali. Matanya lelah karena membaca terlalu banyak, dia lupa sudah berapa banyak halaman yang dia baca. Ainsley membuka jendela kamar untuk melihat pemandangan malam.

Malam ini, Ainsley dapat melihat hamparan bintang di langit. Sudah dua hari hujan tidak turun, tapi udara masih terasa lembab. Angin dingin berembus pelan menerpa wajah Ainsley. Gelap. Sejauh ini hanya kegelapan yang terlihat di luar.

Ainsley menghela napas dan menutup jendela. Dia kembali duduk dan menghadap meja belajarnya. Buku tadi masih terbuka di halaman yang terakhir dibaca Ainsley. Merenggangkan tubuhnya sebentar bersiap untuk melanjutkan bacaannya, akan tetapi sebuah suara yang memasukki rungu berhasil menarik perhatian Ainsley.

Suara itu terdengar dari lorong depan kamarnya. Seperti suara benda berat yang diseret peran. Aneh mengingat sekarang sudah larut dan orang di rumah ini telah tidur kecuali Ainsley. Pemuda itu mulai menduga-duga siapa yang membuat suara itu. Mungkinkah pelayan mereka?

Sekali lagi Ainsley menggeleng, di lantai dua hanya ada empat kamar termasuk kamar Ainsley, sisanya kosong. Untuk apa pelayan itu datang ke lantai dua tengah malam begini. Selama Ainsley bergelut dengan pikirannya, suara itu terus terdengar. Semakin lama semakin dekat hingga akhirnya berhenti tepat di depan pintu kamarnya.

Ainsley terdiam, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jantungnya berdebar kencang. Rasa takut dan penasaran memenuhi kepalanya. Aroma busuk perlahan masuk ke indera penciumannya. Ainsley merasa familiar dengan aroma busuk dan perasaan tertekan ini.

Ketukkan pelan di pintu terdengar tiga kali, Ainsley terkejut.
“Siapa di sana?”Mencoba bersikap tenang, Ainsley bersuara. Suaranya terdengar seperti cicit tikus yang serak.

Hening, tidak ada jawaban.


Zzzrrrrrkk


Suara lain terdengar sebagai jawaban atas pertanyaan Ainsley, seperti seseorang sedang menggaruk pintu kamar Ainsley. Bulu kuduk Ainsley berdiri. Dia tidak tahan mendengar suara itu. Belum selesai, Ainsley melihat cairan hitam pekat mengalir dari bawah pintu kamar. Cairan itu menambah bau busuk dalam kamar. Isi perut Ainsley berputar, ingin segera keluar dari tubuhnya.

Pemuda itu mengepalkan tangan, berusaha menahan gejolak dalam tubuhnya. Rasa takut, penasaran, mual, bercampur menjadi satu. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Cairan hitam itu memenuhi lantai kamar Ainsley, semakin dekat dengan kakinya. Bersamaan dengan itu, suara garukkan di pintu semakin kasar dan cepat seakan hendak merusak pintu itu hanya dengan garukkan.

“Mphh.”Ainsley menggigit bibit bawahnya, berusaha agar tidak kehilangan kesadaran.

Apa ini mimpi?

Kata-kata itu terngiang di otaknya. Dia mungkin ketiduran saat membaca buku dan bermimpi buruk. Tidak mungkin orang di rumah ini tidak mendengar suara berisiksekeras ini.

Seandainya saja ini hanya mimpi, pasti Ainsley bisa bangun jika merasakan rasa sakit. Mengumpulkan keberaniannya, Ainsley berusaha menggerakkan tangannya dan mengambil pena di atas meja. Pena dengan ujung runcing itu ditancapkan dengan cepat ke pahanya. Darah perlahan mengalir dan rasa sakit memenuhi seluruh tubuhnya. Ainsley memejamkan mata, berusaha menahan rasa sakit.

Ini bukan mimpi!

* * *

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

15.2K 2.4K 12
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.
11.2K 226 11
(FIKSI) setelah kematian suaminya,Cornelia alias Oniel mengalami kejadian "Ketindihan" yg sampai membuatnya bangun dalam keadaan Telanjang.Ada hal yg...
236K 43.7K 44
[SUDAH TERBIT] _______________________ "Gue mau balik. Gue mau balik," "AAAAAAA BOTAK!" "BANG JAY TURU WOI!" "ITU PINGSAN, GOBLOK!" "SERET!" Liburan...
19.3K 4.3K 200
Title: I Became a God in a Horror Game Status: 589 Chapters (Complete) Author: Pot Fish Chili Genre: Action, Adventure, Horror, Mature, Psychological...