XELLA

By fransiskalusiana_

38.4K 8.3K 5.5K

Ini cerita tentang psikopat yang selalu meninggalkan clue setelah melayangkan nyawa seseorang dengan pisau ya... More

01. [Goresan Pisau]
02. [Jubah Hitam]
03. [Mimpi]
Visualisasi
04. [Minta Bantuan]
05. [Mirip?]
06. [Justin]
07. [Angka]
08. [Sebenarnya]
09. [Clue]
10. [Sick]
11. [Kehilangan]
12. [Fake Friend?]
14. [Sebuah Rencana]
15. [Ferisha]
16. [Pantai]
17. [Mesin Giling]
18. [Sahabat Kecilku]
19. [Rasa Suka]
20. [Om-om?]
21. [Agatha Birthday]
22. [Penjelasan Axel]
23. [Menghilangkan Jejak]
24. [Hari Ayah]
25. [Bingkai Foto]
26. [Kamar Justin]

13. [Anak Baru]

1K 207 113
By fransiskalusiana_

Setelah kejadian tragis itu, kini mayat gadis itu ditemukan warga dengan berbau sangat menyengat. Kondisi mayatnya pun sangat parah dari kejadian-kejadian sebelumnya.

Mulai dari wajahnya yang dipenuhi kemerahan serta diselingi beberapa ulat, kulitnya yang terlihat dagingnya mulai membusuk, hingga bagian perutnya yang sudah terkoyak melihatkan beberapa organ-organ tubuh disana.

Yaps, psikopat itu masih menjalankan aksinya setelah menyiram gadis itu dengan air keras. Dengan pisau handalnya, hatinya sangat tega mengoyak-ngoyak perut gadis itu, sehingga mengeluarkan banyak darah.

Tapi asal kalian tahu, psikopat itu jenius! Jejaknya tidak pernah terlihat oleh polisi, semua korban ia tinggalkan dengan jejak yang sangat bersih. Sama sekali tidak menyisakan sidik jarinya sedikit pun.

Warga mulai mual dengan bau busuk itu, mereka tidak berani menyentuhnya sama sekali. Kondisi mayat itu sangat-sangat parah dari yang mereka bayangkan. Beberapa warga mulai menelpon polisi dan ambulance, untuk memastikan mayat itu supaya cepat-cepat diotopsi dan dibersihkan seluruhnya.

Sore itu, Agatha melewati kerumunan orang banyak. Ia penasaran entah apa orang-orang berkerumun serta memegang hidung mereka, dan banyak yang terlihat dari mereka dengan raut wajah yang heboh.

"Pak, berhenti disini aja ya." pinta Agatha pada supir taxi online tersebut, setelah benar-benar berhenti, Agatha mengeluarkan beberapa lembar uang serta membayarnya. "Ini Pak uangnya, terima kasih." ucap Agatha, setelah itu ia turun dari taxi tersebut, dan berlari kecil untuk menghampiri kerumunan itu.

"Permisi Bu, ini ada apa ya rame-rame?" tanya Agatha, pada wanita paruh baya, salah satu yang berada di kerumunan tersebut.

"Itu di rumah kosong ada mayat, kayanya dia dibunuhnya kejam banget, sampe-sampe di kulitnya banyak uletnya." Jawab Ibu paruh baya itu dengan heboh.

Agatha bergidik ngeri, "Kejadiannya kapan Bu?" tanya Agatha.

"Belum tahu, De. Tapi tadi sekitar 1 jam yang lalu ada orang yang nemuin mayat, karena katanya pas lewat rumah kosong ini baunya menyengat, ternyata ada mayat perempuan."

Agatha hanya mengangguk, "Oh gitu ya Bu, polisi sama mobil ambulance udah di telepon belum Bu?" tanya Agatha lagi dan lagi.

"Udah, mungkin lagi menuju lokasi."

"Baik Bu, terima kasih atas informasinya."

"Iya, sama-sama."

Setelah menanyakan informasi tersebut, Agatha mengeluarkan masker dari tasnya. Lalu ia memakai masker tersebut.

Setelah selesai memakai masker, Agatha sebisa mungkin menyiapkan mental untuk masuk ke dalam sana, tentunya sebelum mobil polisi datang.

Ia memasuki kerumunan tersebut, sebenarnya perutnya sangat sakit seperti ditusuk jarum. Tapi ia harus bisa memastikan apakah psikopat itu yang membunuh korban tersebut? Jika memang iya, pastilah akan ada clue yang ditinggalkan oleh orang itu.

Agatha sudah sampai di kerumunan paling depan, kini ia harus melangkah sedikit lagi untuk menuju pintu tersebut. Jantungnya mulai berdegup tak karuan, napasnya pun mulai memburu. Ia terlalu takut dengan gambaran mayat yang di bicarakan oleh Ibu paruh baya tadi.

Perlahan kakinya melangkah ragu, keringat mulai bertetesan dari dahinya. Degup jantungnya semakin cepat, bau busuk mulai memasuki indera penciumannya. Padahal ia sudah memakai masker, tapi berbau busuk itu mampu menembus masker yang dipakai olehnya.

"De.. mau ngapain kesana?" teriak seorang bapak-bapak disana.

Agatha sempat berpikir, ia harus menggunakan alasan yang logis kali ini. "Hm.. itu Pak.. saya mau mastiin aja, takutnya mayat itu, salah satu teman saya yang hilang beberapa hari ini." ucap Agatha terbata-bata, ia sangat berharap mereka percaya akan alasan itu.

Bapak-bapak itu mengangguk, "Kamu berani?" tanya Bapak itu, salah satu diantara mereka.

Agatha mengangguk cepat, "Berani, Pak."

"Yaudah, hati-hati ya, De."

"Siap, Pak."

Agatha menghembuskan napasnya, untunglah mereka percaya dengan alasan yang ia berikan.

Agatha meraih knop pintu tersebut, membukanya secara perlahan dengan tangan yang sedikit bergetar. Pintu tersebut terbuka, mengeluarkan aroma berbau yang sangat menyengat. Agatha sempat mual dengan bau tersebut, tapi buru-buru ia masuk untuk memastikan clue tersebut.

Kepalanya kini sedikit pusing, setelah melihat apa yang dihadapannya sekarang. Rasanya ia ingin muntah sekarang, tapi ia tahan. Ia mencari kertas di sekitar tubuh mayat itu, dan setelah melihat kertas yang berada di samping tangan gadis itu, ia segera mengambilnya dengan tangan yang sudah menggunakan plastik.

Kepalanya kini terasa berat, tubuhnya lemas, perutnya melilit, dan rasa mual kini menghampirinya. Ia cepat-cepat keluar dan mendapatkan kerumunan banyak orang yang semakin ramai.

Pandangannya terasa kabur, semakin lama semakin gelap. Ia tidak tahan dengan kepalanya yang terasa sangat berat.

Brugh

Agatha pingsan.

●●●

Pagi ini terasa hening, kelas 11 IPA 1 diselimuti aura dingin dari seorang cowok berperawakan tinggi. Wajahnya yang terlihat tegas, serta tatapan matanya yang tajam, membuat seluruh siswa-siswi kelas 11 IPA 1 terdiam seperti membisu.

"Oke anak-anak, selamat pagi semuanya." Ucap Bu Ara memecahkan keheningan.

"Pagi, Buu." Jawab murid-murid itu kompak.

"Pagi ini Ibu membawakan teman baru untuk kalian. Kamu, perkenalkan diri sekarang." Suruh Bu Ara pada cowok tersebut.

"Gue Axel Fransisco," ucapnya tanpa basa-basi.

Bu Ara tersenyum tipis, ia sudah tahu betul bagaimana cara Axel berbicara. Mengingat Axel adalah muridnya dulu di SMP Tunas Bangsa.

"Oke Axel, kamu bisa duduk di bangku pojok paling belakang." Suruh Bu Ara dengan menunjuk kursi kosong tersebut.

"Seperti janji Ibu minggu kemarin, hari ini kita akan mengadakan ulangan harian ke 3. Ibu akan ambil soal yang tertinggal di meja Ibu, jadi tolong baca buku kalian dulu, dan jangan berisik!"

"Baik, Bu.." jawab mereka dengan kompak.

Hening! Itulah yang masih menggambarkan suasana kelas 11 IPA 1 sekarang ketika di tinggalkan Bu Ara, bukan hanya karena mereka membaca buku. Tidak, tidak sama sekali buku terbuka oleh salah satu diantara mereka. Mereka hanya melamun dengan pikiran masing-masing, entah karena hal apa itu.

Kehadiran Axel dikelas mereka, membuat suasana baru. Bukan suasana baru layaknya senang, atau berisik dan sebagainya. Tapi Axel mampu membuat seisi kelas yang tadinya berisik, kini hening layaknya bisu.

Aura Axel terlalu menyeramkan, setiap di dekatnya selalu saja membuat orang-orang bergidik ngeri. Tapi, bukan menyeramkan seperti tampangnya yang sangar atau jelek, kenyataannya tidak seperti itu. Justru wajahnya sangatlah tampan, yang membuatnya terlihat menyeramkan adalah tatapan matanya.

Canggung! Itu yang dirasakan Arya, teman sebangku dari anak baru itu. Ia bingung harus memulai percakapan seperti apa, rasa takutnya mengalahkan ia untuk membuka suara. Entah karena apa Arya begitu tidak nyaman saat duduk di dekat Axel.

Suara buku yang di bolak-balik Justin, memecah keheningan di kelas itu. Kini ia menjadi pusat perhatian seluruh teman-temannya. Meskipun begitu, ia sama sekali tidak peduli.

"Weh Lex, kok jadi pada diem gini ya?" tanya Varo pada sahabatnya, Justin. Sahabat Justin memang seperti itu, mereka selalu memanggil Justin dengan embel-embel 'Lex' atau terkadang 'Alex'.

"Tobat," jawab Justin singkat.

"Bukan tobat, mungkin karena anak baru itu."

"Hm," Justin sama sekali tidak berminat membahas masalah anak baru. Di pikirannya hanya satu, ulangan fisika yang akan ia kerjakan nanti.

Yaps, memang selama ini Justinlah juara kelas. Ia selalu mendapatkan nilai yang sempurna, berbagai lomba serta olimpiade selalu ia raih dengan nilai tertinggi. Ia siswa yang dikenal cerdas, tetapi sifat dinginnya tidak pernah berubah.

Setelah Bu Ara mengambil soal-soal yang akan dikerjakan, kini mereka bersiap-siap untuk menaruh buku-buku yang ada di meja masing-masing ke dalam tas. Setelah siap dengan peralatan yang dibutuhkan, Bu Ara mulai membagi kertas tersebut serta kertas kosong untuk coret-coretan nanti.

"Tolong di kerjakan dengan jujur, tidak ada yang mencontek jawaban teman. Seperti biasa, siapa yang menduduki nilai tertinggi di kelas ini, berbeda dari sebelumnya, kali ini ia akan di pilih sebagai salah satu calon mahasiswa oxford university. Karena pihak sekolah telah bekerja sama, jadi mohon dengan sangat, jawab semampu kalian." Ucap Bu Ara dengan serius.

"Pasti ini lo lagi Lex," ucap Rio dengan yakin, yang duduk di belakang Justin.

Justin memang selalu memenangkan nilai paling tinggi di sekolah tersebut, kesempatan ini tidak akan ia sia-siakan. Kuliah di oxford university adalah impiannya sejak kecil. Jadi ia harus sungguh-sungguh untuk menggapainya.

Soal fisika yang diberikan berjumlah 40 soal, dengan durasi 2 jam. Kini Axel berhasil menyelesaikannya dalam waktu 30 menit. Ia membawakan kertas soal yang sudah ia jawab ke hadapan Bu Ara. Teman-teman yang lain takjub dan kaget ketika melihat Axel telah selesai dan mengumpulkannya tanpa ragu, tapi yang lain masih berpikir bahwa Justin lah yang akan menang. Menurut mereka, Axel hanya menjawab soal dengan asal.

Jelas mereka berpikir bahwa Axel menjawabnya dengan asal, kertas coret-coretan yang di berikan Bu Ara padanya, masih bersih tanpa ada satu pun coretan disana. Bu Ara hanya menerimanya tanpa protes, kini Bu Ara langsung mengoreksi semua jawaban yang dikerjakan oleh anak baru itu.

Selang 25 menit, kini Justin lah yang telah selesai. Ia mengumpulkan kertas tersebut ke hadapan Bu Ara, Bu Ara yang melihatnya pun langsung menerimanya dan mengoreksinya.

Sudah hampir dua jam ulangan dilaksanakan, masih banyak diantara mereka yang belum selesai. Yang telah selesai mengerjakan pun jenuh, harus menunggu. 5 menit lagi waktu akan habis, seluruh murid kelas 11 IPA 1 menunjukkan raut wajah yang tegang. Banyak diantara mereka yang menginginkan kuliah di oxford university, tapi apalah daya jika otak pas-pasan.

"Waktu sudah habis, selesai tidak selesai silahkan kumpulkan. Ibu akan langsung mengoreksi serta mengumumkan siapa 3 orang nilai tertinggi diantara kalian."

Banyak dari mereka yang menghembuskan napas gusar, raut wajah kecewa serta sedih meliputi siswa-siswa yang terpaksa mengumpulkan dengan adanya soal yang belum terjawab. Pasrah! Itulah yang harus mereka lakukan sekarang.

Setelah semua murid dipastikan telah mengumpulkan ulangan mereka, mereka disuruh menunggu sambil membaca bab selanjutnya tentang termodinamika.

Setelah 20 menit mengoreksi, Bu Ara tersenyum puas dengan hasil pakerjaan murid-muridnya. Kini ia berdiri dan akan memberikan selamat kepada 3 orang yang akan dipilih sebagai calon mahasiswa oxford university, jika mereka sudah lulus kelas 12 nanti.

"Oke anak-anak, Ibu sudah mengoreksi semua hasil pekerjaan kalian. Ibu cukup senang dan puas dengan nilai-nilai kalian, Ibu harap kalian bisa mempertahankannya. Oke langsung saja Ibu sebutkan."

Deg! Deg! Deg!

Jantung mereka berpacu dengan cepat, rasa khawatir dan takut menjalar di tubuh mereka masing-masing, itu berlaku bagi mereka semua, tapi tidak berlaku bagi Justin dan Axel. Kedua orang itu tampak biasa saja dengan raut wajahnya yang datar, tidak seperti teman-teman lainnya.

"Oke Ibu akan mengumumkan dari nilai tertinggi ke 3, nilai tertinggi ke 3 yaitu... "

Deg!

"Aletha Friska Zelonita. Selamat untuk Aletha." ucapan selamat yang di lontarkan Bu Ara membuat Aletha tersenyum senang.

"Oke, nilai tertinggi ke 2 jatuh kepada..."

●●●

Aku padamu Justin 😙

Siapa ya kira-kira nilai tertinggi pertama?

Cast Axel

Axel Fransisco

Axel auranya gitu banget dah?

Tapi gak apa-apa deh, kalo tampangnya diatas rata-rata wkwk.

Oke, jangan lupa vote & comment-nya ya, hehe^^

Sampai jumpa di chapter berikutnya:)

-autumn🍂

Continue Reading

You'll Also Like

9.4K 909 18
Jangan keluar jika kau ingin selamat Semua orang melupakan semua yang mereka sayang, demi menyelamatkan nyawa Dunia kami hancur Hidup kami hancur Nam...
23.5K 2.3K 29
Semalam yang membekas di ingatan😋 #POOHPAVEL ONLY OKE💋
2.5K 385 18
Memecahkan sebuah misteri yang di akibatkan dari sebuah buku hitam...
99.6K 6.4K 64
Berawal dari hobi membaca novel tentang Gus. Khalisa Syairah Khaulah memutuskan untuk pindah ke pesantren. Jika kebanyakan dalam cerita yang dia baca...