✔Perfecto [CSC]

By keipaplova21

19.7K 3.1K 406

Kejadian kecil yang melibatkan kalian membuat mu jatuh pada nya. Perhatian kecil yang diberikan oleh mu memb... More

Prolog
🍁Satu
🍁Dua
🍁Tiga
🍁Empat
🍁Lima
🍁Enam
🍁Tujuh
🍁Delapan
🍁Sembilan
🍁Sepuluh
🍁Sebelas
🍁Dua belas
🍁Tiga belas
🍁Empat belas
🍁Lima belas
🍁Enam belas
🍁Tujuh belas
🍁Delapan belas
🍁Sembilan belas
🍁Dua puluh
🍁Dua puluh satu
🍁Dua puluh dua
🍁Dua puluh tiga
🍁Dua puluh empat
🍁Dua puluh lima
🍁Dua puluh enam
🍁Dua puluh tujuh
🍁Dua puluh delapan
🍁Dua puluh sembilan
🍁Tiga puluh
🍁Tiga puluh satu
🍁Tiga puluh tiga
🍁Tiga puluh empat
🍁Tiga puluh lima
🍁Tiga puluh enam
🍁Tiga puluh tujuh
🍁Tiga puluh delapan
🍁Tiga puluh sembilan
🍁Empat puluh
🍁Empat puluh satu
🍁Empat puluh dua
🍁Empat puluh tiga
🍁Empat puluh empat
🍁Empat puluh lima
🍁Empat puluh enam
🍁Empat puluh tujuh
🍁Empat puluh delapan
🍁Empat puluh sembilan
🍁Lima puluh
Sequel

🍁Tiga puluh dua

322 60 4
By keipaplova21

Terhitung sudah tiga hari mereka berada di Cina termasuk hari ini.

Sejak kemarin ketiga sekretaris itu menjadi bekerja lebih ekstra dari biasanya.

Walau Seungcheol, Jihoon dan Soonyoung sendiri juga menguras otak lebih banyak dari biasanya.

Tapi memang terlihat kalau ketiga wanita itu sering berdiskusi.

Mencatat setiap ilmu dan hal penting yang harus mereka ketahui sebagai pendatang baru di ranah bisnis orang China.

Memberikan informasi satu sama lain, kemudian merancang perencanaan untuk esok hari nya.

Terutama kebiasaan saat bernegosiasi, memberikan pendapat hingga yang paling mendasar namun penting.

Cara memberikan kesan pertama yang mengesankan agar tidak terlupakan.

Semalam bahkan Eunha sampai mencari Sowon ke kamar nya karena merasa tidak nyaman jika berinteraksi dengan telefon.

Hingga Yerin yang menyusul mereka, Seungcheol sendiri takjub melihat kinerja mereka bertiga.

Namun dari hari-hari yang sudah dijalanlan Sowon di Cina sejauh ini, hari inilah hari yang paling sial bagi nya.

Gadis itu menatap lantai kamar mandi yang dibuat kotor oleh nya. Sowon hanya bisa menghela nafas sembari menahan denyutan di punggung nya.

Masih termenung melihat tetesan darah yang semakin lama semakin banyak, membuatnya terus menyiram lantai.

Ingin meminta tolong Seungcheol, namun lelaki itu sedang berbicara dengan seseorang di telefon.

Sowon juga tidak pernah memanggil lelaki itu duluan. Harus dipanggil dengan apa?

Pak? Bos? Langsung nama?

Apa akan tidak sopan?

Gadis itu kembali mengeluarkan kepala nya dari pintu kamar mandi, mengintip apakah ada kesempatan baginya untuk meminta pertolongan.

"Kau sudah belum?"

Sowon sedikit terkejut melihat Seungcheol yang menatapnya aneh walau masih menempelkan ponsel pada telinga nya.

"Boleh minta tolong tidak?" bisik nya malu.

"Apa?" bisik Seungcheol yang masih mendengarkan ocehan seseorang dari sana, "Iya, aku sedang dengarkan kok. Bicara saja,"

"Tolong ambilkan tas biru itu," Sowon menunjuk meja yang penuh dengan skin care nya.

Kemudian mengangguk dengan cepat saat Seungcheol menunjuk barang yang tepat.

"Terima kasih," ujarnya senang sebelum kembali menghilang dibalik pintu kamar mandi.

Seungcheol sendiri masih merasa aneh, biasa nya Sowon tidak akan selama itu di dalam kamar mandi.

Tidak berapa lama kemudian gadis itu keluar sambil menyentuh perutnya kemudian menyeduh air panas dari teko.

"Kau kenapa? Sakit perut?"

Sowon menatap lelaki itu, bagaimana ya bilang nya?

Kemudian ia putuskan untuk mengangguk saja.

"Salah makan ya? Bawa obat tidak? Makan sedikit dulu baru makan obat, lalu langsung tidur saja,"

Seungcheol masih merasa ada yang aneh, Sowon tidak biasanya sediam itu. Lagipula wajah nya juga terlihat pucat.

Atau memang dia saja yang tidak pernah perhatikan?

Pertanyaan nya terjawab ketika melihat segumpal darah di sudut lantai kamar mandi.

Sebut saja Seungcheol adalah seorang yang sudah berpengalaman menghadapi hal seperti ini.

Ia kemudian melihat Sowon yang sedang menyeruput teh hangat di balik selimut nya.

"Kau tipe yang kram di punggung atau di perut?"

Sowon menatapnya aneh dengan mata membesar, bagaimana bisa bosnya bertanya seperti itu?

"Perut mu sakit kan? Kram?" Sowon mengangguk lagi sembari melemparkan pandangan aneh.

"Air panas nya masih ada tidak?" gadis itu mengangguk lagi.

Seungcheol kemudian meraih sebuah cangkir keramik dan teko berisi air panas.

Menyiram cangkir tersebut dengan air panas di wastafel kemudian mengeringkannya.

"Nah, kompres pakai ini dulu. Nanti aku buatkan handuk untuk kompres,"

Sowon menatap nya tidak percaya.

"Tahu darimana?" bisik nya malu sambil meraih cangkir yang diberikan kemudian diselipkan ke bawah selimut.

Setelah diletakkan di atas perut, rasanya menjadi lebih nyaman.

Sepertinya untuk menjalani hari besok harus makan obat pereda nyeri.

Untung saja Sowon sudah perhitungkan dari kemarin karena firasatnya berkata sebentar lagi ia akan kedatangan tamu bulanan.

"Ada darah di lantai. Kan tidak mungkin aku yang berdarah," senyum nya kemudian menelefon customer service meminta handuk ukuran lebih kecil.

"Kau sudah persiapkan ya?" tanya Seungcheol yang mengembalikan Sowon yang sedang termenung.

"Ya? Ya," entah persiapan apapun yang dimaksud Seungcheol, sepertinya tidak sepenuhnya Sowon tidak mengerti.

"Kalau sudah mau habis bilang saja, nanti aku belikan. Jangan sampai kau tidak nyaman jadi tidak bisa bekerja,"

Sowon mengangguk lagi. Sudah berapa kali ia mengangguk?

"Kau mau makan tidak? Biasanya sih harus makan yang hangat dan berprotein kan?"

Beberapa kali Seungcheol bermonolog sendiri kemudian mengambil keputusan seperti dia yang biasanya.

Sowon hanya mampu menatap lelaki itu, bagaimana bisa ia mengerti cara memperlakukan wanita yang sedang haid sebegitunya.

Kalau menurut Seungcheol sih, belajar dari pengalaman.

Terima kasih kepada nona mantan yang sudah berikan pelajaran yang bisa Seungcheol banggakan sekarang.

Semangkok bubur, tiga butir telur rebus, dan sebuah handuk kecil pesanan Seungcheol sampai tidak lama.

"Makan telurnya dulu, kalau tidak bisa makan tiga, makan dua saja."

Sowon memberikan cangkir yang sudah mendingin kepada Seungcheol, menerima sebutir telur yang masih hangat sebagai pengganti kompres.

"Anda belajar darimana?"

Seungcheol yang sedang mengupas cangkang telur menoleh, "Tidak semuanya kau harus tahu,"

"Kalau anda tahu banyak berarti saya bukan yang pertama menerima perlakuan seperti ini?"

Seungcheol memberikan telur yang sudah terkupas sempurna, "Sudah mulai mau bicara serius dengan ku?"

Sowon mengalihkan pandangannya, memilih untuk mengigit sebagian dari telur yang diberikan.

"Apa kalau aku begini kau ngak nyaman ya?"

Sekarang gadis itu malah jadi diam, walau Seungcheol berharap ia akan memberikan beberapa pendapatnya seperti biasa.

"Apa aku akan menjadi tidak profesional kalau menyatakan perasaan pada mu?"

Sowon masih diam, tidak pasti harus memberikan jawaban seperti apa.

"Entahlah, saya tidak pernah berfikir kesana? Tidak ada yang bisa mengatur kalau sudah berhubungan dengan perasaan kan?"

Seungcheol kembali memasing sebuah telur lagi untuk di makan, kemudian membuang cangkang telur ke tempat sampah.

"Kan kau suruh coba, makanya aku coba. Manatau aku punya kesempatan yang berbeda dengan Hwang Minhyun. Makanya aku tanya kau nyaman tidak kalau aku begini,"

Sowon kembali diam, otaknya benar-benar kosong.

Rasanya nyeri di punggung dan kram di perutnya hilang begitu saja. Malah jantungnya berdegup kencang saat ini.

"Ya, walau kau bukan yang pertama, aku ingin kau jadi yang terakhir saja,"

Sowon langsung menolehkan kepalanya, melihat lelaki yang sedang mengaduk bubur.

"Kalau kau sedang kedatangan bulan jadi diam sekali ya," kekeh nya, bingung harus mengatakan apa lagi untuk memperjelas perkatannya.

Apa yang tadi cukup jelas?

Apa Seungcheol harus bilang terang-terangan bahwa ia menyukai Sowon?

"Saya tidak tahu," merupakan kalimat pertama yang diberikan Sowom.

"Saya rasa saya belum bisa memastikan apa saya nyaman. Tapi rasanya saya mulai terbiasa dengan anda yang sedikit berbeda sekarang,"

Seungcheol menarik sebelah ujung bibirnya, "Benarkah?"

Gadis itu hanya mengangguk, "Hanya waktu yang bisa memutuskan apa saya bisa nyaman dengan anda atau tidak. Sampai saat itu tiba saya akan bilang kok,"

"Masih bisa makan ini tidak?" Seungcheol menyodorkan mangkuk bubur nya yang diraih lagi oleh Sowon.

Gadis itu melihat Seungcheol karena mangkuk tidak kunjung dilepaskan lelaki itu.

"Tapi aku mau kau tahu kalau aku tulus, bukan karena alasan apapun. Aku benar-benar tulus menyukai mu,"

Lelaki itu tersenyum ketika melihat semburat merah yang terpancar dipipi Sowon.

"Makan yang banyak kemudian istirahat. Besok masih harus bekerja, kalau lusa tidak ingin keluar liburan aku tidak akan paksa,"

Gadis itu menjatuhkan kepala nya.

Rasanya sudah lama ia tidak merasakan perasaan berdebar seperti ini. Terakhir kali adalah dengan Seokjin kan?

Tapi Sowon senang kalau yang membuatnya berdebar adalah Seungcheol, karna ia tahu lelaki itu baik hatinya.

"Kalau akhirnya saya menjadi nyaman dengan anda, apa yang akan anda lakukan?"

Seungcheol yang juga sudah berada dibawah selimut menoleh kearah Sowon.

"Kalau kau maunya bagaimana?"

Pacaran?

Tapi gadis itu lebih memilih untuk mengangkat bahu nya.

"Kalau ditebak?"

Sowon sempat berfikir haruskah ia mengatakan yang ada dikepala nya, namun akhirnya keluar dengan bisikan, "Menjalin hubungan?"

Seungcheol malah menggeleng, "Menjadikan mu milik ku dan menjaga mu selamanya. Tidak akan membiarkan orang lain merebut milik ku lagi."

Rasanya Sowon ingin pulang ke Korea saja!

TBC

Happy Sunday❤

-Keipaplova
16th Aug 2020

Continue Reading

You'll Also Like

The Summer Escape By Iris_id

Historical Fiction

6K 918 23
A short story of Moon Sangmin and Oh Yeju who travelled to Joseon. Genre: General Fiction - Fantasi Roman Rating: R - (Restricted) Cover by: @iris_id...
998K 92.8K 53
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
750K 56.9K 198
daragon's daily life.
42.8K 4.7K 31
Sasuke X Sakura Fanfiction Story Menikah di usia muda karena perjodohan, membuat Sakura terbebas dari kedua orang tua angkatnya. Namun hidupnya semak...