Sunflower

Av ONNIGIRIE

46.8K 6.1K 879

╱. KV Jungkook bertemu si bocah bunga Matahari. Setelah itu dia berjanji, menjaga senyuman Taehyung. Mer

Sunflower
1: Berita
2: Bocah bunga Matahari
3: Demi senyuman itu
4: Rumah kita
5: Kereta api
6: Belanja bersama
7: Kasur Taetae
8: Senam bersama Taetae
9: Papa sayang Taetae
10: Air langit
12: Father's day
13: Malaikat Papa

11: Berangkat kerja

2.5K 400 85
Av ONNIGIRIE


. . . . .

“Satu ditambah satu, sama dengan dua! Dua ditambah dua, sama dengan empat! Empat ditambah empat, sama dengan empat!”

“Empat ditambah empat sama dengan delapan. Taetae salah, ayo buka mulutnya pesawat bersiap mendarat!” Jungkook menyuapi satu potong apel untuk Taehyung.

Si kecil menerima suapan Jungkook, walaupun raut wajahnya tertekuk. Taehyung sedang mengalami yang namanya susah makan. Tapi tenang saja, Jungkook sudah menemukan cara ampuh untuk menangani hal tersebut.

Hitung-hitungan menjadi kesukaan Taehyung belakangan ini. Di depan pintu kulkas, pintu kamar, lemari, bahkan di depan pintu kamar mandi terdapat selembaran berisi angka-angka yang Jungkook beli di toko alat tulis.

Dari hitung-hitungan tersebut Jungkook menciptakan sebuah permainan untuk Taehyung. Jika si kecil salah menghitung, maka satu suapan harus dia terima. Dan ini cukup bekerja, karena sudah lima suap potongan apel dilahap bocah enam tahun menggemaskan yang kini duduk tenang di pangkuan papanya.

“Wah pintar sekali anak Papa. Lihat, sudah habiskan,” tunjuk Jungkook ke mangkuk kecil yang sebelumnya berisi potongan-potongan apel.

Ehm! Taetae mau berhitung lagi!” seru si kecil dengan penuh semangat.

Jungkook ingin sekali menemani Taehyung belajar menghitung sampai anaknya pandai. Namun pekerjaan sudah menunggunya. Dia tidak enak hati jika harus izin pada Irene. Ditambah si kecil tidak mau kembali ke tempat penitipan anak yang berarti Jungkook harus membawanya ke kafe.

Penuh kehati-hatian Jungkook mengutarakan penolakannya.  “Tae, Papa harus pergi bekerja. Kita siap-siap dulu ya? Belajar berhitungnya bisa nanti malam sebelum Tae tidur, gimana?” tawarnya.

“Papa bekerja untuk beli popok Tae?” tanya Taehyung.

Jungkook mengangguk. Tangannya menggenggam tangan kecil Taehyung yang berada di atas telapak tangannya. “Iya, untuk beli popok Tae.”

“Kalau Tae tidak ngompol, tidak usah pakai popok?” Pertanyaan Taehyung mulai melantur.

“Benar. Tae tidak usah pakai popok. Makanya kalau ingin ke toilet, Taetae bilang ke Papa. Jangan diam,” jawab Jungkook yang berakhir menasihati anaknya.

“Taetae tidak akan ngompol lagi. Jadi Papa tidak usah bekerja untuk beli popok Tae. Di rumah saja, main sama Taetae.”

Tidak tau harus tertawa atau merasa sedih. Taehyung mengucapkannya dengan sangat-sangat jujur yang berarti anak itu merasa kesepian saat dirinya harus pergi mencari uang, sedangkan si kecil harus menghadapi pelajaran hidup. Bersosialisasi seorang diri tanpa Jungkook sebagai menuntunnya.

“Kenapa? Bukannya menyenangkan, bisa bertemu teman-teman. Papa kerja, dan Taetae di tempat penitipan, bermain.”

Taehyung dengan tegas menolak. Menggelengkan kepalanya kencang.  “Tae tidak suka teman-teman di sana! Tae lebih suka bermain bersama Seungjae Hyung.”

Seungjae memang dititipkan di tempat yang sama dengan Taehyung. Namun sudah tidak sesering dulu, sebab orang tua dari keluarga suami Irene dengan senang hati menjaga cucu mereka, Seungjae.

Berbeda dengan Taehyung. Si kecil hanya memiliki Jungkook, begitu pun sebaliknya.

Sangat mustahil jika Jungkook menginginkan ibunya merawat Taehyung. Bukan jarak saja sebagai alasannya, tetapi belum tentu si kecil mau bersama orang lain, selain Jungkook dan Kakek Jeon.

“Kalau Papa tidak pergi bekerja Taetae tidak bisa makan setiap hari, gimana? Taetae kuat nahan lapar?” tanya Jungkook. Sambil menepuk perut agak maju milik si kecil.

“Tidak kuat.” Taehyung cemberut. “Kalau lapar perut Taetae suka bunyi-bunyi. Kruuuuk, seperti itu.”

“Suara apa itu?”

“Cacing kelaparan!” seru Taehyung.

“Kalau meow-meow. Suara apa?” tanya Jungkook.

“Ibu kucing!” jawab Taehyung. “Miaw-miaw, anak kucing!” lanjutnya.

Jungkook bangkit dari duduknya bersama Taehyung dalam gendongan. Hari ini dia membawa si kecil ke kafe. Semoga saja Taehyung tidak cepat bosan dan merengek minta pulang. Dia benar-benar tidak enak dengan Irene, walaupun wanita beranak satu itu tidak akan keberatan sama sekali.

Sebab Taehyung itu anak manis. Irene suka.

“Taetae sudah pintar ya. Sekarang tebak lagi. Papa susu, susu! nah itu suara siapa?” Jungkook menirukan suara Taehyung saat malam hari ketika ingin sebotol susu.

“Suara Taetae!” Si kecil tergelak setelah menyerukan jawabannya.

Sebagai hadiah, Jungkook membubuhi kecupan sebanyak-banyaknya di kedua pipi lengket Taehyung.

“Kalau ini, Papa! Taetae ngompol. suara siapa itu?”

“Taetae nggak ngompol, Papa yang ngompol.”


. . . . .


Hari ini cuaca ibu kota sangat bersahabat. Tidak panas, dan tidak juga mendung. Sebagian cahaya matahari tertutupi gumpalan awan.

Jungkook bersyukur hari ini sinar mentari tidak terlalu terik. Kalau iya, bisa-bisa Taehyung merengek kepanasan.

“Dibeli, ayo beli mainan Taetae.” Taehyung menjajakan dagangannya. Si kecil menggemaskan kini mempunyai kegiatan baru selama perjalanan ke halte bus.

Sambil mendorong troli kecil berisi mainan-mainan. Taehyung mengikuti langkah Jungkook yang sudah semakin jauh di depan sana. Si kecil terlalu sibuk menyapa orang sekitar. Menawarkan siapa saja yang menyapa Taehyung dengan mainan di dalam trolinya.

“Taehyung, mau kemana?” Bibi yang tinggal di sebelah apartemen Jungkook menyapa.

Taehyung mendorong troli dengan semangat, menghampiri bibi tetangga.  “Tae mau kerja. Sama Papa.” Jarinya menunjuk Jungkook di depan sana, berdiri dengan senyum simpul, menunggu Taehyung.

“Astaga! Taetae sudah kerja? Pintar sekali sayang.”

Bibi tetangga baru saja pulang dari berbelanja. Di kantung plastiknya banyak buah-buahan dan sayuran. Taehyung melihat ada buah jeruk. Warna jingga nya menarik perhatian si kecil.

“Bibi, itu apa?” tanya Taehyung. Maju beberapa langkah ke depan, menunjuk kantung plastik berisi jeruk.

“Ini namanya jeruk. Taehyung mau?”

Taehyung terlihat berpikir sambil melirik troli penuh mainannya. Kemudian mendekat, meraih salah satu bola-bola plastik miliknya. Taehyung memilih warna orange karena mirip dengan buah jeruk di kantung bibi tetangga.

“Bibi, ini Taetae tukar jeruknya pakai bola milik Tae,” tawar si kecil. Membuat bibi tetangga tidak bisa menahan tawa sebab Taehyung sangat menggemaskan.

Anak itu ingin jeruk dan dia menukarnya dengan bola plastik berwarna sama seperti buah yang dia inginkan.

Sebagai hadiah, bibi itu mengambil satu buah jeruk dari dalam plastik. Memberikannya untuk si kecil.

“Ini untuk Taetae, dimakan ya? Supaya Taetae sehat dan pintar, bibi berikan.”

Taehyung sempatkan melihat kearah Jungkook. Meminta persetujuan, apa boleh dia menerima jeruk ini? Yang dijawab papanya dengan anggukan.

“Terima kasih bibi.” Satu buah jeruk yang paling besar Taehyung dapatkan.

Setelah mendapatkan jeruk. Taehyung tidak melupakan bolanya, dia memasukan bola orange miliknya ke kantung plastik berisi jeruk.

“Bibi, jaga bolanya baik-baik ya. Taetae dapat itu dari Papa,” pinta Taehyung.

Bibi tetangga bangga melihat ada anak sekecil Taehyung. Bisa mengerti jika menginginkan sesuatu, maka harus berusaha. Taehyung merelakan satu bola mainannya untuk sebuah jeruk. Itu termasuk usaha, karena Taehyung sangat menyukai semua mainan yang diberikan Jungkook. Si kecil berusaha merelakan.

“Bibi janji. Bola ini, bibi simpan baik-baik untuk Taehyung.” Wanita paruh baya itu menunduk. Menyamakan tinggi badannya dengan Taehyung, kemudian memberikan kecupan di kening si kecil.

“Taehyung anak pintar, anak manis. Hati-hati di jalan, ya?”

Setelahnya mereka berpisah. Dan Taehyung melanjutkan kegiatannya mendorong troli. Jungkook masih sabar menunggu, dan tersenyum simpul melihat si kecil mendekat.

“Taetae dapat apa?” tanya Jungkook.

“Jeruk. Nanti Taetae bagi Papa, tapi sedikit saja. Jangan banyak, nanti batuk,” ucap Taehyung.

Jungkook suka kesal dengan sifat sok tua Taehyung ini. Jelas-jelas anak itu yang mudah terserang batuk kalau sudah berlebihan memakan makanan manis.

“Baiklah, Papa sedikit saja. Kalau Tae banyak.” Jungkook mengalah, tentu saja. Berdebat dengan Taehyung tidak ada habisnya sampai si kecil menangis.

Pasangan ayah dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka di hari yang cerah ini menuju halte bus. Ditemani dengan suara Taehyung yang menawarkan mainannya, terkadang juga bernyanyi atau menyapa siapa saja yang dia temui.

Berangkat kerja yang sebelumnya membosankan, kini menjadi lebih menyenangkan bersama Taehyung.

“Selamat pagi, Paman. Taetae punya mainan banyak.”

Mungkin juga akan memakan waktu lebih lama. Tapi tak apa! Jungkook suka ini, dia sangat menikmati waktu berangkat kerja bersama Taehyung.


. . . . .

Terima kasih sudah menunggu
Sunflower!

ONNIGIRIE

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

165K 26.3K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
276K 30.2K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
718K 57.7K 41
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
74.4K 6.6K 76
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...