Mr. CEO & Ms. Doctor

By Becky_Tyler

2.3M 94.1K 3.2K

TELAH TERBIT Billionaire asal Indonesia yang terkenal dengan julukan 'Mr. CEO' jatuh hati dengan seorang dokt... More

PROLOG.
ONE.
TWO.
THREE.
FOUR.
FIVE.
SIX.
SEVEN.
EIGHT.
NINE.
TEN
ELEVEN.
TWELEVE
THIRTEEN
VISUALISASI CAST
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
EPILOG
EXTRA PART
PENGUMUMAN!
SEQUEL?
The Bet
SPIN-OFF (DUA ES KUTUB)
OPEN PRE - ORDER NOVEL Mr. CEO & Ms. Doctor
NOVEL MR. CEO & MS. DOCTOR
CERITA MR. CEO & MS. DOCTOR DI COPY
EBOOK MR. CEO & MS. DOCTOR

SEVENTEEN

40.1K 1.8K 145
By Becky_Tyler

"Apa lagi yang harus aku lakukan? Apa lagi yang harus aku buktikan? Agar aku bisa meyakinkan, meyakinkan dirimu yang tidak sadar akan kehadiranku."
-David Adiwijaya-

Playlist : James Arthur - Can I Be Him?☆

"Lo udah berhari-hari kayak gini terus. Pergi pagi-pagi buta entah kemana, balik larut malam, abis itu merenung dikamar." Oceh Bagas. Pria itu bersandar didepan pintu kamar David.

Frans menoleh kearah balkon, dimana kakaknya berada. Memang akhir-akhir ini pria dengan julukan 'Mr. CEO' itu bersikap aneh. David selalu pergi pagi-pagi buta, tetapi ia bukan pergi untuk bekerja. Pria itu juga pulang larut malam, sehabis itu ia langsung masuk kekamarnya lalu merenung disana.

"Lo mau sampai kapan kayak gini terus, Kak?" Frans ikut membuka suara.

Tidak ada jawaban dari David, pria itu masih berdiri dibalkom kamarnya sembari memandang suasana malam. Frans melirik Bagas, pria itu sedang melipat kedua tangannya sembari menggelengkan kepalanya, tidak tahu harus berbuat apa agar sahabatnya ini kembali ceria.

"Dia masih tidak mau berbicara?" Ujar Becca yang tiba-tiba masuk kedalam kamar David.

Frans dan Bagas menggeleng. Becca menghela nafasnya pelan, wanita berambut coklat itu berfikir sesaat.

"I'll try to talk with him," Ucap Becca. "And... you can leave me and him now."

"Meninggalkanmu hanya berdua dengan David?" Tanya Bagas. "No way! I'm jealous, Becca." Pria itu cemberut.

Becca memutar kedua bola matanya malas, "Please, kali ini saja jangan memulai pertengkaran denganku." Ujar Becca.

"Calm down, guys!" Frans datang menengahi mereka. "Bagas, tolong kali ini saja. Okey?"

"Tida--,"

"Apa? Ya! Kau benar. Kita harus keluar, biarkan Becca berbicara dengan Kak David." Frans merangkul Bagas lalu melangkah keluar.

Sekarang hanya tersisa Becca dan David. Wanita itu melangkah menuju balkon, berdiri disamping David.

Becca menoleh kearah David, tatapan pria itu tampak kosong. Tentu saja Becca merasa kasihan melihat temannya yang satu ini, mungkin saja dengan mengajaknya berbicara, David bisa merasa lebih baik.

"What's up? Kau terlihat murung," Becca memulai pembicaraan.

David diam, lalu menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja." Jawabnya dengan nada sedikit pasrah.

"Jangan bohong padaku, David," Becca menyela pembicaraan David. "Tentang seorang wanita, right?"

David mulai tertarik dengan pembicaraan Becca, pria itu menoleh.

"Aku juga seorang wanita. Jadi... kau bisa bertanya apa saja dengaku, tentang wanita." Becca tersenyum.

"Apa... semua wanita itu rumit?"

"Maksudmu?"

"Mereka sulit ditebak, bahkan meluluhkan hatinya saja sulit. Layaknya memainkan sebuah rubik, penuh teka-teki dan rumit." Kata David.

"David, kau tahu? Jika serumit-rumitnya bermain rubik, pasti bisa diselesaikan, walaupun cukup waktu yang lama. Kau tahu kenapa mereka bisa menyelesaikan permainan itu? Karna mereka terus berusaha dan tidak pernah menyerah," Becca berhenti berbicara sejenak. "Yang lebih penting, mereka tahu caranya untuk menyelesaikan rubik tersebut."

Becca mendekat kearah David, wanita itu menepuk pundak pria itu. "Coba pahami itu." Wanita berambut blonde itu tersenyum, lalu berlalu begitu saja.

×××

"PAGI SEMUA!" Teriak Bagas yang baru saja datang ke area ruang makan.

"Hm," Jawab Frans malas.

Sedangkan Becca, wanita itu mengernyit bingung, tidak mengerti apa yang pacarnya katakan barusan.

Bagas menghampiri Becca yang telah duduk dimeja makan. "Kenapa kau tidak merespon sapaanku?" Tanya Bagas.

Becca menatap, "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan tadi,"

"LUPA RUPANYA KAWANKU INI PUNYA PACAR BULE!" Teriak Frans yang sedang sarapan diseberang sana, pria itu terkiki geli.

Becca makin mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa yang Frasn katakan. Bagas menepuk jidatnya pelan, ia baru sadar jika kekasihnya itu seorang bule dan tidak bisa bahasa Indonesia.

"Lupakan saja," Bagas menarik kursi yang berada persis disebelah Becca, lalu pria itu duduk disana. "Lebih baik, sekarang kita sarapan. Karna kita butuh banyak energi!"

Frans masih terkekeh geli melihat temannya itu. Sedangkan Becca, wanita itu melanjutkan memakan omelete-nya.

"By the way, diman David? Dia tidak ikut sarapan bersama kita?" Tanya Bagas sembari memasukan sosis goreng kedalam mulutnya.

"Seperti biasa. Dia sudah  pergi tadi pagi sekali." Jawab Frans santai.

Sekarang hanya mereka berempat saja yang berada dirumah ini. Hans dan Maya sedang pergi keluar kota untuk beberapa saat. Bahkan saat Frans kembali dari New York, mereka sudah tidak ada dirumah.

"Apakah kalian tahu, jika sekarang David sedang dekat dengan siapa?" Becca berbicara, wanita itu melempar tatapan kepada dua pria yang ada dimeja makan itu.

Frans menggeleng. Pria itu memang tidak tahu tentang percintaan David, kakaknya itu jarang bercerita padanya.

"Yasmin," Kata Bagas. Becca dan Frans menatap Bagas, minta penjelasan yang lebih. "Dia adalah dokter dirumah sakit yang David miliki."

"Wow! Calon kakak iparku seorang dokter," Cetus Frans dengan semangat.

"Sepertinya David murung karna wanita yang ia sukai itu." Ujar Becca. "Kemarin aku sempat berbicara dengan David. Katanya, wanita itu rumit. Mungkin itu yang ia rasakan sekarang."

"Sepertinya kita harus melakukan sesuatu," Ujar Bagas dengan tatapan menerawang.

Frans dan Becca mengernyit bingung.

"Melakukan apa?" Tanya Frans.

"Kita harus membantu kisah cinta David."

×××

David duduk dikursi pengemudi mobilnya, pria itu menatap sendu kearah luar, kesebuah restaurant tepatnya. Terlihat seorang wanita dan pria tengah asik menyantap makan siang, terkadang mereka tertawa. Ya, benar. Itu adalah Yasmin dengan Dokter Dion.

David mengawasi dari kejauhan, didalam mobilnya. Tidak usah ditanya seberapa sakitnya saat Yasmin tertawa, tapi bukan dirinya yang membuatnya tertawa. Apa dokter cantik itu sudah benar-benar melupakannya? Begitu cepat? Apa dirinya memang tidak diinginkan keberadaannya?

David memanglingkan wajahnya dari pandangan yang sakit itu. Percaya atau tidak, mata pria itu berair, kapanpun air itu bisa terjun bebas begitu saja.

"It's so hurt,"

×××

Seorang pria bertuxedo lengkap berjalan tegak melewati lorong rumah sakit, matanya selalu melirik seperti sedang mencari seseorang. Langkah kaki pria itu berhenti pada meja resepsionis.

"Gila, ramai banget," Gumamnya semnari melihat meja resespsionis yang ramai dan padat.

Pria ini mengedarkan pandangannya, entah siapa yang dicarinya. Matanya tertuju kepada seorang wanita berambut pirang yang mengenakan jas putih, wanita itu sedang berjalan. Dengan cepat pria ini menghampiri wanita tersebut.

"Dokter!"

Wanita itu menghentikan langkahnya.

"Hei, kau teman dari Yasmim bukan?" Tanya pria itu. Sedangkan dokter wanita itu mengernyit bingung. "Aku Bagas, teman dari David. Ingat?"

"Oh, astaga! Aku mengingatnya." Dokter wanita itu terkekeh pelan. "Pak Bagas ada keperluan apa kemari?"

"Aku ingin bertemu Yasmin. Apakah dia ada?"

Dokter wanita itu menggeleng, "Dokter Yasmin sedang keluar?"

Bagas mendengus.

"Kenapa tidak mencari aku saja? Aku 'kan yang ada didepanmu, tidak perlu susah-susah untuk dicari." Ujar Dokter wanita itu tiba-tiba, membuat Bagas bergidik geli.

"Baiklah, aku pergi saja. Terimakasih." Bagas melangkah pergi dengan cepat. Pria itu langsung masuk kedalam lift menuju lobby.

Bagas keluar dari lift, ia melangkah keluar rumah sakit. Secara tiba-tiba Bagas ditarik oleh seseorang, tentu saja Bagas memberontak hingga cengkraman tangan orang itu terlepas.

"Elo ngapain disini?!" Tanya orang itu sembari menurunkan tudung hoodie dari kepalanya masih ditutupi sebuah topi.

"Gue mau ketemu Yasmin," Jawab Bagas santai.

"Ngapain?"

"Gue mau ngomong sama dia, kalau temen gue sering murung, bolos kerja, dan hidupnya makin gak jelas gara-gara dia." Jelas Bagas.

"Elo gila?! Ngapain elo mau ngomong kayak gitu?"

"Gue gak tega ngeliat elo setiap hari murung, Vid!" Jawan Bagas tegas.

David tidak merespon, pria itu malah menarik Bagas menjauhi dari pintu utama rumah sakit menuju parkiran. Tadi David melihat Yasmin dan Dokter Dion yang baru saja kembali dari makan siang.

"Jangan coba-coba lo bilang kayak gitu ke Yasmin." Ujar David dengan nada dingin.

"Kenapa memangnya?"

"Pokoknya jangan!" Tegas David. Sangat jarang David bersikap seperti ini kepada Bagas.

Bagas melirik pintu utama rumah sakit, disana ada Yasmin sedang menangani orang yang keluar dari mobil ambulance. Tanpa seizin David, pria itu pergi begitu saja ingin menghampiri Yasmin.

David ingin berteriak, tetapi ia mengurungkan niatnya. Ia tidak mau sampai Yasmin melihat kehadiran dirinya. David memilih bersembunyi dibalik pohon yang berada di area parkir sembari mengawasi Bagas.

Bagas melangkah pelan, sedikit lagi ia dekat dengan Yasmin, tetapi ponselnya berbunyi.

'Lo balik sekarang juga atau gue usir dari rumah' Ancam seseorang disana.

Bagas menoleh kearah belakang, dimana David beradam

'Ugghh, aku takut'

Bip.

Bagas memutuskan panggilannya sepihak.

David berdengus kesal, pria itu masih mengawasi Bagas yang mulai mendekat kearah Yasmin. Bagas menoleh kearah David dari kejauhan, CEO Antonio Group itu meledek David seraya tertawa-tawa. David tidak merespon, ia hanya menunjukan tangannya yang telah ia kepal dengan wajah datar.

David melirik kearah kiri saat ada seseorang memanggil nama seseorang yang paling ia benci.

"Dokter Dion!"

"Dokter Dion! Hei, tunggu!"

Dokter Dion berada disana, ia menyadari keberadaan David. David menaiki tudung hoodie menutupi topi yang ia gunakan, dengan cepat David pergi dari sana sebelum Dokter Dion benar-benar menghampiri dirinya.

×××

David melirik arlojinya, sudah pukul lima sore. Jadwal praktik Yasmin telah habis. Pria yang menggunakan topi biru muda itu terduduk dikursi pengemudi mobilnya, sembari mengawasi dokter cantik yang baru saja masuk kedalam mobil.

Sudah hampir seminggu David hanya bisa mengawasi Yasmin dari jauh, jangan ditanya betapa rindunya ia dengan dokter terbaik di rumah sakit wijaya itu.

Jika kalian bertanya kemana Bagas? Makhluk itu sudah kembali ke asalnya. Bagas tidak jadi memberitahu semua tentang David ke Yasmin, itu semua karna perintah Becca. David menghubungi Becca, lalu meminta tolong untuk bicara kepada kekasihnya yang sedikit tidak waras itu agar tidak menemui ataupun memberitahu Yasmin.

David melajukan mobilnya perlahan, mengikuti mini cooper milik Yasmin itu pergi. Mobil milik David terjebak macet, ia juga kehilangan jejak Yasmin.

Sudah lima belas menit David menunggu, akhirnya mobilnya itu dapat keluar dari kemacetan. David meraih ponselnya, lalu melacak keberadaan Yasmin saat ini. Mobil Ranger Rover itu melalu sesuai petunjuk arah dari ponsel miliknya.

David mengernyit saat melihat mobil Yasmin terhenti dipinggir jalan, pria itu mencoba mengmati terlebih dulu sebelum turun dari mobilnya. Karna merasa ada yang tidak beres, David memutuskan untuk memeriksa mobil Yasmin.

Pria itu terkejut saat melihat kaca mobil yang pecah, disana juga tidak ada orang, hanya ada tas Yasmin. David menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Yasmin.

"YASMINNNN! BERHENTI! AKU PERINTAHKAN BERHENTI!"

David menoleh cepat mencari sumber asal suara tersebut. Rasa khawatir memenuhi pikirannya, ia takut sesutu yang buruk terjadi pada Yasmin.

David memencat tombol khusus pada ponselnya, memberitahu jika yang memencat tombol tersebut dalam bahaya. Lalu pria itu berlari menyusuri jalan dengan hati yang tak karuan.

Dari jauh David melihat seorang pria yang berjalan sembari meneriaki nama Yasmin. David melirik kebawah, ia menemukan heels milik Yasmin.

"YASMINNN!!!"

BUG!

David menendang Panji dari belakang sangat kencang, hingga pria itu sedikit terpental. Merasa tak puas, David menghampiri Panji yang masih tersungkur, lalu melayang tinjuan. David menarik baju Panji keras.

"JANGAN PERNAH GANGGU YASMIN, SIALAN!" David berteriak sembari meninju Panji.

David hendak meninju Panji lagi, tetapi Panji dapat menangkisnya, lalu Panji meninju David kembali. Saling tinju-meninju pun tak bisa dihindarkan, David seperti orang kerasukan sekarang, ia meninju Panji terus menerus, tak perduli wajah Panji telah penuh dengan luka lebam dan darah. Sedangakn Panji?pria itu seperti sudah tidak punya kekuatan untuk menangkis apalagi melawan David. Entah sebuah kebetulan atau keberuntungan bagi Panji, tongkat bisbol miliknya tergeletak tidak jauh dari jangkauannya.

BUG!

Kepala David merasa pusing, darah mengalir bebas disana. Panji menjatuhkan tongkat bisbolnya, lalu melarikan diri dari David.

"DAPID!"

"KAK DAVID!!"

David menoleh, tampak Frans dan Bagas berlari kearahnya di ikuti beberapa polisi dibelakangnya. Wajah mereka tampak khawatir melihat keadaan David sekarang.

"Kak, lo baik-baik aja?" Tanya Frans dengan nada panik.

"Gue baik-baik aja," Kata David.

"Pak? tolong kejar cowok yang tadi."  Bagas mengerahkan para polisi untuk mengejar Panji, Bagas dan Frans pun ikut mengejarnya juga. Tadinya Frans tidak mau meninggalkan David sendiri, melihat kondisinya. Tetapi David menangkis ucapan adiknya itu.

×××

"AAAAAA!!!" Yasmin berteriak kencang saat tangannya ditarik paksa oleh seseorang.

Teriakan berhenti saat melihat siapa orang yang berdiri dihadapannya sekarang. Sudut bibirnya robek, beberapa luka lebam diwajahnya, dan bercak darah dihoodienya, bahkan kepalanya pun berdarah karna tongkat bisbol yang Panji pukul. Seakan orang ini tidak memiliki rasa sakit, ia malah tersenyum saat melihat Yasmin.

"David!" Yasmin menubruk tubuh pria itu, ia memeluknya erat serata menangis sesegukan. "Aku takut... aku takut sekali." Isaknya.

David mengelus pucuk kepala Yasmin. "Kau tidak perlu takut, aku sudah berada disini. Kau aman sekarang." David membalas pelukan Yasmin.

Yasmin menguraikan pelukannya, wanita itu menyeka air matanya.  David memperhatikan leher dan pergelangan tangan Yasmin membiru, begitupun dengan wajah cantiknya yang berdarah sedikit sehabis terkena serpihan kaca.

"Dia melukaimu?"

Yasmin menelusuri tatapan David yang melihat lehernya yang membiru karna dicekik tadi. Belum sempat Yasmin menjawab, David sudah membawa pergi Yasminke mobil dengan cara menggendongnya, karna kaki Yasmin terkilir.

"Kau menyimpan kotak p3k?" Tanya David seraya membantu Yasmin duduk di kursi penumpang mobil.

Yasmin mengangguk. "Ada di bagasi,"

David melangkah ke bagasi mobil, lalu kembali dengan kotak p3k ditangannya. David membuka kotak putih tersebut.

"Kau mau apa?" Tanya Yasmin yang melihat David tengah membuka kotak p3k.

"Mengobatimu,"

"Tidak salah?"

David menatap Yasmin sesaat, "Salah apa?"

"Kau yang terluka, malah aku yang diobati," Kata Yasmin.

"Kau juga terluka, Nona." Baals David. "Lihat leher, pergelangan tangan, kaki dan wajahmu itu."

"Tapi kau yang terluka par--"

"Kita sama-sama terluka. Berarti kita harus saling mengobati, okey?" David memotong pembicaraan Yasmin.

David mulai mengobati Yasmin sebisa mungkin, Yasmin juga memberi arahan saat David mengobati dirinya. Sekarang giliran Yasmin mengobati luka-luka lebam David.

"Bagaimana kau bisa tahu aku berada disini? Sedangkan kau telah menghilang hampir seminggu tanpa kabar." Yasmin membuka pembicaraan sembari mengobati David.

"Aku tidak benar-benar menghilang," Jawab David. "Aku selalu ada didekatmu, walau kau tak bisa melihatku. "

Yasmin menghentikan sesaat aktivitasnya sesaat, wanita itu melirik pria yang berada dihadapannya sekarang.

"Bahkan aku tahu kau makan siang bersama siapa tadi," Ucap David tanpa melihat Yasmin.

Yasmin menoleh cepat.

"Dion?" Tanya David.

Yasmin cukup terkejut atas pernyataan yang David lontarkan.

"Kenapa menghilang?" Tanya Yasmin tanpa menatap David. Wanita itu mengalihkan pembicaraan.

"Hanya melakukan yang seharusnya aku lakukan,"

"Tentang masalah waktu itu?" Yasmin bertanya lagi, tetapi David tidak menjawab. Pria itu hanya terdiam. "Jadi... kau menyerah begitu saja?" Tanya Yasmin kembali sembari memperban kepala David yang bocor.

"Menyerah? Menyerah tentang apa?" David berpura-pura tidak mengerti. Jauh dilubuk hati David, pria ini sangat mengerti apa maksud yang Yasmin bicarakan.

Yasmin menarik tangannya dari wajah David, Dokter cantik itu telah selesai. "Lupakan saja," Katanya.

Yasmin menutup kotak p3k. Wanita itu melangkah tertitah-titah menuju depan mobil, ia duduk di cap-nya. Tidak lama, David menyusulnya.

"Kenapa kau menaikan jabatan Dokter Dion menjadi kepala rumah sakit?"

"Jawabanku simple, karna aku ingin kau bahagia." David tersenyum tanpa melihat Yasmin.

Yasmin menoleh, "Aku? Apa hubungannya denganku?"

"Dia calonmu, jadi ia butuh posisi yang mapan, bukan?"

"Tidak, dia bukan calonku!" Elak Yasmin.

"Baguslah, dia memang tak cocok denganmu." David menerawang. "Tadinya aku ingin benar-benar menghilang dari hidupmu, dan menyerahkan mu kepada Dion. Tetapi, melihat kau celaka seperti ini... ku urungkan niatku."

"Dia tidak becus menjagamu," Tambah David lagi.

Yasmin memperhatikan pria yang duduk disampingnya itu, ia berbicara dengan nada yang santai. Sangat jelas David mencintai dirinya, kenapa ia belum bisa juga membuka hatinya?

"Jadi....," David menoleh, mata mereka saling bertemu. "Ku putuskan aku kembali." Pria itu tersenyum.

"Buka blokir pada nomerku terlebih dahulu," Ketus Yasmin, ia memalingkan wajahnya. David mengernyit. "Kau memblokir nomorku kan?"

David menggeleng, "Tidak, aku tidak memblokir siapapun,"

"Bohong," Yasmin turun dari cap mobil.

David menarik tangan Yasmin, menjegatnya. "Nomormu berada diponsel lamaku, sedangkan ponsel itu telah hilang entah kemana sejak seminggu yang lalu." David menjelaskan.

"David!"

"Kak David!"

Suara-suara teriakan itu terdengar kejauhan, Frans, Bagas, dan para polisi menghampiri David. Mereka tidak berhasil menangkap Panji, pria itu hilang entah kemana. Pihak kepolisian akan menindak lanjutkan kasus ini, dan memastikan Panji akan segera ditangkap. Tidak lama kemudian, para polisi itu pamit pergi.

"Yasmin, kau baik-baik saja?" Tanya Bagas, pria itu melangkah mendekati Yasmin, memeriksa keadaanya. Bagas terkejut bukan main saat melihat leher wanita itu sedikit membiru. "Oh, astaga! Lehermu kenapa?!" Pria itu panik.

"Dia mencekikku,"

David menoleh cepat kearah Yasmin, wajah pria itu tidak bisa dideskripsikan. Yang pasti ada kobaran api dikedua matanya, rahangnya pun mengetat. "Kau tak mengatakan itu tadi," Kata David dingin. "Jika dia melukaimu seburuk itu, kupastikan ia pulang hanya dengan namanya saja."

"Jangan terlalu berlebihan, kau bisa dipenjara nanti karna melakukan itu." Balas Yasmin.

"Aku tidak takut. Yang aku takutkan itu jika sesuatu yang buruk terjadi padamu."

Yasmin hanya melirik David sesaat, tetapi tidak merespon apapun.

"Kakak ipar! Sehabis dari sini kau harus diperiksa ke rumah sakit ya," Cetus Frans membuat semua orang terkejut karna memanggil Yasmin dengan sebutan 'kakak ipar'.

Yasmin menatap Frans sesaat, wajah Frans tidak familiar menurutnya.

"Oh, ya. Kita belum berkenalan. Aku Frans, calon adik iparmu!" Frans mengedipkan matanya sebelah.

"Hm, Yasmin. Lebih baik kau pulang bersamaku, ya? Ini sudah larut malam," Kata David.

Yasmin melirik arlojinya sesaat, waktu sudah menunjukan pukul delapan malam.

Sebuah lampu mobil menyurut mereka berempat dari kejauhan, datanglah sebuah mobil sedan putih menghampiri mereka. Si pengemudi turun dengan terburu-buru.

David menatap tajam melihat siapa yang turun dari mobil yang baru saja datang. David refleks meraih tangan Yasmin, lalu menggengamnya, seperti tidak ingin kehilangan. Tapi sayang, saat orang yang itu menghampiri Yasmin, Dokter cantik itu melepaskan genggaman David begitu saja.

"Astaga, Yasmin!" Teriak Pria itu terkejut melihat kondisi Yasmin. "Kau terluka! Apa yang terjadi?"

David masih menatap genggaman tangannya yang dilepas oleh Yasmin, lalu ia mengalihkan pandangannya kearah pria yang berada dihadapan Yasmin. Pria tersebut adalah Dokter Dion

"Ayo, kita pulang Yasmin. Kau harus diobati," Dokter Dion menarik tangan Yasmin perlahan.

Tangan David menarik Yasmin kembali, tak terima jika Yasmin pulang bersama Dokter Dion. "Yasmin pulang bersamaku," Ujar David dingin.

Dokter Dion diam, tidak bersuara. Pria itu hanya menatap Yasmin dan David secara bergantian.

Yasmin lagi-lagu melepaskan tangan David pada pergelangan tangannya. "Aku pulang bersama Dokter Dion saja, David. Karna tadi aku yang menyuruhnya kemari." Kata Yasmin. "Terimakasih telah menyelamatkanku,"

David diam beribu bahasa.

"Bagaimana dengan mobilmu?" Tanya Dokter Dion.

"Biar aku yang mengurusnya. Kalian pulanglah," Ujar David tanpa melihat Yasmin dan Dokter Dion.

Mereka menyutujui apa kata David. Yasmin berjalan tertitah-titah menuju mobil dibantu oleh Dokter Dion, lalu mobil sedan putih itu melaju meninggalkan David, Bagas, dan Frans disana.

David menatap sendu mobil yang melaju itu, hatinya kembali remuk saat Yasmin lebih memilih Dokter Dion ketimbang dirinya.

"Can I Be Him?" Gumamnya dalam hati.

×××

GIMANA PART INI?
TERJAWAB SUDAH KALAU YASMIN SELAMAT SENTOSA GARA-GARA DAVID :D
TAPI KASIHAN DAVIDNYA :(

BY THE WAY, AKU MAU NGASIH BONUS BUAT KALIAN SEMUA, YAITU FOTO-FOTO PARA CAST MR.CEO & MS.DOCTOR YANG KECE-KECE :D

DAVID ADIWIJAYA

YASMIN AMALYA

BAGAS ANTONIO

FRANS ADIWIJAYA

BECCA MARIE ROXIE

June 16 2020.

Continue Reading

You'll Also Like

8.1K 1.5K 16
Ketika Jisoo si cewek prik pacaran sama Jaehyun yang kalem dan cool abis. Tapi meski begitu, Jaehyun ini tipikal orang yang bucin banget. Nggak perca...
23.8K 1K 103
Sakti yg mencintai radhika tpi tdak mau mengungkapkannya. Dan radhika yg hanya menganggap sakti sbgai teman. Mereka hrus berpisah dgn suatu keadaan...
6.8K 1.1K 36
finally, i find my missing puzzle pieces
535K 15.9K 56
Ishani Nareta Madan, terpaksa harus menikah dengan seorang CEO yang bernama Ranveer Saker Arora, demi melunasi hutang kedua orang tuanya. Perusahaan...