6

11 0 0
                                    

Butuh waktu lama untuk menemukan Bardi. Pemuda itu tidak ada di rumah. Ainsley mencari di tempat yang biasa Bardi datangi, tetap saja dia tidak bisa menemukan sosok gemuk itu. Ainsley terdiam dan kembali berpikir, tempat mana lagi yang akan Bardi datangi saat mereka tidak ada kegiatan di sekolah. Tempat terakhir yang belum didatangi Ainsley adalah balai kota. Segera pemuda itu berjalan ke sana. Matahari belum terbenam, dia masih bisa mencari Bardi.

Balai kota tampak sepi saat Ainsley sampai di sana. Menjelang sore memang tidak banyak orang datang ke balai kota. Ainsley mencari Bardi di setiap lorong rak buku, berharap kali ini dia datang ke tempat yang tepat. Langkah Ainsley terhenti ketika melihat Bardi di ujung lorong rak.

Pemuda itu duduk dengan dua tumpuk buku di sampingnya. Dia tampak sedang serius membaca sebuah buku tebal berwarna cokelat. Dengan senyum yang mengembang, Ainsley menghampiri Bardi.

“Bardi, kenapa kau tidak datang ke sekolah hari ini?”

Pertanyaan pertama Ainsley adalah rasa penasarannya perihal tidak masuknya Bardi hari ini. Saat pergi ke rumahnya, orang tua Bardi mengatakan bahwa Bardi pergi ke sekolah dan belum pulang dari pagi.

“Oh, Ainsley.” Bardi mengangkat wajah, melihat Aisnley dan tersenyum. “Entah kenapa hari ini aku tidak ingin pergi ke sekolah, hanya itu.”

“Tumben sekali. Setahuku, kau tidak mungkin bolos sekolah hanya untuk membaca buku.” Ainsley duduk di samping Bardi. “Buku apa yang kau baca?” Dia melihat buku di tangan Bardi.

“Hanya buku tentang kasus di masa lalu.” Bardi memperlihatkan sampul buku itu. Ada tulisan dengan bahasa Inggris yang tercetak jelas di sana, tertulis ‘Sejarah Kriminal di Skotlandia’.

“Aku tidak tahu kau tertarik dengan kasus kriminal.”

“Yah, aku harus memulai pencarian ini sesegera mungkin,” jawab Bardi yang masih fokus ke bukunya.

“Pencarian?” tanya Ainsley tidak mengerti dengan kening mengernyit.

“Tentu saja untuk menemukan sosok asli white death dan menenangkannya. Buku ini berisi tentang kumpulan kasus kejahatan yang pernah terjadi di negara kita. Isinya lengkap beserta tahun kejadiannya, mungkin saja kita bisa menemukan jejak white death di sini.” Bardi menjelaskan dengan penuh semangat.

“Jadi, kau tidak masuk sekolah hanya untuk melakukan ini?” Ainsley melihat semua catatan kriminal yang bertumpuk di samping Bardi.

“Jadi, untuk apa kau mencariku?” Tidak memperdulikan pertanyaan Ainsley, Bardi mengubah topik pembicaraan.

“Aku mencarimu untuk menyampaikan keputusanku. Aku memilih untuk ikut denganmu, itu lebih baik daripada hanya berdiam diri dan menerima teror dari anak kecil itu.” Ainsley menjawab mantap.

Tidak ada keraguan sedikitpun dalam raut wajahnya, semua ketakutan yang ditunjukkan kemarinhilang entah ke mana.

“Pilihan yang tepat, sekarang kau bisa memulainya dengan membaca semua catatan ini. Carilah kasus kematian yang janggal dengan kondisi kaki terpotong.” Bardi mengambil beberapa buku dari tumpukan di sampingnya dan memberikannya pada Ainsley.

“Tapi aku punya syarat,” celetukAinsley sambil menerima buku pemberian Bardi.

“Apa syaratnya?”

“Kita harus menghentikan pencarian ini jika teror anak kecil itu semakin parah.”

Jika anak kecil itu benar-benar membunuh orang karena takut kisahnya diketahui, dia pasti akan berusaha menghentikkan Ainsley dan Bardi. Mereka harus berhenti jika usaha keduanya malah membawa dampak negatif. Melihat dari sifat Bardi yang seperti ini, Ainsley yakin dia tidak akan mau berhenti. Oleh karena itu, Ainsley memberikan syarat ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Prove of White Death [TAMAT]Where stories live. Discover now