My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

Від Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... Більше

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻07
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻16
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻39
🌻MBBIS🌻40
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻52
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻55
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻58
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻62

50.4K 2.8K 676
Від Niyahcomel

Happy reading🌹



Ujian cinta kadang datang dalam berbagai bentuk yang tak terduga. Menguji setiap pasangan apakah mereka mampu bertahan atau tidak. Menilai apakah salah satu dari pasanganmu itu akan sanggup bertahan atau malah menyerah.

Hidup memang sulit ditebak. Akan ada yang datang dan pergi secara bersamaan. Tentang perihal cinta yang menjadi landasan utama seseorang untuk bersatu dan bersama

Kini, suasana sangatlah mencengkam. Derasnya hembusan angin sama sekali tidak bisa mengalahkan bagaimana raut khawatir seseorang saat ini.

Pakaian yang kusut, wajah sembab dan rambut yang acak-acakan, dan tentunya air mata yang masih setia menemani gadis itu.

Tanpa mau menghiraukan tatapan orang-orang. Alle langsung berlari menelusuri koridor yang nampak ramai saat ini.

Dibelakangnya, ada dua sahabatnya yang mengekor dengan raut panik yang sangat kentara.

Sesampainya diruang ICU, Alle langsung mendekati Varel. "Arland kenapa? Dia baik-baik aja kan? Dia gak kenapa-napa kan? Varel jawab gue?!" teriak Alle mengguncang-guncang tubuh Varel yang masih mematung didepannya.

"All, tenang dulu." kata Panji menarik Alle supaya gadis itu tenang. Namun, Alle langsung memberontak.

Mata Alle menatap tajam. "Tenang? Cowok gue lagi berjuang didalam sana! DAN LO BILANG TENANG!" teriak Alle terbawa emosi.

"All," ujar Mika lirih.

Alle menepis tangan Mika saat gadis itu hendak menyentuhnya. "Minggir! Gue mau masuk! GUE BILANG MINGGIR!" teriak Alle memberontak kasar.

"All tenang! Arland lagi ditanganin dokter. Jangan kaya gini, All." ujar Varel mengusap bahu gadis yang bergetar hebat itu.

Alle kembali ambruk. Panji pun dengan sigap memeluk gadis yang sangat terlihat kacau itu.

"Arland gak kenapa-napa kan, Pan? Dia baik-baik aja, kan?" lirih Alle mencengkram kuat kerah baju milik Panji.

"Doa sama-sama ya, All. Arland pasti baik-baik aja." ujar Panji mengusap-usap punggung Alle lembut.

Seorang suster tiba-tiba datang, membuat mereka semua menoleh. "Maaf, saudari Allea?" panggil suster itu.

Alle yang merasa terpanggil pun langsung berdiri. "Saya suster, kenapa?" ujar Alle masih sesenggukan.

Suster itu mengeluarkan kotak kecil merah yang tentunya berisi cinin lamaran. "Sebelum pasein benar-benar tidak sadar, dia meminta saya untuk memberikan ini kepada Nona." kata suster itu. "Permisi," ucap suster itu pergi.

Alle pun mengambilnya dengan tangan yang gemetar. Jadi ini memang benar? Arland akan melamarnya? Bahkan kotak cincin ini masih terkena darah, menandakan bahwa Arland memang ingin melamarnya saat itu juga.

"Hiks, Arland! Bahkan aku belum sempet bilang iya, buat jawaban lamaran kamu." kata Alle memeluk cincin itu dan menggenggamnya erat.

Keempat temannya menatap Alle sedih. Terutama Panji dan Varel yang sudah tau rencana itu sejak awal. Namun, mereka tak menduga akan terjadi hal seperti ini.

"Kamu bakalan baik-baik aja. Aku yakin, karna setelah kamu sadar aku bakal tagih janji kamu buat ngelamar aku." racau Alle tersenyum miris kepada cincin cantik itu.

"Arland pasti sembuh, All. Dia bakal tepatin janjinya." kata Mika memeluk sahabatnya erat.

Tangis Alle semakin pecah dengan tangan yang terkepal erat. "Bilang sama gue kalau ini cuma mimpi, Mik! Bilang! Gue gak sanggup, gak sanggup." jerit Alle tertahan.

Rasanya masih seperti mimpi. Bahkan Alle rasa ini hanya sebuah halusinasi saja. Bagaimana kemarin mereka masih bersama, tertawa dan saling menggenggam satu sama lainnya.

"Sabar, All. Semuanya pasti baik-baik aja." kata Safira entah harus berkata apa lagi. Gadis itu masih terlampau shock saat ini.

Seluruh atensi pun teralih saat ruangan tiba-tiba terbuka. Dan, munculnya dokter dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan.

"Dimana keluarga pasien?" tanya Dokter lebih dulu membuka suara.

Yang lain saling pandangan. Entah harus menjawab bagaimana. Karna dari mereka tidak ada satupun yang belum menghubungi keluarganya Arland.

"Saya dok, saya pacarnya. Gimana keadaan pacar saya?" Alle bergegas maju dan menghadap sang dokter.

"Gimana keadaan temen saya, dok?" Varel turut bertanya dengan cemas.

"Kritis. Pasien mengalami keretakan pada bagian tangan sebelah kirinya akibat benturan keras waktu kecelakaan."

Kepala Alle terasa dihantam batu yang teramat besar. Gadis itu bahkan bisa ambruk kalau Panji tidak menahan tubuh Alle. Kepalanya menggeleng-geleng tanda masih tidak percaya. 

"Tapi bukan itu permasalahan saat ini, pasein kehilangan banyak darah. Dan, itu membuat kondisinya semakin melemah, kami pihak rumah sakit sayangnya kehabisan golongan darah yang sama dengan darah pasien." kata dokter itu turut cemas.

"Apa golongan darah pasien, dok?" tanya Mika melihat kebungkaman yang lain.

"A negatif, termasuk golongan darah yang paling susah dicari. Bahkan kami sudah menghubungi beberapa rumah sakit dan hasilnya sama."

"Selamatkan pacar saya dokter! Saya mohon," sahut Alle melemah. Jika ia memiliki golongan darah tersebut, tanpa diminta pun ia akan maju lebih dulu.

"Saya permisi, saya harap pendonor sudah ada secepatnya. Karna kondisi pasien sangatlah buruk," tutup sang dokter berlalu. Bahkan Alle belum sempat bertanya apakah ia boleh masuk atau tidak.

Jadilah, kini ia hanya bisa melihatnya lewat kaca luar. Menatap sedih tubuh sang kekasih yang kini terpasang banyak alat yang mengerikan. Bahkan membayangkannya saja ia tidak bisa.

"Aku tau kamu kuat, bertahan ya." gumam Alle memaksakan senyumnya yang akhirnya berakhir tangis.

•••

Kini semua usaha sudah dilakukan, namun mereka belum juga bisa mendapatkan pendonor yang tepat. Mulai dari postingan di IG, Wa dan lainnya. Bahkan Panji sampai menyuruh semua kawanan mereka untuk datang ke rumah sakit guna menanyai lebih dalam.

Namun sayangnya, mereka semua tidak mempunyai golongan darah yang sama akan Arland butuhkan saat ini.

"Bokapnya emang gak ada?" tanya Galang menyikut Panji.

"Lagi di Jerman," jawab Panji serius. Jika tidak mengingat kondisi mereka saat ini, pasti yang lain sudah meledek cowok itu akibat ekspresi saat ini.

"Gue coba hubungin temen gue dulu, siapa tau dia punya golongan yang sama," Bang Toby berlalu dengan raut wajah khawatir.

Alle sendiri masih terduduk lemas dan tak hentinya mengeluarkan air mata. Walaupun tak sehisteris tadi, tapi mereka semua dapat menangkap, bahwa gadis itulah yang paling terluka.

"Rel, ikut gue bentar." ajak Panji menarik lengan Varel segera.

"Lo semua stay disini, kita ada urusan." ujar Varel kemudian melirik Mika, dan gadis itu hanya mengangguk tanda memperbolehkan pergi.

"Mau kemana, All?" tanya Mika memegang lengan gadis pucat itu.

"Toilet bentar," jawab Alle sekenanya.

Safira pun berdiri. "Yaudah gue temenin,"

Alle menggeleng. "Gue bisa sendiri kok, kalian disini aja." bahkan untuk berbicara saja gadis itu lemah. Tenaganya terkuras habis akibat menangis sejak dua jam tadi.

Akhirnya Safira pun kembali duduk dan membiarkan Alle berjalan seorang diri dengan lunglai.

Udara kian menusuk tajam, membuat Alle yang sudah bergetar semakin menggigil tak karuan. Namun, sakitnya jauh lebih ia rasakan dibanding ini.

"Terus gimana, Rel. Sampai sekarang pendonor belum ada. Dokter bahkan udah nanya dua kali."

Tunggu. Itu seperti suara Panji. Alle pun segera memusatkan diri berdiri dibelakang tembok, membelakangi kedua cowok itu.

"Alex gak mungkin mau, Pan. Bajingan itu gak mungkin mau ngeluarin setitik darahnya buat Arland," nada Varel terdengar amat frustasi.

"Tapi cuma dia yang punya golongan darah yang sama kaya Arland,"

Drtt..

Drtt.

Ponsel Panji bergetar dan sang pemiliknya pun segera mengangkatnya.

"Kenapa?"

"...."

"O-ke, kita ke sana sekarang." buru-buru Panji menutup ponselnya.

"Kenapa?"

"Arland makin drop! Yang lain panik, ayo."

Kedua laki-laki itu pun bergegas berlari tanpa rasa curiga sedikitpun bahwa ada yang menguping pembicaraan tersebut.

Alle kembali menutupnya. Menghalau isak tangis yang nantinya akan berujung jeritan pahit.

"Gak! Arland akan baik-baik aja, aku janji. Janji!" kata Alle mengusap air matanya kasar.

Alex? Ya, cuma cowok itu harapan satu-satunya saat ini. Apapun akan dia lakukan demi Arlandnya. Termasuk nyawanya sendiri.

Tanpa mau melihat ke belakang lagi, Alle langsung berlari menerobos jalanan yang kini sangat padat. Melirik ke sana-kemari guna mempercepat jalanannya supaya sampai dirumah Alex.

Rintik-rintik hujan pun kian meruah, melengkapi penderitaan gadis itu saat ini. Mendapat ada setitik terang, Alle pun segera menumpagi tukang ojek yang padahal sudah mau pulang.

"Eh neng! Neng! Ini belum sampai." tukang ojek tersebut lantas berteriak saat Alle tiba-tiba saja turun dan berlari diantara kemacetan yang ada.

Gadis itu bahkan sudah tidak mengenakan sendal lagi. Keadaannya sangat lah kacau, bahkan pengendara yang melihat itu menyangka orang gila.

Alle tidak peduli sama sekali. Penglihatan serta telinganya mendadak tuli akibat hujan. Pandangannya yang mengabur tidak mempersulit gadis itu terus berlari guna cepat sampai dirumah Alex.

Telapak kaki Alle sudah memerah semua. Namun, itu tidak masalah karna saat ini ia sudah sampai didepan gerbang rumah yang ia tuju.

"Alex! Lex!" teriak Alle parah. Alle pun nekat menerobos pagar yang ternyata tidak terkunci.

Duk!

Duk!

"ALEX!!"

Itu bukan seperti ketukan orang kala bertamu. Melainkan gedoran yang nyaring, Alle tidak peduli jika harus membangunkan semua orang yang ada disini.

"Alex gue mohon keluar! Lex!"

Ceklek.

Alle sontak lebih dulu membuka pintu lebar-lebar.

Alex tercengang melihat kondisi kacau Alle saat ini. "All, lo ngapain mala--"

"Lex please tolong gue. Tolongin gue sekarang," kata Alle memohon pada cowok itu.

"A-rland kritis. Dia butuh pendonor saat ini juga. Gue tau golongan darah lo sama kaya Arland, please tolong." pinta Alle bahkan mengemis seraya sesenggukan.

Bukannya prihatin, Alex malah berdecih. "Pulang aja, All. Gue gak sudi kasih darah gue ke dia," ujar Alex seraya berbalik.

"Lex gue mohon! Gue gak mau kehilangan Arland,"

"Buat apa gue harus nolongin bajingan itu?" kata Alex sinis.

Alle menggeleng tak percaya. "Dia temen lo, Lex! Dan saat ini temen lo lagi kritis dan butuh bantuan!"

"GUE GAK PEDULI!" teriak Alex menggema.

Alle bahkan sudah berlutut dihadapan Alex guna cowok itu mau membantunya. Bahkan jika perlu ia akan bersujud detik ini juga.

"Gue mohon, Lex. Bantuin gue." isak Alle berlutut dihadapan cowok itu. Mengabaikan harga dirinya saat ini untuk bisa mendapatkan donoran darah buat kekasihnya

Alex lantas menarik kasar wajah gadis itu dan mencengkram dagu Alle kuat, membuat Alle meringis kesakitan.

"Apa yang gue dapet kalau nolongin bajingan itu?" Alex mengeluarkan smriknya.

Mata Alle terpejam erat. "Apapun," jawab Alle sesenggukan.

Alex mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian menarik Alle supaya gadis itu bangun. "Tinggalin Arland dan tunangan sama gue?"

Sederet kalimat itu langsung membekukan Alle. Tuhan, inikah hadiah mu untuknya? Bahkan untuk berpikir selingkuh saja Alle tidak akan pernah.

Dengan berat hati Alle terpaksa mengangguk lirih. Namun, sepertinya Alex tidak puas akan jawabannya.

"Jawab sayang, gue gak dengar." cengkraman dirahang Alle semakin kuat. Ia pikir rahangnya akan lepas jika terusan begini.

"G-gue terima," jawab Alle kesusahan berbicara.

Alex pun melepaskan cengkraman itu kasar dan beralih ke pipi Alle. "Apa sayang? Kurang jelas?" ujar Alex seraya tersenyum miring.

"Gue bakal ninggalin Arland dan tunangan sama lo."

•••

"Please, gue mohon jangan kasih tau siapa-siapa masalah ini. Cukup kita berdua aja yang tau." ujar Alle sebelum mereka masuk dan akhirnya berpisah dilorong.

Rencananya, Alex akan datang tiba-tiba dan menjadi pendonor. Tapi, Alle menyarankan agar Alex merubah penampilannya sehingga tidak ada satupun yang mengenali cowok itu.

Jadilah saat Alex memakai pakaian serba hitam dengan beserta masker agar tidak ada yang mengenali cowok itu.

"It's okey baby. Tapi, sebelum itu gue butuh semangat." ujar Alex menyeringai. "Kiss me,"

Dikarenakan waktunya yang sudah sangat mendesak, tanpa rasa malu Alle langsung menarik tekuk Alex dan mencium bibir cowok itu kasar.

Alex tersenyum miring melihat gadis didepannya ini seketika menjadi penurut.

Alle pun langsung melepaskan tautan itu. Dalam hatinya, ia menyesali karna telah menghianati Arland.

"Buruan Lex, kita gak punya waktu." desak Alle dengan khawatir yang membuncah.

"Tapi inget, setelah cowok sialan itu sadar. Lo jadi milik gue!" tekan Alex.

Lagi dan lagi Alle hanya menurut. Setelahnya, Alex pun berlalu pergi menuju ruangan yang dihuni banyak orang itu.

Alle sendiri memilih bersembunyi lebih dulu. Dada Alle berdegup, kala melihat Panji dan Varel yang nampak mengintrogasi Alex. Namun, tak berapa lama akhirnya Alex diizinkan masuk.

Setelah 20 menit kemudian, Alle memilih keluar dengan keadaan yang sudah lebih baik. Karna bagaimanapun juga, ia harus menepati janjinya untuk meninggalkan Arland. Walaupun hatinya memberontak tidak mau.

Jadi ia harus menjauh secara perlahan agar semua orang tidak curiga.

"All lo dari mana aja?"

"All lo tau, kita udah dapat pendonornya! Lo pasti seneng banget," kata Safira dengan wajah yang sumringah.

Alle pun pura-pura kaget dan tersenyum. "Terus gimana? Ada perkembangan?"

"Belum, soalnya dokternya belum keluar. Sabar aja ya," ujar Mika yang terlihat sangat senang sekali.

Alle sendiri pun tidak sabar jadinya. Disisi lain ia sangat senang bahwa kekasihnya tertolong dan tentunya Arland sudah pasti akan selamat.

Disisi lain, setelah Arland sadar nanti Alle pun harus melepaskan cowok itu bagaimana pun caranya.

Ceklek.

Semua orang langsung berdiri dan mendekat.

"Gimana dok?" Panji lebih dulu bersuara.

"Alhamdulillah, trafusi darahnya berjalan dengan lancar. Namun, kondisi pasien belum ada perkembangan saat ini. Mohon bersabar, karna semuanya butuh proses." tutur sang dokter mengangguk singkat kemudian berlalu.

Alle tersenyum senang. Rasanya ingin sekali ia masuk dan melihat Arland saat ini juga. Namun, ia tersadar bahwa saat ini semuanya tidak sama lagi.

Tak lama setelah itu Alex pun keluar tanpa mau menoleh ke arah siapapun. Tapi, Alle tau bahwa cowok itu mengisyaratkan bahwa Alle harus mengikutinya.

"Syukurlah, semoga aja ada perkembangan." ucap Panji dan diangguki yang lainnya.

"All, gue udah izin ke bunda. Kata bunda gak papa kalau lo nginep jagain Arland," ujar Mika merangkul Alle.

Alle pun segera melepaskan rangkulan Mika. "Lo aja yang nginep. Gue mau pulang," nada Alle terdengar datar dan tidak peduli.

"Arland bentar lagi sadar, All. Lo gak mau liat?" kata Varel menatap Alle. Bahkan semua orang turut menatap gadis itu heran.

"Gue capek mau pulang. Besok gue kesini lagi," ujar Alle langsung berbalik dengan angkuhnya.

"All," cegat Safira hendak memegang lengan Alle.

"Udah, Pi. Alle beneran capek kayanya. Belum lagi dia sedari tadi nangis terus. Besok dia pasti ke sini kok." ujar Panji tersenyum tipis. Walaupun  Panji sendiri sedikit heran akan perubahan gadis itu.

•••

Ini terhitung dua hari sudah Arland siuman. Namun, Alle sama sekali tidak menunjukan batang hidungnya. Disekolahan pun Alle jarang terlihat, bahkan ada guru yang bilang Alle ketahuan membolos.

Bukannya masuk, Alle malah memilih pulang tanpa alasan. Dan, semua itu tidak luput dari penglihatan kawanan mereka.

Seperti saat ini, Arland lagi dan lagi masih setia menunggu Alle. Berharap gadis itu akan datang dan memeluknya dengan hangat.

Bahkan kala itu Arland berharap bahwa gadisnyalah yang pertama kali ia lihat kala siuman. Tetapi malah teman-temannya yang menyambut dirinya.

"Alle kenapa sih? Sumpah aneh banget belakangan ini. Jarang kumpul sama kita." kata Mika yang duduk disofa bersama Varel.

Arland sendiri pun masih kebingungan dengan keadaan yang masih lemah. Tangan kirinya yang digips membuat laki-laki itu tidak bisa bergerak dengan bebas.

"Tunggu aja. Gue tadi suruh Panji buat jemput Alle ke sini." kata Varel disamping Mika.

Semuanya yang ada didalam lantas berdiri kala mendengar ribut-ribut dari luar.

"Masuk!" Panji mendorong Alle untuk gadis itu segera masuk ke dalam dengan sedikit kasar.

"Apaan sih! Gak usah maksa gue!" bentak Alle kala sampai diruangan tersebut.

Alle seketika mematung saat melihat laki-laki yang selama ini ia rindukan ada dihadapannya. Bersandar masih dengan keadaan lemah.

"Liat, Arland udah sadar. Lo gak pengen ucapain apa-apa?" kata Panji menyentak lamunan Alle.

Alle malah menatap datar Arland. "Kamu gak mau peluk, aku?" ujar Arland lembut.

Alle teguhkan pendirian, mu.

"Apaan sih, oh iya gue lupa lo masih cowok gue ya. Tapi, gue kok ngerasa bosen ya sama lo." ujar Alle membuat semua orang terbelak.

"All!" tegur Safira tegas.

Mika menggeleng tak percaya melihat itu.

Arland terkekeh. "Kamu ngomong apaan sih? Udah jangan becanda, sini peluk aku." pinta Arland memaksakan senyumnya. Walaupun hatinya sangat sakit melihat hal barusan. Namun, Arland tetap memaksakan senyumnya.

Ceklek.

"Sayang! Kamu lama banget," rajuk Alle langsung memeluk laki-laki yang baru masuk itu.

"Maaf baby, aku ada urusan." ya, siapa lagi kalau bukan Alex.

"Brengsek! Maksudnya apaan?" teriak Varel hendak maju, namun Mika menghalanginya.

Arland mematung. Tangannya seketika terkepal erat. "Kesini sekarang juga atau kamu bakalan tau akibatnya!" geram Arland tertahan. Sungguh, ia rasa ingin menerjang Alex detik ini juga.

Alle menatap sinis Arland. "Cacat kaya gini aja lo masih begalu." kata Alle melipat tangan didada dengan gaya angkuhnya.

"Alle! Lo ngomong apaan sih?" kata Mika membentak.

Namun, Alle berdecih sinis tak perduli.

Arland tercengang kaget. "Allea aku bilang ke sini sekarang juga atau kamu bak--"

"Kita putus!"











TBC!!

INI BAGIAN YANG PALING AUTHOR GAK MAU UP😭

Siapa yang masih dukung ARLEAND?

Silahkan kalau mau hujat Alex.. Author ikhlas. Kalau mau hujat author juga gak papa.

Voment banyak-banyak ya. Biar aku ada semangat buat nulis lagi🤗sumpah ini nyesek bangett.

Salam hangat❤

Продовжити читання

Вам також сподобається

Beautiful Tattoo (COMPLETED) + (REVISI) Від pwettiestace

Підліткова література

1.1M 45.4K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
TRANMIGRASI ZEA & NEYRA Від Dinda_ Lilis

Підліткова література

2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Від SecretNim

Підліткова література

1.8M 129K 49
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
Rumah di Perantauan Від SenjaaHaluu

Підліткова література

589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...