The Proposal | A Romantic Com...

由 chupachipp

391K 38.1K 3K

❝ Is it okay to marry the groom before their love bloom? ❞ The Proposal - 2020 更多

The Beginning
JANGAN BUKA KALO...
Dasar Titisan Setan!
Ding!
Surat Cuti Sakit Saya...
Hana's Wedding
Halo, ini Sasa
The Unfamiliar Timelapse
Persentase Kesiapan
Behind the Undefined Gagah
Tiramissu
No Butterfly Sparks. No Sparks At All
Sepanjang Rambut Sasa
His Family
USA vs Korea
It's Time
Siluman Kertas Proposal
Arms
The Essential Pre-wedding Photo
Ikrar Manajerial Nomor Empat
She likes... your time.
Being friends is enough
Not-so-good Friday
The McD Date
Good Day
Jalan Sidoarjo
CCTV
His London Trip
Tante Brenda
"Check up istri juga lo?"
Empire State of Mind
Terlalu Film.
5K Yacht
Sauna Room
Dear Mrs. Jatikusuma
The Plaza
Central Park
Shall I?
On Top Of The World
Present & Past
Fitting Room
The Ball Dance
"Win-win, I guess?"
Post-it Note
Airport Incident
Post-Holiday-Depression
Sleepover
One Man's Trash is Other Man's Treasure
Congratulations
One Thing After Another, After Another, After Another
Bali Ratih & Pie Susu
His Curse
Upside Down
Dio's Wedding
Hello
Seoul, 2010
Dinner Date
His Side of Story
The Table Have Turned
Airport Incident
New York
Jakarta
Atas Nama Siapa?
To Be Young And To Be In Love
The Ending

Ruang Fotokopi

5.5K 776 25
由 chupachipp

¶ When your lips don't work like they used to before ¶

Lantunan lagu Ed Sheeran menjadi peneman staff BPM unit nongkrong sore bersama di cafe favorit mereka.

Sore ini karena para staff bisa pulang lebih cepat, mereka berlima memutuskan untuk kumpul-kumpul dulu sebelum pulang ke rumah.

Sudah lama semenjak mereka tak jalan bersama, perihal Irene baru selesai cuti lahiran sehingga sedang sibuk-sibuknya mengurus bayi. Ini juga Irene tak akan ikut kumpul jika tidak disempat-sempatkan, plus ia akan pulang lebih dulu karena tak mungkin meninggalkan anak sampai lebih dari jam tujuh. Meski ada pengasuh dan orangtua Eugene, tetap saja tangan terbaik adalah ibu kandung.

"Jadi gimana lo Bi? Kenapa nggak nikah-nikah?"

Baru juga duduk mengambil pesanan mereka berlima bersama JK, Sherin sudah menyambutnya dengan pertanyaan demikian.

"Pacar gua mau fast-track S3! Kagak kelar-kelar tu orang nuntut ilmu. Padahal gua udah nuntut cepet nikah."

Mereka langsung tertawa mendengarnya.

"Lo sendiri gimana Sher?" Kali ini Hasbi yang bertanya pada Sherin. "Hubungan lo sama Jejer lebih lama dari cicilan rumah gua anjir. Gue aja udah kelar nyicil sekarang tinggal siap huni."

Sherin mengibaskan tangannya malas menjawab, "Ya gitu. Emang belom serius. Gue masih takut nikah!"

"Selagi bisa saling ngertiin, pernikahan nggak seserem itu kok." Irene menjawab sambil memakan croissant-nya.

"Iya bener banget." Sasa angkat bicara sebagai orang yang juga sudah menikah di antara mereka berlima. "Meskipun pernikahan gue anehnya minta ampun, tapi gimanapun juga, yang namanya tinggal serumah tuh yang penting saling ngertiin. Mau hubungannya nikah kek, temen kosan kek, sodaraan kek. Pokoknya harus mau mahamin satu sama lain. Sisanya paling urusan seks? In case lo nggak suka cara Jejer make out ya, ya yaudah sih go ahead?"

"Eh iya Sa, tapi lo udah hampir dua tahun gini bener-bener nggak ada sudden make out session gitu? Atau foreplay? Atau apa kek gitu?! Ciuman kek ciuman?"

Sasa memutarkan bola mata mendengar pertanyaan Hasbi. Percakapan mereka sore itu kelewat seru hingga mereka tak sadar langit mulai menggelap. Irene yang seharusnya pulang sebelum maghrib saja tertahan lagi dan lagi. Yang lain kerap menahannya, selagi susu bayi sudah distok di dalam kulkas, gendongan nenek pun dapat menggantikan kehangatan ibu. Lagipula Irene sudah cukup struggling selama setahun terakhir, tidak ada salahnya satu malam berkumpul bersama teman-teman. Di lain sisi, Eugene pun juga sedang lembur di kantor. Jadi ia bisa beralasan 'Nanti biar pulangnya bareng kamu'.

"Nggak ada anjir. Nggak usah ciuman, catching feeling aja nggak ada!"

"Tapi aneh dah lu, nggak cinta tapi mau cuti bulan madu." Sherin menggeleng-geleng kepala meminum strawberry milkshake-nya.

"Obligatory doang itu, formalitas." Sasa menggoyangkan kepalanya mengikuti irama lagu yang diputar di café. "Lagian itung-itung liburan, puyeng pala gue kerja mulu."

"Mba, tapi kalo Pak Saga ternyata ada deket sama cewek lain gimana?"

Saat JK bertanya seperti itu Sasa diam benaran. Pasalnya selama menikah sejauh ini, keduanya tak pernah merundingkan masalah perselingkuhan. Sepertinya memang tak ada juga. Jika di antara keduanya ada yang mengganjal pasti langsung diceritakan, agar cepat terselesaikan.

"Gue sih sebenernya yaudah aja kalo dia suka sama orang, tapi sejauh ini nggak ada sih? Dia tuh ya orangnya lempeng-lempeng aja gitu, pulang kerja ya pulang. Sabtu-minggu ngurus bisnis sampingan. Olahraga kadang sama temen kadang sendirian. Dia bukan tipe yang clubbing main cewek gitu, bukan."

Wajah Hasbi langsung berubah tak enak. Ia berdeham beberapa kali sebelum akhirnya memberanikan diri buka suara. "Sa, gue tuh sebenernya nggak tau sih cerita kayak gini etis atau nggak sama lo. Tapi kayaknya lebih baik cerita aja ya?"

"Ada apa?"

JK jadi ikut penasaran, "Cerita apaan Bang?"

"Itu yang tadi abis shalat jumat diceritain Kahfi."

"Oh itu!" JK manggut-manggut.

"Ada apa sih?"

"Cerita lama sih Sa, tapi kita baru tau tadi siang dikasih tau Kahfi. Kahfi dikasih tau Hana. Hana tau dah dapet dari mana. Awalnya gue nggak mau cerita takut ngeganggu rumah tangga kalian tapi kayaknya nggak apa-apa ya berhubung kalian nggak saling sayang." Hasbi memainkan plastik sedotanya. "Jadi tuh katanya, Pak Saga..."

Sasa meminum minumannya menunggu Hasbi bicara. Pria itu menggaruk-garuk kepala sebelum menyusun kalimat yang benar.

"Lo tau nggak kalo Pak Saga ketemuan sama mantannya waktu dia dinas ke Inggris tahun lalu? Namanya Anya."

"Ooh itu! Kirain apa." Sudah takut saja Sasa mendapat berita aneh.

"Mba Sasa tau?" Kali ini JK yang bertanya.

"Tau itu mah. Pak Saga cerita kok."

"Oh iya Sa? Dia cerita ketemu mantannya ke istrinya? Kan katanya selama jalan bareng si ceweknya nyosor mulu Sa."

"Iya Pak Saga cerita kok, sampe ke detil-detil hampir ciuman juga cerita dia."

"Wah, gokil sih Pak Saga. Keren juga jadi suami." JK berkata sambil menegakkan badannya. "Ntar gue kalo punya istri mau se-cool itu juga ah."

"Gaya lo, cari dulu cewek yang bener sebelum berkhayal punya istri." Celetukan Sherin membuat JK memeletkan lidahnya ke perempuan itu.

"Ih sumpah ya, udah gue bilang gue sama Pak Saga tuh jatohnya kayak temen. Apa aja diceritain, nggak ada gimana-gimana. Itu juga biasa aja." Sasa mengangkat bahu. "Jadinya karena kita kayak temen, no feelings attached, cerita ya cerita aja."

"Lo pernah turn on nggak ngeliat dia di rumah?"

Padahal Sherin hanya bertanya bercanda, namun Sasa berpikir benaran. Pernah nggak ya? "Ada waktu-waktu di mana gue ngerasa dia ganteng. Kayak misalnya dia lagi masak, itu tuh kayak anjir ganteng banget lu semua nggak paham deh seganteng apa dia kalo lagi masak. Mungkin karena kita kebiasaan ngeliat dia serius di ruang kerjanya kali ya? Jadi auranya beda, gitu. Nah, tapi, that's it. It's not lust, lebih ke kagum aja 'Kok bisa cowok yang sibuk with his work-life tapi jago masak juga?'."

"Kalo dia? Pernah ke-gep turn on ke Mba Sasa nggak?"

Pertanyaan JK langsung membuat Sasa menggeplak kepalanya. "Mana gua tau anjir emangnya gua bisa nerawang kepala orang."

"Duh, Saaa sa." Sudah setahun lebih Sasa menikah, Hasbi masih tak menyangka dengan cerita teman sekaligus sepupu jauhnya itu. "Lu nikah aja kayak gini, segala mau liburan berdua di Amerika."

"Ih sumpah Sa, gue doain kalian tokcer ya di sana." Ucapan Irene langsung membuat Sasa spaneng. Kata 'tokcer' membuatnya mengingat Tante Brenda. Apalagi tantenya itu sudah memaksa Sasa dan Saga untuk datang ke rumah sakit tempat ia bekerja sebelum mereka bulan madu.

"Sa, setelah gue pikir lagi, kalian tuh unyu loh. Cocok deh, beneran. Udah lah voluntarily fall for him aja."

"Iya Mba, bener." JK menyambar ucapan Sherin. "Cinta itu dibangun, tau. Bukan dicari. Jadi harus dari hati dulu mau buka diri. Kalo dicari-cari mah, nggak bakal ada habisnya."

Sasa hanya membuang napas panjang tak tahu harus merespon apa. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia sudah membuka hati untuk Saga, bahkan pria itu hampir dicium perempuan lain saja Sasa tak masalah. Namun tanpa ia sadari, kadar sukanya berangsur berkurang pada Juna. Jika benar ini karena faktor pernikahan mereka, mungkin bisa dibilang hati Sasa perlahan terbuka.

>>>

Tak jauh dari lokasi para staff unit BPM berkumpul, Eugene dan Saga justru membicarakan hal lain di tengah pusingnya mereka lembur. Jam sudah menunjukkan pukul delapan, agar otak mereka terus bekerja dengan teratur, Eugene jadi mengajak ngobrol ngalor-ngidul.

"Eh, lo beberapa hari lagi ke Amerika, bawa kondom dah barangkali kebawa suasana lo."

Saga tertawa mendengarnya, meski matanya tetap fokus ke laptop.

"Lo mah kalo ngomongin ginian ketawa doang, Ga, tanpa lo sadari kalian nikah udah mau dua tahun anjir. Istri lu juga dosa, bego, kalo nggak ngelayanin suami."

"Ya itu dia dengan pisah kamar sama gua udah sebuah pelayanan bagi gua." Tukas Saga sambil meminum kopinya.

Ucapan Eugene membuat Saga jadi ingat cerita lucu saat ia dan Sasa menemani Dio mengurusi pernikahan adik Sasa itu. Berhubung pernikahan Dio akan diselenggarakan tak lama lagi, mereka sudah menyiapkan hal-hal besar sampai ke gaun yang akan dikenakan mempelai wanita. Ketika para perempuan masuk ke dalam butik, Dio dan Saga menunggu di mobil berdua.

Dan saat itu tau-tau Dio meminta nasihat kepada kakak iparnya yang ia pikir sudah berpengalaman. "Mas, pertama kali intercourse rasanya gimana sih?"

Untung. Untungggg saja Saga memiliki self-control yang baik. "Gimana apanya nih?"

"Ya... gimana biar vibes-nya enak. Terus sebenernya lancar atau nggak, atau justru awkward."

Saga berdeham. "Cewek tuh emang nggak bakal bisa klimaks sesuai keinginan di first intercourse, Yo. Sakit. Jadi baru bisa nyaman kalo kamu sama dia udah kebiasaan ngelakuin. Don't rush things, canggung pasti ada tapi lama-lama juga biasa."

Dio manggut-manggut, "Mba Sasa kesakitannya kayak gimana Mas waktu itu?"

"Nangis."

Mata Dio membulat, takut kalau istrinya nanti nangis juga. Padahal di dalam otak Saga, yang ia ingat saat malam pertama, Sasa masuk ke dalam kamar setengah oleng akibat kelelahan berdiri berjam-jam.

Baru saja Dio ingin lanjut bertanya, Sasa dan Nina—calon istri Dio—masuk ke dalam mobil. Jadilah percakapan mereka berhenti sampai di sana.

Namun percakapan Saga dengan Eugene saat ini tak berhenti begitu saja. Mereka yang harus ke ruang fotokopi berdua tetap membicarakan pernikahan Saga.

"Tapi sumpah sih, jadi kayak pasangan beneran lo Ga, honeymoon." Eugene berkata sambil memencet alat mesin fotokopi.

"Lucu juga sih gue ngeliatnya. Kebayang kalo gue nggak setuju sama perjodohan ini mungkin yang honeymoon si Sasa sama Juna."

Eugene tertawa. Namun berbanding terbalik dengan mereka, seseorang yang berada di pantry langsung terdiam mendengarnya.

Dijodohin?

Pantry dan ruang fotokopi memang hanya sebelah-sebalahan terpisah sekat triplek berbalutkan wallpaper beludru. Ketika Saga dan Eugene sudah disibukkan dengan berkas yang sedang mereka fotokopi, juga dengan getaran mesin besar di hadapan mereka, mereka tak tahu kalau ada seseorang masuk ke dalam pantry.

Dan orang itu adalah Arjuna Angger Ksatria. Juna yang sedang ingin menyeduh teh tak sengaja mendengar percakapan dua anak buahnya di ruang sebelah.

Ya, di lantai delapan ini, Eugene dan Saga berpikir hanya mereka berdua yang lembur sampai malam. Padahal ada Juna juga yang mendadak ingin mengerjakan tugas di kantor ketimbang di rumah.

"Iya sumpah, bisa aja Sasa jadi sama Juna. Gue baru tau waktu itu si Juna beneran putus sama pacarnya, dan keadaannya Sasa juga diem-diem suka banget kan sama si Juna."

Hah? Sasa suka gue juga? Tukasan Eugene membuat Juna merenung di atas bangku yang menempel pada dinding pemisah ruangan.

"Tapi lo nggak ada niat cari 'cewek' gitu Ga? I mean lo sama Sasa kan nggak saling cinta nih, lo nyentuh dia aja belom pernah kayaknya." Setelah selesai fotokopi dan mematikan mesinnya, dua pria tersebut berjalan keluar. "Nenek lo juga udah nggak ada kan? Jadi nggak ada alesan bagi lo buat nggak lirik sana-sini dong? Atau sebenernya ada tapi gue nggak tau aja?"

Sial! Juna tak dapat lagi mendengar percakapan mereka perihal keduanya sudah pergi menjauh. Hal terakhir yang dapat Juna dengar hanyalah Saga yang tertawa. Tertawa mendengar kata-kata Eugene.

Bisa-bisanya Saga tertawa berniat melirik perempuan lain? Padahal Juna saja tak mau menyakiti hati Sasa, sampai dulu ia maju-mundur tak mau mendekati perempuan itu karena ingin sepenuhnya menyelesaikan dulu urusannya dengan mantan lamanya.

Dan sekarang, Saga yang udah jelas jadi suaminya, ketawa ngomongin kemungkinan orang ketiga?

Juna sungguh kesal mendengarnya. Padahal tanpa Juna ketahui, Saga menjawab pertanyaan Eugene dengan bijak,

"Nggak lah gue nggak nyari orang ketiga. Gue kan emang setuju nikah sama Sasa karena males cinta-cintaan, kalo mau yang cinta beneran, mending dari dulu aja gue nyari? Ribet amat udah nikah baru lirik sana-sini."

繼續閱讀

You'll Also Like

775K 12.1K 21
~ Keira Tan ~ Benjamin Orlando, begitu katanya setahun yang lalu. Ben adalah sahabat terbaik dari Calista, sahabatku. Laki-laki itu begitu tulus, be...
59.1K 3.1K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
1.4M 127K 66
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
489K 55.5K 20
Bagi Danika, Ibrahim Arrauff adalah pria yang ingin ia hindari. Entah mengapa, tapi Danika selalu merasakan perasaan aneh tiap kali berdekatan dengan...