The Twins ✓

By kimjinieya__

97.8K 11K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 11

2.8K 326 19
By kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Pukul 02.17 KST

"Aish! Aku tidak bisa tidur!" gerutunya kesal. Tentunya dengan suara pelan dan berbisik.

Malam ini, malam yang sesunyi ini sosok lelaki yang berbaring di kasurnya saat ini masih terjaga. Kedua kelopak matanya masih terbuka dan tak ada rasa kantuk sama sekali di matanya. Lelaki ini tak bisa tidur. Ia masih memikirkan kejadian yang tak terduga sebelum makan malam tadi tiba. Sedangkan sosok sahabat pucatnya sudah terlelap tidur di bawah sana. Anak itu masih menginap di Apartemennya sampaj ia bisa menyewa satu unit Apartemen sendiri di gedung yang sama dengan si penghuni Apartemen ini.

Lelaki bernama lengkap Kim Seokjin ini terus termenung sedari tadi. Bergerak gelisah di kasurnya. Berguling terus menerus di atas kasur. Otaknya masih terus memikirkan kejadian tadi saat sebelum Yoongi selesai memasak. Ia terduduk kemudian.

Seketika isi otaknya berputar pada kejadian yang terduga tadi sebelum makan malam.

[Flashback On]

Kini giliran Yoongi yang tersenyum miring. "Kita tunggu beberapa detik lagi dan ponselmu akan berdering" kekehnya.

Lagi lagi mereka dibuat bingung oleh Yoongi. Siapa yang ia maksud? Kenapa mereka harus menunggu ponsel Seokjin berdering? Memang siapa yan--

Triiiiinnggg~~

Suara dering ponsel terdengar di keheningan malam hari. Mereka tahu ponsel siapa yang saat ini sedang berbunyi.

Itu ponsel Seokjin.

Pada akhirnya Seokjin mengambil ponselnya dari saku celananya dan menatap nomor yang tak dikenal menghubungi dirinya. Ia melirik sejenak pada Yoongi dan langsung diberi kode agar mengangkatnya oleh Yoongi sendiri. Dengan ragu Seokjin mengangkatnya.

"Yeoboseyo?"

Hening.

Hanya sebuah keheningan yang menyambut gendang telinganya. Seokjin merasa aneh dengan si penelefon malam ini. Siapa yang menghubunginya saat ini? Apakah orang yang ia kenal? Atau...

"Yeob--"

"Hai Seokjin-a. Ini Noona, Kim Jieun Noona"

Deg

Detik itu juga tubuh Seokjin terbeku dan melongo terkejut dibuatnya.

Apa - apaan ini? Kenapa semuanya seperti ini? Apa yang terjadi?! Kenapa suara Kakaknya yang terdengar di telinganya?!

"Saengie? Apa kau masih di sana?"

Lamunan Seokjin terbuyarkan seketika. "Y-ya. Aku masih di sini Noona." sahutnya terbata.

Terdengar kekehan geli di seberang sana. "Apa kau tidak ingin bertanya pada Noona? Tentang seorang peretas gitu?" pancingnya.

Tatapan Seokjin spontan teralih pada Yoongi yang terduduk tenang di sofa. "Jadi itu benar? Yoongi seorang peretas?" tanyanya memastikan.

"Great! Kau benar sekali, sayang."

"Dan Noona atasannya?" tambah Seokjin bertanya.

Kekehan lagi terdengar menyambut gendang telinganya. "Yap! You're right Seokjin!" sahutnya.

Seokjin terdiam. Apa yang ia dengar barusan? Tidak terjadi sesuatu pada telinganya bukan? Tolong bangunkan Seokjin sekarang juga! Ini bukan mimpi!

Kakaknya, Kim Jieun memang atasan Yoongi dan ia harus menerimanya.

"Kau pasti bercanda Noona." sanggah Seokjin.

Tawa menggelegar terdengar. "Kau tidak percaya pada Noonamu sendiri, Seokjin? Ini nyata. This is real, Seokjin! Yoongi is really a Hacker and my subordinate! Noona tidak bermaksud untuk membohongimu, Saeng." jelasnya.

(Subordinate = bawahan)

Seokjin menutupi wajahnya dengan salah satu tangannya yang menganggur, lantas mengusapnya kasar. "Dan kenapa Noona tidak mengatakannya langsung padaku?" tanyanya dingin.

"Noona sengaja tidak memberitahumu karena Noona yakin kau akan mengetahuinya sendiri dan tebakan Noona benar. Kang Daniel sudah mengatakannya langsung padamu."

"Apa lagi ini? Noona mengenal Kang Daniel?"

"Sangat mengenal."

"Oh God!"

Seokjin mengusak rambutnya kasar. Tak menyangka dirinya akan diberi kejutan yang begitu banyaknua dari sang Kakak dan sahabatnya sendiri.

Mata Seokjin melirik Yoongi sejenak. "Kalian sungguh luar biasa!" geramnya.

Bip

Dengan tidak sopannya, Seokjin mematikan sambungannya sepihak. Lantas bangkit dari sofa single dan menaiki anak tangga dengan amarah yang terpendam.

Membanting tubuhnya ke kasur dengan kasar dan mencoba memejamkan matanya.

[Flashback Off]

Dan berakhir Seokjin tak bisa tidur sampai sekarang.

Tangannya mengusak poninya yang menutupi dahinya dengan kasar. Kemudian menutup kedua matanya dengan lengan tangan itu. Helaan nafas lagi lagi keluar. Sudah tak terhitung lagi dirinya menghela nafas melalui hidung maupun mulutnya.

Ia bangkit menjadi duduk dan menatap jam tangannya yang melingkar di pergelangannya. Masih jam 00.30 tepat. Merasa perlu menjernihkan otaknya, ia memutuskan untuk keluar. Tidak lupa membawa satu bungkus rokok, korek, ponsel, kunci mobil dan dompet. Sepertinya berdiam diri di markas Bangtan lebih baik.

Melangkah perlahan menuruni tangga. Berusaha untuk tidak mengganggu Yoongi tidur. Tapi sepertinya ia mengetahui kepribadian Yoongi saat tidur. Anak sedingin es batu seperti Yoongi pasti akan terusik, walaupun suara sekecil apapun itu. Maka Seokjin melangkah dengan santainya tanpa perduli mengusik tidurnya atau tidak.

Sampai bawah, ia mengambil sepasang sepatu ketsnya dan memakainya. Tanpa berfikir panjang lagi, Seokjin membuka pintu Apartemennya dengan santai. Membiarkan kelopak mata Yoongi yang perlahan terbuka. Ia sedikit terusik dengan berisiknya Seokjin barusan.

"Mau ke mana dia?" gumamnya.

Akhirnya Seokjin bisa membebaskan dirinya di luar. Kini ia berada di rooftop tempat mereka berkumpul biasanya. Dengan membaringkan tubuhnya dibangku yang seperti ini;

*Gak tau nama bangkunya apa dan anggep aja itu malem ya.

Lengan tangan kiri yang menganggur dijadikannya bantalan kepala. Tak lupa sebatang rokok yang ia apit dijari telunjuk dan tengahnya tangan kanan. Menyesapnya dengan enaknya seperti meminum kopi yang ia sukai. Lalu menghembuskan asapnya keluar dari mulutnya.

"Ternyata kau ada di sini, Jin-a." celetuk seseorang.

Ia sedikit menengok. Menatap seseorang yang saat ini tengah berdiri di tangga paling atas. Sosok lelaki berwajah pucat dan savage, sahabat kecilnya. Datang kemari tanpa diundang. Ia melangkah menuju bangku tersebut dan duduk di samping kirinya.

Seokjin berdecak kesal dan memutar matanya malas. "Kukira kau sudah tidur," gumamnya kesal.

Pemuda itu memutar matanya malas. Ia menghampiri Seokjin dan duduk di sampingnya yang berbaring. "Aku terbangun karena kau berisik dan sejak kapan kau merokok?" omelnya. Menatap tajam tepat pada wajah Seokjin yang datar.

Mendengus dan melirik sekilas ke arah lelaki di sampingnya. Seokjin tak menjawab atau merespon sama sekali. Kembali ia menyesap rokok tersebut dan dihembusnya asap rokok itu.

"Bukan urusanmu!" balasnya ketus.

Keheningan menghampiri keduanya. Mereka saling menatap ke langit malam yang penuh dengan bintang di atas sana. Tak ada satupun dari mereka yang kembali membuka suaranya. Sampai batang rokok Seokjin telah habis setengah, keduanya masih betah dalam keterdiaman mereka.

Namun tak lama, "Yoongi-ya.." panggil Seokjin akhirnya.

"Hm?" tolehnya pada Seokjin yang masih berbaring.

"Bolehkah aku meminta bantuan padamu?" tanyanya balik.

Pemuda pucat itu mengangguk. "Silahkan." ujarnya singkat.

Seokjin merubah posisi berbaringnya menjadi duduk dan menatap lekat pada sahabatnya itu. "Bisakah kau carikan Soobin untukku? Dia diculik," ujarnya.

"Ye? Soobin Adik sepupumu itu di culik? Sejak kapan dia di culik?" sentaknya.

"Dua bulan yang lalu."

Kedua mata Yoongi terbelalak. Namun setelahnya ia merubah raut wajahnya seperti semula. "Apa Ponsel Soobin ada padanya?" tanyanya lagi.

"Jihyun Imo mengatakan kalau Soobin tidak kembali ke rumah setelah pulang sekolah. Kemungkinan besar ponsel ada bersamanya."

"Tunggu sebentar." ucap Yoongi.

Dengan gerakan cepat ia mengeluarkan Tab miliknya di tas slempangnya. Sepanjang hari jika ia keluar dari Rumahnya, Yoongi akan selalu membawa Tabnya.

Seokjin hanya terdiam memandang sahabat kecilnya yang disibukkan dengan Tab. Kelincahan jari jemari Yoongi pada Tab saat mengetik membuatnya terkagum. Hampir terbesit rasa iri dengan kepintaran dan kejeniusan pada sahabatnya. Namun segala fikiran 'iri' yang tiba - tiba melayang diotaknya ia tepis seketika.

Beberapa menit kemudia, Yoongi mengangkat Tabnya dan membalikkannya menghadap pada wajah Seokjin. Ia tersenyum lebar saat ini.

"Aku telah menemukan di mana Soobin berada." ujarnya.

Seokjin langsung merampas Tab Yoongi dengan kasar tanpa seijin sang pemilik. Tapi sang pemilik tak perduli. Yang terpenting hasil kerja kerasnya tak sia - sia.

"Secepat ini kau menemukannya?" tanya Seokjin heran.

Yoongi hanya mengangguk sebagai jawabannya. Setelahnya hening kembali muncul di antara keduanya.

Belum juga terdiam lama, sebuah suara dering ponsel berbunyi terdengar dari arah Seokjin. Tak perlu waktu lama ia mengambil ponselnya dan tercetak jelas nama sahabat seperjuangan di masa SMA muncul di layar.

"Ada apa?"

"Kau ada di mana?" tanya seseorang di seberang sana.

"Basecamp Bangtan. Ada apa?"

"Aku ke sana ya?"

"Terserah."

"Baiklah. Setelah aku selesai rapat dengan Kepala Kepolisian Kim Joongi, aku akan ke sana."

"Hm."

Bip

Seokjin memang pantas mendapat juara 1 jika bersangkut pautkan dengan ketidak sopanan. Masalahnya adalah Seokjin selalu saja memutuskan sambungan ponselnya dengan tidak sopan.

Ponselnya segera ia masukkan ke dalam saku dan terdiam kembali. Menatap langit petang malam ini.

"Siapa?" tanya Yoongi tanpa menoleh.

"Han Jaehwan."

Setelahnya tak ada lagi suara yang terdengar di antara keduanya. Mereka terlalu sibuk dengan lamunannya di dini hari.

Keesokan paginya...

"Jin-a, apa kau yakin Jaehwan akan cepat menyelesaikan masalahmu?" tanyanya.

Pemuda di balik kemudi mobil menghela nafas sejenak. "Kau meragukan Jaehwan, Yoongi-ya?" ujarnya sedikit tak terima.

"Bukan begitu, Seokjin-a. Hanya saja aku belum pernah bertemu dengannya."

Pemuda bermarga Kim menghela panjang setelahnya. "Baiklah terserah kau saja." pasrahnya.

Seokjin segera menancap gas mobil sportnya agar mereka lebih cepat sampai di tempat tujuan.

Tak butuh waktu lama, keduanya kini sudah sampai di Kantor Kepolisian Seoul. Tempat kerja salah satu sahabat seperjuangan Seokjin semasa SMA. Mereka telah memiliki janji untuk datang ke Kantor Kepolisian untuk membahas tentang penculikan Adik Sepupunya ini.

Memasuki Gedung Kantor Kepolisian tersebut dan saat masuk mereka bertemu dengan polisi wanita yang berjaga.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" sapa wanita itu.

Keduanya melangkah menghampiri wanita itu. "Saya mencari Detektif Han Jaehwan. Apakah dia ada di dalam?" tanya Seokjin.

"Atas nama?"

"Kim Seokjin."

Wanita berpakaian polisi itu mengangguk dan segera menghubungi Han Jaehwan. Sedangkan kedua Sahabat itu menunggu waniya di hadapannya itu.

Tak selang beberapa menit kemudian, "Dia ada di ruang kerjanya bersama rekan setimnya. Perlu saya antar ke dalam?" tanya wanita itu balik.

"Jika Anda tidak keberatan."

Anggukan diberikan pada Yoongi dan Seokjin, lantas wanita itu keluar dari tempatnya dan memandu kedua pemuda ini menuju ruang kerja Jaehwan.

Sesampainya di ruang kerja Tim 6, wanita itu belum sempat memanggil Ketua Tim dari Tim itu. Sebuah suara menghentikan langkah ketiganya. Ketiganya hanya memandang aneh pada Jaehwan yang berdiri menunduk di hadapan seorang pria yang duduk di depannya.

Mereka masih belum menyadari kedatangan Yoongi dan Seokjin di ruang kerja mereka. Hanya beberapa rekan setim mereka saja yang mengetahui kedatangan mereka.

"Yak! Han Jaehwan! Kenapa kau terlambat huh? Sudah berapa kali kau terlambat? Jangan membuatku naik pitam, Han Jaehwan-ssi!" omel Wakil Detektif Tim 6 pada Jaehwan.

Jaehwan menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menyengir. "Maafkan saya Sunbae. Aku harus mengurus Nenekku di rumah dahulu," jelasnya.

Seharusnya sih Ketua Tim yang memarahi anak ini. Namun Ketua Tim sedang sibuk dengan berkas - berkas di atas meja. Jadi Wakil Detektiflah yang bertindak.

"Kau masih memiliki seorang Adik dan kau bisa meminta bantuannya. Jangan lalai dalam bertugas!" omelnya lagi dan lagi.

"Ck! Dia itu harus sekolah Hyung! Aish jinjja!" jawab Jaehwan kesal.

Wakil Detektif Park hanya menghela nafas pasrah. Anak tak tahu malu yang berada di hadapannya ini tidak akan pernah ada rasa bersalah sedikitpun. Magnae ya seperti itu.

Namun Iris mata Wakil Detektif Park tak sengaja mendapati Yoongi dan Seokjin yang berdiri tak jauh dari Jaehwan berdiri.

Pria berusia 28 tahun ini menoleh ke arah keduanya. "Kalian siapa? Apakah kalian ingin bertemu dengan kami?" tanyanya.

Reflek Jaehwan menoleh. Sedikit terkejut dengan kedatangan mereka di ruang kerjanya. Namun tanpa disadari rekan anggotanya, tubuh salah satu dari keenam anggota Tim 6 membeku di tempat setelah melihat wajah salah satu pemuda itu. Dan sepertinya sekarang Pria itu menatap keduanya.

"Saya Kim Seokjin dan ini Min Yoongi. Kami ingin bertemu dengan Han Jaehwan," jawab Seokjin cuek.

Jaehwan menghampiri Seokjin. "Sudah berapa lama kalian ada di sini?" tanyanya.

"10 menit mungkin." jawab Seokjin.

Wakil Detektif Park menghampiri ketiga pemuda ini dan menatap Jaehwan. "Kau tidak sopan sekali! Di sini ada meja dan kursi. Biarkan mereka duduk bodoh!" makinya.

"Baik Park Seojoon Sunbae-nim," ledek Jaehwan.

Plak

"Akh! Sakit Hyung!" protes Jaehwan.

Lengannya dipukul keras dan tak ada rasa bersalah sedikitpun dari Seojoon. Pria itu malah mempersilahkan Seokjin dan Yoongi duduk. Pun dengan dirinya yang duduk di hadapan Seokjin.


"Baiklah. Jadi apa yang membuat kalian datang kemari? Tidak sembarang orang bisa memasuki tempat ini."

Atensi Rekan - rekan Tim 6 beralih pada kedua pemuda yang menjadi tamu mereka.

Sebelum mengatakannya, Seokjin menghembus nafas sejenak dan menjawabnya. "Saya datang kemari karena ada janji dengan Han Jaehwan." jawabnya datar.

"Apa sikapmu memang seperti ini, Seokjin-ssi?" tanya Seojoon kesal.

"Dia memang seperti itu Hyung." bukan Seokjin yang menjawab namun Jaehwan.

Tatapan malas diarahkan pada Jaehwan. "Aku tidak bertanya padamu bodoh!" makinya.

Jaehwan mendengus. "Biar aku yang menjawab. Yang ada Hyung hanya di acuhkan olehnya. Seokjin bisa memiliki sifat dingin dan ketus seperti ini juga karena Pamannya." jelasnya.

Kepala Seokjin reflek menoleh, menatap tajam padanya. "Kau--"

"Pamannya?" potong Seojoon tak mengerti.

"Kepala Kepolisian Kim Joongi. Dia adalah Pamannya." sahut Ketua Tim.

Semuanya spontan menatap pada Ketua mereka. Terutama Seokjin. 'Dari mana dia mengenal Pamanku? Dan lagi, Joongi Samcheon adalah Kepala Kepolisian Seoul? Kenapa aku tidak tahu?' batin Seokjin.

"Benarkah? Kenapa kita tidak tahu sama sekali?" tanya rekan lainnya.

"Dia sengaja melakukannya, bahkan Kepala Kepolisian menutupi identitasnya dari keluarga Seokjin." jawab Ketua Tim Song.

Kini bergantian Seokjin yang mengernyit tak mengerti. "Maksud Anda?" tanyanya.

Ia bangkit dari kursi kerjanya lantas mendekati Seokjin yang duduk di kursi paling pinggir. Menunduk dengan menumpu kedua tangannya di atas meja. Menatap lekat pada Seokjin yang menatap datar padanya.

"Perkenalkan, namaku Song Joongki anak didik kesayangan Kepala Kepolisian Kim. Kami pernah bertemu di Rumahmu 7 tahun yang lalu dan saat itu kami berdua menyamar menjadi orang biasa bukan Polisi ataupun Detektif. Apakah kau mengingatku, Kim Seokjin-ssi?"

===============

-The Twins-

To be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 140K 44
Bagaimana jadi nya kalau kita bertransmigrasi ke dunia novel? Dan juga ditemani oleh sistem yang kadang menyebalkan! OH NO!! Apalagi menjadi GEMBEL...
60.8K 5.6K 44
Menjadi seorang leader bukanlah hal yang mudah, sekalipun beban ku terlalu berat, maka aku akan mengatakan aku baik baik saja agar tidak membuat angg...
59.7K 5.2K 25
Kalau Jimin punya satu keinginan, yang ia harapkan mungkin hanya sebuah kebahagiaan kecil. Senyuman itu mungkin bisa membohongi banyak orang, tapi ta...
325K 35.3K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...