The Twins ✓

By kimjinieya__

97.8K 11K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 13

2.4K 320 16
By kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Kantor Kepolisian Seoul

"Nam Saeron-ssi. Sekarang jelaskan secara detail mengenai Kim Soobin yang ada di kediaman Anda." ujarnya.

Saat ini Saeron tengah berada di ruang interograsi bersama Detektif Han Jaehwan yang duduk di hadapannya. Kepala Saeron tertunduk dalam. Sebenarnya ia menahan rasa gelisah dan gugup sedari tadi. Takut kalau Nana akan memarahinya.

'Tapi kalau aku tidak mengatakan yang sebenarnya, aku akan dipenjara. Lagipula aku hanya diperintah untuk mengurusnya bukan menculik Anak itu. Maafkan aku Eonni. Lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya pada Detektif ini.' batinnya.

Lantas ia mendongak menatap Detektif Han di depannya. Tangannya yang masih terborgol diletakkan di atas meja. Menatap lekat pada Detektif Han.

"Aku akan mengatakannya yang sejujurnya padamu, tapi aku minta tolong padamu. Ringankan hukumanku di sini, sekitar tiga tahun penjara mungkin(?)"

Kening Jaehwan mengerut. "Kenapa? Apa kau memiliki alasan yang masuk akal atas permintaanmu itu?" tanyanya heran.

"Ada alasan yang akan kuberitahukan pada Anda dan Anda harus beritahu sahabatmu itu sebelum semuanya terlambat." jawabnya mantap.

Jaehwan mengangguk mantap dan membiarkan Gadis yang lebih tua darinya mengatakan yang sebenarnya secara detail padanya.

Anehnya, Saeron tak sedikitpun berkata bohong di sini. Malah Gadis ini mengatakan semuanya tentang hubungan Kim Changryuk dan Im Jin-Ah, tentang kematian Kim Changwook saudara kembar Kim Changryuk dan bahkan pembunuhan Kim Changwook. Saeron menceritakan semuanya pada Jaehwan dan itu membuat mata Jaehwan terbelalak sempurna. Tak hanya Jaehwan.

Tapi justru Kepala Kepolisian Kim yang ikut mendengarkan penjelasan dari ruang operator yang menghubungkan ruang itu pada ruang interogasi. Kini tengah menahan gejolak amarahnya pada Kakak kandungnya yang luar biasa gilanya. Tidak di sangka sang Kakak akan sekejam itu pada keluarga Seokjin.

'Tidak kusangka kau akan membunuh saudara kembarmu sendiri hanya karena harta!'

"Hyung, kenapa kau tinggal di Apartemen? Kenapa tidak di Rumah?" tanya Soobin ketika kepalanya mendongak menatap Gedung Apartemen yang menjulang tinggi di depannya.

Namun Seokjin tak langsung menjawabnya. Sehingga ia hanya bungkam. Melangkah memasuki lift tanpa sepatah kata. Diikuti Soobin di belakangnya tanpa suara tentunya. Tapi jalannya sedikit pincang karena perih di kedua pergelangan kakinya. Hanya saja dirinya tampak sedikit gugup dengan sikap Seokjin yang tiba - tiba berubah menjadi dingin. Apalagi raut wajahnya yang sangat datar itu.

Tanpa sepatah kata, password Apartemen segera di tekan oleh Seokjin setibanya di depan pintu Apartemennya. Sedangkan Soobin hanya terdiam di belakang Seokjin.

Tilulit

Ceklek

Seokjin membuka pintu tersebut dan di sambut pekikan dari Taehyung dan Hoseok dari dalam. Namun keduanya langsung terdiam ketika atensinya tak sengaja mendapati sosok lelaki lain di belakang Seokjin. Kelima sahabat Seokjin sedikit terkejut dengan presensi Soobin Hyung tertua mereka. Kepalanya sedikit tertunduk malu.

"Hyung, siapa dia?" tanya Jimin.

Kaki Seokjin terus melangkah dan berbelok ke arah dapur tanpa menjawab pertanyaan Jimin. Sedangkan Soobin berjalan dengan sedikit pincang menahan perih di pergelangan kedua kakinya. Sebisa mungkin ia menahannya.

Hoseok yang melihat itu langsung menghampiri Soobin dan memapah Anak itu jalan ke sofa. "Hei. Ada apa dengan kakimu? Seragam sekolahmu juga sangat berantakan." celetuknya.

Tertunduk dikala mendengar pertanyaan Hoseok. Yang lebih tua hanya mendudukkan yang lebih muda di sofa. Sebelumnya Hoseok sudah menyuruh Taehyung dan Jimin menyingkir dari sofa panjang.

Tatapan kelima sahabat Seokjin ini sedikit mengintimidasinya. Sehingga Soobin merasakan degup jantungnya yang terus berdetak kencang. Gugup dan gelisah pastinya.

Seokjin mendengus. Tatapan intimidasi lima orang yang sangat Seokjin kenal itu membuat Soobin takut. Bahkan sampai menunduk seperti itu. "Yak! Berhentilah menatap Adikku seperti itu! Kalian tidak lihat? Betapa takutnya dia pada kalian saat ini?" tegurnya dingin.

Semua menoleh ke Seokjin yang akan membuat makanan untuk Adik sepupunya.

"Dia Adik sepupumu Hyung? Kenapa seragamnya berantakan seperti ini?" tanya Namjoon.

"Nanti akan Hyung jelaskan secara detail pada kalian. Lebih baik kalian bantu obati kedua pergelangan kakinya yang membiru." titah Seokjin di akhir tanpa menatap.

Atensi mereka beralih pada presensi Soobin yang masih setia menunduk. Taehyung begitu kesal melihatnya selalu menunduk seperti itu. Apakah mereka semenakutkan itu?

Baru saja Taehyung akan menegurnya, Jimin sudah menyeletuk duluan. "Siapa namamu?" tanya Jimin lembut.

Soobin menelan salivanya susah payah. Lalu menjawab, "K-Kim Soobin imnida..." kikuknya sembari membungkuk sopan.

Kening Yoongi mengerut. Merasa seperti pernah mendengar nama itu. Tapi di mana?

Sesaat ia mengingat - ingat di mana ia pernah mendengar nama Soobin disebut dan membiarkan sahabatnya yang lain berbincang dengan Soobin.

Ah! Ternyata remaja ini yang dicari Seokjin beberapa hari yang lalu. Syukurlah jika telah ketemu. Yoongi bisa sedikit bernafas lega.

"Coba angkat kakimu," pinta Hoseok.

Soobin menggeleng. Ia masih tidak mau berbicara atau berinteraksi pada mereka. Takut sepertinya.

Kini giliran Yoongi yang mendengus. "Hei Kim Soobin! Jika kau masih saja menunduk, maka aku akan mencincang tubuhmu sekarang juga." ancamnya dingin.

Sedetik kemudian kepala Soobin terangkat. Patuh sekali anak itu. Sepertinya ia takut dengan ancaman Yoongi(?).

Sepertinyaa...

Jimin mendelik tak percaya pada kalimat Yoongi yang baru saja terlontar. "Hyung! Dia ini sedang sakit! Jangan mengancamnya seperti itu! Kau sudah menakutinya tahu!" pekiknya.

Sedangkan Yoongi hanya memotar matanya malas dan ternyata Seokjin melakukan hal yang sama dengan Yoongi barusan.

"Soobin-a.." panggil Seokjin sedikit melembut.

Kelima sahabatnya sedikit tertegun. Tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Seokjin memanggil Soobin dengan suara lembutnya.

Ini sedikit... aneh (?)

Namanya terpanggil sontak Soobin menoleh ke dapur. "Lebih baik kau mandi sekarang. Aku yakin kau belum mandi selama dua bul--"

"DUA BULAN?!!!" pekik Hoseok, Taehyung dan Jimin.

Perkataan Seokjin terpotong dengan pekikan yang menyakitkan telinganya. Bahkan Soobin sampai menutup kedua telinganya seraya sedikit meringis karena saking kencangnya mereka berteriak. Sedangkan Seokjin dan Yoongi hanya menatap ketiganya malas.

Plak
Plak
Plak

Suara geplakan satu kali di kepala ketiga lelaki itu menggema di keheningan ruang tengah Apartemen Seokjin. Pelakunya adalah Yoongi. Beruntung suara pekikan mereka bertiga tak sampai luar Apartemen. Kalau iya, mungkin Seokjin akan mengusir mereka saat ini juga.

"Berhenti berteriak sebelum aku memotong lidah kalian!" ancam Yoongi sarkas.

Ketiganya langsung terbungkam dan menutup rapat mulut mereka. Dalam diam Hoseok kembali mengobati pergelangan kaki Soobin. Takut lidah mereka sungguhan di potong. Sedangkan Namjoon hanya menahan tawanya karena saking lucunya ketiga sahabatnya.

Soobin hanya tersenyum kecil melihat kelucuan sahabat Sepupunya ini. Bibirnya terlihat pucat. Pun dengan perutnya yang masih terasa nyeri dan ia berusaha menahannya. Bahkan ringisan yang keluar dari bibirnya ia tahan sebisa mungkin.

Sepertinya Yoongi menangkap sesuatu keanehan yang mengganjal dari wajah Soobin?

Lantas ia memutar badannya mengarah pada Seokjin yang memulai memasaknya. "Jin-a, wajah Adikmu ini sudah pucat. Kenapa kau tidak langsung membawanya ke rumah sakit saja?" tanyanya.

"Dia menolak." jawab Seokjin singkat. Namjoon menatap remaja jangkung yang menunduk. "Kenapa? Jika kau tidak langsung di bawa ke rumah sakit, itu akan memperburuk tubuhmu, Soobin-a." ujarnya lembut.

Tak ada jawaban yang berarti dari Soobin. Jari jemarinya ia mainkan gelisah dan gugup.

"Biarkan saja Joon-a." ketus Seokjin.

Seketika hening melanda. Hanya terdengar bunyi detik jarum jam dinding yang mengalun teratur. Bibir mereka benar - benar terkatup rapat setelah mendengar nada ketus dari Seokjin.

Hampir terhitung dua menit mereka terdiam, ponsel Seokjin berbunyi. Kegiatannya memasak terhenti. Mau tidak mau ia harus mengangkatnya dan ternyata Jaehwan yang menghubunginya. Akhirnya ia menekan tombol hijau dan me-load speaker ponselnya.

"Wae?" tanya Seokjin sembari memasak.

"Kau ada di mana sekarang?" Bukannya menjawab Jaehwan malah bertanya balik.

Seokjin memutar matanya malas. "Aku di Apartemen. Waeyo?"

"Bisakah kau datang ke Kantor Polisi? Ada yang harus aku bicarakan padamu."

Spatula di letakkan di samping kompor. "Apa kau ada di ruang interogasi sekarang?" tanyanya balik.

"Ya. Bisakah kau ke sini?"

Helaan nafas terdengar. "Baiklah. Aku akan ke sana setelah aku selesai memasak." finalnya.

"Ya, aku tunggu."

Bip

Kebiasaan Seokjin yang tidak pernah menerapkan santunan pada orang lain. Selalu mematikan sambungannya secara sepihak. Lantas ia melanjutkan dengan diam. Keenam sahabatnya hanya sibuk dengan kesibukan masing - masing. Tidak berani bertanya atau memanggilnya. Takut mengganggu.

"Soobin-a, kenapa kakimu bisa seperti ini eoh? Mengerikan sekali..." celetuk Hoseok memecahkan keheningan.

Pertanyaan itu menundukkan kepala Soobin yang entah harus menjawab apa pada Hoseok. Memainkan jari jemarinya dan menggigit bibir dalamnya dengan gugup.

Kedua kaki Soobin telah usai di obati. Kemudian sang pemilik kaki menurunkan kakinya ke bawah sofa. Takut tidak sopan.

Tangan Hoseok menggenggam kedua tangan Soobin. Sedikit memberikan kenyamanan pada sang empu tangan. Sedikit tersentak dengan perlakuan Hoseok yang menurutnya mengejutkan ini. Seokjin bisa melihat ketulusan Hoseok saat ini saat menatap perlakuan Hoseok pada Adik sepupunya.

"Jika kau tidak mampu mengatakannya, kami tidak masalah. Jangan gugup seperti itu. Mengerti?"

Soobin mengangguk kecil sedikit takut. Menimbulkan senyum lebar terbit di bibir Hoseok. Ada rasa sedikit kenyamanan bersama dengan Hoseok. Bahkan ia sempat mendongak ketika dengan tiba - tiba Jimin mengusap lembut rambut Soobin yang ternyata sangat lepek karena belum keramas beberapa bulan ini.

Sontak memundurkan kepalanya menjauhi telapak tangan Jimin yang akan memegang rambutnya. "J-jangan. Aku belum keramas H-Hyung.." ungkapnya terbata.

Jimin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Seraya terkekeh kecil. "Gwaenchana. Aku bukan orang penderita kelainan OCD. Jadi kau tenang saja. Walaupun aku suka kebersihan hehe..." kekehnya.

Taehyung dan Hoseok bahkan terkekeh kecil mendengar lelucon Jimin. Sedangkan Yoongi sudah terlelap di sofa single.

"Soobin-a, makanlah sehabis ini. Hyung sudah selesai menyiapkan makanan untukmu dan habiskan. Hyung keluar dulu." ujar Seokjin seraya berpamitan.

Pemuda Kim ini melangkah keluar dari dapur, lantas mengambil jaket miliknya. Seokjin segera berlalu dari Apartemen. Tanpa berpamitan pun mereka tahu ke mana Seokjin akan pergi. Jadi tinggallah mereka berenam di Apartemen Seokjin saat ini.

"Akhirnya kau datang juga, Seokjin-a. Aku sudah menunggumu terlalu lama." sambut Jaehwan menyindir.

Lelaki yang baru saja datang mendengus dan memasuki ruang interogasi. Kemudian ia duduk di sebelah Jaehwan yang kosong. Di sana juga masih ada Tim 6 dan Kepala Kepolisian Kim Hyunbin di ruang khusus. Untuk mendengar percakapan mereka dari sana . Karena ruang interogasi tersebut merupakan ruang kedap suara.

Seokjin menatap lekat dan tajam pada wanita di depannya ini. "Kenapa kau menyuruhku kemari Jae-ya?" tanyanya.

"Saeron meminta tolong padaku dan dia sudah mengatakan semuanya dengan jelas padaku. Tinggal kau saja yang belum mengetahuinya." jelas Jaehwan.

Mengangguk mengerti. "Baiklah. Cepat katakan, apa yang kau minta padanya." ujar Seokjin pada Saeron.

Gadis di depannya mendongak. "Aku hanya ingin hukumanku diringankan dan aku akan membantu kalian menangkap dalang dari penculikan Kim Soobin." tuturnya.

"Siapa? Siapa dalangnya?" tanya Seokjin.

"Im Jin-Ah yang biasa dipanggil Nana." jawab Saeron.

Keningnya mengerut tak mengerti. "Nana? Seperti tidak asing dengan nama itu."

Suara gelak tawa seketika mengejutkan lelaki bermarga Kim itu. Tatapan malas nan tajam diberikan pada Saeron. "Kenapa kau tertawa?" tanyanya ketus.

"Jelas kau tidak asing dengan nama itu. Nana Eonni ini sahabat sekaligus seniornya di Sekolah Kakakmu, Kim Jieun. Mereka bersahabat sejak kecil, tapi setelah Kakakmu menghilang Nana tidak lagi memperdulikan Kakakmu. Apalagi mencarinya, dia tak akan sudi mencari orang yang telah menghilang." jelas Saeron.

Menjeda sejenak dan menghela nafas kemudian. Lalu menatap serius pada retina mata Seokjin. "Mungkin kau harus tahu tentang ini, Seokjin. Mereka berdua memang bersahabat sejak kecil dan keduanya tak terpisahkan sama sekali. Namun Ayahmu membuat Ayahnya dipecat. Alasannya adalah Tuan Kim Changwook kecewa dengan Ayah Nana Eonni karena Beliau sudah berkali - kali lalai dan membuat kesalahan. Ayah Nana Eonni menerima dirinya dipecat dan mengakui kesalahannya. Bahkan Tuan Kim merekomendasikan beberapa Perusahaan padanya, agar Ayah Nana Eonni bisa bekerja di sana. Sayang Istrinya tidak terima Suaminya dipecat. Beliau dendam dengan Tuan Kim. Ibu Nana Eonni menghasut Nana Eonni untuk merayu Kim Changryuk, saudara Kembar Tuan Kim dan berhasil. Nana Eonni menghasut Kim Changryuk dan merencanakan pembunuhan itu, Seokjin-a." jelasnya.

Saeron membasahi bibirnya dan menelan salivanya kasar. Tenggorokannya sedikit kering karena terlalu banyak berbicara. Lalu melanjutkannya, "Satu rencana sudah di lancarkan olehnya, yaitu membunuh Tuan Kim dan lagi lagi menggunakan Kim Changryuk sebagai alatnya. Dia di peralat oleh Nana Eonni. Kim Changryuk tidak tahu kalau Nana Eonni hanya memperalat dirinya dan membodohinya. Segala topeng sudah Nana Eonni gunakan untuk melancarkan rencananya dengan melakukan sandiwaranya. Pura - pura mencintai Kim Changryuk dan merebut semua harta Tuan Kim. Aku tahu semua ini karena Nana Eonni sendiri yang memberitahukan rencananya padaku, jadi aku bisa menceritakannya pada kalian." urainya.

BRAK

Suara gebrakan meja akibat ulah Seokjin mengejutkan Jaehwan dan Saeron hingga terlonjak. "Kalau begitu kenapa mereka tidak sekalian membunuhku, Eomma dan Seokjun juga saat itu? Sialan!" makinya. Lantas menatap Saeron. "Lalu, kenapa kau mau membantuku?" tanyanya.

Ujung bibir gadis bermarga Nam terangkat membentuk sebuah senyum penuh arti. "Karena aku ingin mengakhiri semua rencananya dan aku minta tolong padamu, ikuti dulu skenario mereka. Nana Eonni memang telah menjebak Kim Changryuk. Jika Eonni berhasil mendapatkan harta Ayahmu, Eonni juga pasti akan membunuh Changryuk." jawabnya sekalian menjelaskannya.

===============

To be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

326K 35.4K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
44.9K 3.5K 25
Begitulah... Rasa takutmu, kesedihanmu, serta rasa kelelahanmu sudah ditakar. Dan semua punya takdirnya sendiri untuk usai. ~ Min Yoongi ~ This is...
11.5K 1K 18
[Complete ✔] "Sorry..." Started: 29 march 2020 Finished: 14 july 2020
206K 13.7K 30
"pembunuh!!! pembawa sial!! TAK PANTAS KAU HIDUP!" Tak pantas hidup? Kalau begitu kenapa aku tidak cepat mati saja? Bukankah kalian masih ingin lebih...