Gempa. Gempa bumi. Itu perumpaan yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan Sasa setelah kerabat kantor mendapatkan kartu undangan.
Tidak seperti pemikiran Sasa bahwa teman-teman akan meledeknya habis-habisan, justru grup "BPM Unit (TANPA PAK SAGA)" mengkhawatirkan kondisi Sasa.
"Sa, lo serius ama Pak Saga?"
"Are you on your normal state?"
"Lo kuat emang hidup ama dia?"
"Mba Sasa hamil ya? Kok mendadak nikah?"
Saking bingungnya mereka, staff unit BPM bahkan langsung membuat grup baru bernama "BPM Unit (TANPA SASA & PAK SAGA)".
"Ibunya Sasa kok mau ya anaknya nikah sama siluman kertas proposal?"
"Mati nggak nih kita selama ini ngejelekin Pak Saga, nggak taunya ada pacarnya di lobang hitam."
"Kayaknya Sasa nggak mungkin ngadu deh?"
"Ye mana tau. Namanya intel masa ngomong-ngomong lagi ngelacak."
"Iya juga ya, Mba Sasa aja pura-pura bohong masalah Mandarin."
"Anjir gaji kita aman nggak nih."
"Kalo gaji Mba Irene pasti aman, ada suami bisa berkendali."
Setelah delapan hari merancang kata-kata sebelum peluncuran kartu undangan, akhirnya Sasa dapat memberikan pesan tersebut ke teman-temannya.