My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

By Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... More

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻07
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻16
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻39
🌻MBBIS🌻40
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻52
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻55
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻62
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻58

58.8K 3K 200
By Niyahcomel

Happy reading🌹



Dunia rasanya seakan hampa jika mereka berpisah sedetik saja. Sejak pagi hingga malam menjelang. Kedua insan itu sangat lengket bak perangko beserta lemnya, tak bisa berpisah sedetik saja.

Bahkan Alisha sampai dibuat geli oleh kedua remaja itu. Memang sejak sore Arland dan Alle memilih untuk melanjutkan quality time mereka disini. Sekaligus menemani Alisha yang kesepian dirumah.

"Arland baru pergi, sayang. Dia gak bakalan balik juga kalau kamu tungguin didepan pintu." ejek Alisha menggeleng geli melihat kelakuan sang anak.

"Bunda ih," kata Alle meringis malu. Memang sejak tadi Arland berpamitan untuk membeli makanan untuk mereka berdua karna Alisha sudah makan sejak tadi.

Karna Alisha pikir kedua remaja itu sudah makan, makanya wanita paruh baya itu hanya memasak untuknya sendiri. Oleh karna itu Arland melarang Alisha untuk memasak, karna kasian kalau Alisha harus memasak ulang, pikir Arland.

Dan Alle pun merasa bersalah karna sudah membiarkan ibunya makan sendirian.

"Bunda beneran mau ke toko? Kapan?" tanya Alle saat mereka berdua duduk disofa.

"Abis isya aja, nanti pulangnya bunda usahain gak larut banget." ujar Alisha yang tengah menyiapkan tasnya.

Alle mengangguk paham. "Nanti biar Arland jemput bunda, karna Arland juga gak bakalan pulang katanya sebelum bunda balik." ujar Alle menatap sang ibu.

Senyum jahil terbit wanita paruh baya itu. "Kalian romantis banget sih, bikin bunda jadi iri." goda Alisha.

Alle terkekeh kecil kemudian memeluk sang ibu erat. "Bunda selalu dihati Alle. Dan, kalau bunda iri makanya Om Ken diterima aja." kata Alle balik menggoda.

Wajah Alisha nampak memerah. "Apaan sih kamu. Sana siapin piring, kayanya bentar lagi Arland bakal dateng." kata Alisha mendorong anaknya itu dengan tatapan sebal.

"Jadi sekarang mulai rahasian nih sama Alle?" kata Alle semakin gencar. Alle memang tidak tau pasti siapa Om Kenzo atau Ken itu sebenarnya. Yang pasti para pegawai sering melihat keakraban sang ibu, dan bahkan kadang Om Kenzo sering terang-terangan datang ke toko hanya untuk menemui sang ibu.

"Kamu ya. Udah ah, bunda mau siap-siap." Alisha langsung saja beranjak menuju kamarnya. Sebelum anaknya itu akan mengintrogasinya lebih lanjut.

Alle terkekeh geli melihat reaksi ibunya yang nampak malu-malu kucing. Alle pun akhirnya memilih ke dapur karna mungkin memang benar Arland tak lama lagi akan datang.

Karna melihat ada tumpukan cucian. Alle pun langsung membereskannya karna mungkin sang ibu pasti lupa untuk mencucinya.

Hop!

"Astaga! Arland ihh!" Alle sontak berbalik dan menatap laki-laki yang malah menyegir karna membuatnya kaget.

Arland tanpa tau malu malah memeluk Alle dari belakang. Menaruh wajahnya tepat dicerukan leher gadis itu. "Arland ih! Jangan ganggu," omel Alle memukul tangan jahil Arland.

Arland mencebik. "Kangen tau," bisik Arland mengecup leher Alle sekilas. Dan itu membuat Alle kembali meremang.

"Gak usah modus!" sembur Alle saat Arland misah-misuh dilehernya.

Arland lantas saja cengengesan. "Kok rambut kamu digerai? Gak gerah emang?" tanya Arland mengumpulkan rambut Alle jadi satu.

Tatapan sinis pun langsung mengarah ke Arland. "Menurut kamu?" tanya Alle balik seraya berkacak pinggang.

"Gak tau. " kata Arland malah menggeleng polos.

Alle pun langsung menyibak rambutnya dan memperlihat berapa tanda yang telah Arland buat dileher hingga nyaris ke dada.

"Karna ini bego! Kamu kebiasaan deh, untung gak ketauan sama bunda." omel Alle menyikut lengan Arland.

Arland terkekeh. "Bentar lagi bunda kamu pergi, jadi iket aja nanti." usul Arland berkedip.

"Dan kamu bakal bikin tanda ini lebih banyak lagi?!" semprot Alle melotot.

"Pasti dong sayang," jawab Arland sok imut kemudian mengacir pergi sebelum wajan itu melayang ke wajahnya yang tampan.

"Dasar!" rutuk Alle kembali menggerai rambutnya, agar tanda atau kissmark yang cowok itu buat tidak terlihat.

"Sayang buruan! Udah laper," lihatlah, sekarang bayi besar itu sudah merengek pengen makan.

"Bentar," sahut Alle mengambil piring serta sendok. Namun, padahal lebih enak jika makan pakai tangan.

"Kamu beli apa aja?" tanya Alle saat duduk disamping cowok berkaus hitam itu.

"Banyak, aku tau kamu pasti kelaperan. Aw!" ringis Arland saat pinggangnya dicubit begitu kasar.

"Kok kasar?" kata Arland nampak manyun.

"Kamu pasti kamu ngatain aku rakus, kan?" ujar Alle memincing sinis.

Arland menggaruk keningnya kemudian menyegir. "Nih aku beliin spageti, ayam pedes, nasi padang dan udang mentega." kata Arland memamerkan semua makanan yang ia beli.

"Sumpah, All kamu harus cobain udang menteganya ini enak banget." lanjut Arland begitu antusiasnya membuka kotak yang berisi udang-udang tepung yang dibaluri mentega atasnya.

Alle nampak terkejut sedikit. "Mending makan dulu yuk," ajak Alle langsung meraih ayam pedas, padahal ia sendiri punya magh. Sesekali batin Alle, mumpung Arland lagi gak ngeh.

"Udah, makan nasi padang sama spageti aja." Arland tiba-tiba saja sudah menarik piring ayam itu dari hadapan Alle.

Alle cemberut. Arland mah pelit.

"Kenapa manyun? Minta cium?" ujar Arland mengerlingkan matanya.

Alle mendongak seraya tangannya menusuk-nusuk spagetinya. "Coba aja kalau berani." tantang Alle.

Cup!

"Lagi sayang?"

Plak!

"Ada bunda! Gimana kalau bunda liat hah?!" omel Alle siap mengeluarkan tanduknya sekarang juga.

Arland malah terkekeh. "Bunda kamu dikamar, gak bakalan liat."

Alle melongos. Entah kenapa Arland begitu sangat menyebalkan saat ini.

"Eh, All. Pagi tadi Oma telpon, aku lupa kasih tau kamu kalau lusa ulang tahun Oma. Oma minta kita berdua dateng," kata Arland tiba-tiba.

Alle sedikit terkejut. "Lusa kan kita masih sekolah," ujar Alle.

"Izin gak papa kan? Kasian Oma," ujar Arland sambil menyuapi Alle ayam.

"Boleh, nanti aku buat surat untuk kita berdua." kata Alle tersenyum.

"Kamu mau? Yakin gak papa kalau izin?"

Alle menggeleng. "Gak papa, lagian sesekali menyenengin Oma," ujar Alle balik menyuapi Arland udang.

"Pasti Oma seneng banget ketemu kamu," kata Arland menoel-noel pipi Alle.

"Apaan sih," ujar Alle menoyor pipi Arland singkat.

Keduanya saling tertawa dan melempar candaan. Makanan keduanya pun hampir habis.

"Eh, kamu belum makan udang kan? Nih makan, enak banget All." kata Arland menyodorkan udang tepung yang menurutnya sangat enak.

Alle menggeleng. "Buat kamu aja," tolak Alle tersenyum dan mengarahkannya kemulut Arland.

"Aku udah makan banyak, giliran kamu. Ayo, Aaaa.."

Meneguk ludah samar, Alle pun akhirnya memberanikan diri membuka mulutnya demi membuat Arland tak kecewa.

"Gimana enak kan?" tanya Arland berbinar. Alle mengangguk singkat dan terus mengunyah udang tersebut.

"Biar aku aja yang beresin," kata Arland lebih dulu mengambil alih piring-piring kotor tersebut dan membawanya ke dapur.

"Sekalian kamu yang cuci ya?" teriak Alle tertawa kecil.

Arland lantas menoleh. "Harus ada imbalannya kalau gitu." balas Arland setengah berteriak juga.

Alle diam sekaligus mendengus. Ia sudah tau apa imbalannya. Palingan tidak jauh dari kata modus. Dasar lelaki.

"Loh, Arland mana?" Alisha tiba-tiba keluar dengan pakaian yang sudah rapi.

"Lagi cuci piring bun, biarin aja. Itung-itung jadi pacar serba guna." kekeh Alle geli sendiri.

Alisha tertawa jadinya.

"Shh.." Alle seketika mendesis dan menggaruk-garuk leher serta lengannya.

Alisha yang hendak mengambil kunci mobil pun langsung menoleh. Betapa kagetnya saat melihat kulit putih anaknya yang kini sudah memerah.

"Astaga, sayang. Ini kenapa?" tanya Alisha setengah panik.

Alle menggeleng seraya terus menggaruk leher serta badannya. "Gak papa, bun."

"Jangan digaruk, nanti bisa infeksi." peringat Alisha mencekal kedua tangan Alle.

"Gatel bun," rengek Alle gelisah sendiri.

"Kamu makan apa sih?" tanya Alisha hendak menggulung rambut Alle, namun ditahan oleh gadis itu. Bisa-bisa Alisha melihat tanda yang ada dilehernya.

"U-dang, tapi cuma satu." ringis Alle kecil.

Mata Alisha membola. "Astaga, Allea. Kan bunda udah bilang, jangan makan udang. Bandel sih, yaudah tunggu sini bunda bikinin pupur dulu." kata Alisha langsung berlari menuju kamarnya.

Arland yang baru keluar dari dapur kaget melihat gadisnya yang seperti cacing kepanasan.

"Astaga, All kamu kenapa? Kok merah semua?" ujar Arland kaget. Badan Alle seketika memerah, bahkan hampir ke wajah.

Alle tersenyum dengan kedua tangan yang masih menggaruk bagian tubuhnya. "Gak papa,"

"Gak papa gimana, badan kamu gatel semua." kata Arland ikut menggaruk lengan gadisnya.

"Jangan kenceng-kenceng, sakit." ujar Alle meringis. Arland pun langsung menggaruknya pelan.

"Bun, Alle kenapa? Kok gatal sama merah kaya gini?" Arland langsung mencecar Alisha saat wanita paruh baya itu datang dengan sepiring kecil pupur putih, pupur itu pupur tradisional yang sering digunakan jika Alle alergi seperti ini.

"Pasti gara-gara makan udang," jawab Alisha meletakan pupur itu.

Arland seketika terdiam. Ia merasa bersalah karna memaksa Alle untuk makan udang itu. Padahal Alle sudah menolak tadi.

"Udah gak papa," ujar Alle tau raut wajah bersalah Arland.

"Maaf, bun ini salah Arland. Arland gak tau kalau Alle alergi udang. Sampe kaya gini." kata Arland menatap bintik-bintik kecil yang mulai timbul.

Alisha menatap Arland, kemudian tersenyum. "Udah gak papa, nanti gatelnya berkurang kok habis dikasih pupur. Oh ya, bunda gak bisa lama-lama soalnya udah ditunggu, Alle bisa balurin sendiri kan?" ujar Alisha bangkit dan mencium kening Alle.

"Bun, Arland boleh bantuin? Janji gak bakal ngapa-ngapain." kata Arland mengacungkan dua jarinya.

Alisha mengangguk. "Mending dikamar aja, terus AC'nya nyalain biar Alle gak kaya cacing kepanasan nanti."

Alle melotot sekilas. "Bunda ihh.. Buruan gih, kasian tuh Om Ken nungguin."

Kini giliran Alisha yang melotot sekilas. "Arland jagain ya, bunda gak lama kok."

"Siap bun," jawab Arland mantap.

Setelan kepergian Alisha. Arland segera menggendong Alle. "Jangan digaruk," kata Arland memegangi lengan Alle.

"Gatel," rengek Alle bak cacing kepanasan.

"Diem disini, aku ambilin pupur dulu." sepeninggallan Arland, Alle semakin menggaruk tubuhnya. Karna tidak tahan, Alle melepas kancing piyamanya sehingga tersisa tank top putih.

"Aku bilang jangan digaruk," gemas Arland memegangi kedua tangan Alle dan menguncinya.

"Land, gatel banget." kata bergerak sana sini karna tubuhnya yang panas sekaligus gatal.

"Diem, aku olesin dulu." ujar Arland menyapu pupur itu menggunakan tangannya kemudian dia oleskan ke tangan Alle secara merata.

"Kamu pake celana pendek kan? Sekarang celana panjang kamu lepas, biar semuanya ke oles." kata Arland tanpa ragu.

Melihat reaksi Alle yang nampak menegang serta takut-takut membuat Arland terkekeh. "Aku gak mungkin macem-macem dalam kondisi sekarang." kata Arland lagi.

"Yaudah, kamu balik badan." kata Alle berkabung malu. Mereka hanya berdua disini, apalagi suasananya yang sangat mendukung, tapi Alle yakin Arland tidak mungkin macam-macam.

"Udah," cicit Alle merasa malu. Karna saat ini hanya mini pants yang melekat dibagian bawahnya.

Jujur saja, sebagai laki-laki normal ia tergoda. Namun, ia juga sadar bahwa gadisnya saat ini butuh pertolongan.

"Selonjoran," kata Arland menyuruh gadis yang nampak malu-malu itu.

Lagi dan lagi Alle hanya bisa menurut. Karna memang setelah diolesi pupur, gatalnya berkurang.

"Lebih enakan?" tanya Arland mengolesi pupur putih itu dari mata kaki hingga ke paha.

Alle hanya bisa mengangguk. Gadis itu memejamkan matanya saat tangan besar Arland merayap ke punggung belakangnya. Dan entah kapan rambutnya sudah dicepol ke atas.

Arland meneguk ludah samar saat tangannya berani menyentuh area dada atas lagi.

"Tinggal dibelakang," ujar Arland menggaruk tekuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Udah gak usah, udah mendingan kok." tolak Alle tersenyum. Walaupun dibelakang tubuhnya sangat gatal karna tidak diolesi pupur.

"Kan, gatel. Balik sini aku kasih pupur." ujar Arland berdecak saat Alle meraih belakangnya dan menggaruknya. Kini tubuh depan Alle sudah putih semuanya.

Alle pun terpaksa berbalik dan memungungi Arland.

Arland menarik nafas sebentar sebelum menurunkan tali tank top putih milik Arland.

"Land,"

"Percaya sama aku," jawab Arland tenang. Kini bagian tubuh atas Alle hanya berbalut bra putih.

Tak ingin matanya lebih lancang lagi. Arland pun segera mengoleskan pupur itu merata dipermukaan punggung Alle.

Bukannya merasa dingin, Alle merasa hawanya saat ini mendadak panas. Terlebih tatapan Arland yang begitu mengamati bahu polosnya. Ralat, ia masih mengenakan bra saat ini.

"Land, kamu gak niat macem-macem kan?" ujar Alle sedikit mengintimidasi saat nafas cowok itu menjalar ke lehernya.

"Hmm.." Arland hanya bergumam seraya menempelkan hidungnya disela leher Alle yang terbuka.

Alle lantas menggigit bibir bawahnya gugup. Padahal ini bukan pertama kalinya mereka seintim ini.

"Rileks, All." kekeh Arland mengecup telinga Alle sekilas kemudian beranjak.

Alle pun langsung meraih selimut dan menutupi dadany dengan wajah memerah.

"Udah mulai kering, mending kamu tiduran. Biar aku tungguin." kata Arland membaringkan Alle lembut.

"Kamu mau kemana?" cegah Alle meraih lengan cowok itu.

"Aku diluar," jawab Arland singkat.

"Kenapa gak disini?"

Arland menatap gadisnya kemudian berbisik. "Cowok mana yang kuat dikasih pemandangan kaya tadi, kamu gak mau nantinya ada kejadian iya-iya kan?" bisik Arland penuh arti.

Sontak wajah Alle kian memanas. Gadis itu langsung mendorong tubuh sang pacar. "Y-yaudah, kamu tunggu diluar aja." ujar Alle gugup.

"Good night," ujar Arland menghadiahi kecupan didahi.

Alle hanya bisa mengangguk singkat. Entah kenapa suaranya mendadak hilang hanya karna tatapan cowok itu.

•••

I hate Monday!

Beberapa orang mempunyai selogan seperti itu. Dimana hari senin adalah hari yang dianggap paling melelahkan dari hari yang lain.

Dan dimana semua orang harus berjajar dibawah teriknya matahari dan mendengarkan ceramah guru didepannya.

Namun, selogan itu sama sekali tidak terlaku bagi Alle. Gadis itu bahkan dengan santainya berdiri dipaling depan dengan badan tegap dan khidmat.

Arland yang melihat kekasihnya itu hanya mendengus. "Tuker buruan," bisik Arland dibelakang Alle.

Alle sontak kaget. Namun, ia tidak berani menoleh. Tapi, ia pun menurut dengan tiba-tiba mundur.

"Kok kamu bisa dibarisan kelas aku sih?" bisik Alle menyikut pelan pinggang Arland.

"Bukan cuma aku, yang lain juga." balas Arland berbisik.

Alle pun sontak menoleh kebelakang. Dan benar saja, hampir seluruh teman Arland ada dibarisan kelasnya. Mika dan Varel, Panji sudah tentunya dengan Safira.

"Uks yuk, panas gila." kata Arland bergidik.

Alle seketika mencibir. "Gini nih kalau gak pernah ikut apel," kata Alle sinis.

Arland hanya mencebik karna hal itu. "Masih gatel gak?" bisik Arland hampir menyapu telinga Alle.

Alle lantas saja meremang. "Udah enggak, kamu kemarin pulang jam berapa?" tanya Alle. Pasalnya gadis itu ketiduran dan lupa kalau ada Arland yang menunggunya.

"Jam 11, niatnya mau pamit tapi kamu ketiduran." jawab Arland merangkul Alle.

"Maaf ya, sumpah aku ngantuk banget." ujar Alle tidak enak.

"Gak papa,"

Upcara pun akhirnya selesai. Tanpa mau menunggu adanya pengumuman lagi para murid sudah lebih dulu mengacir pergi.

Arland nampak senyam-senyum sendiri saat Alle tak sengaja mengibaskan rambutnya dan memperlihatkan kissmark yang masih terlihat jelas. Iyalah masih jelas, karna Arland membuatnya saat Alle tertidur.

"Mikirin jorok pasti," sembur Alle menoyor kepala Arland saat cowok itu menatapnya sambil senyam-senyum kek orang bego.

"Nethink amat sama pacar," sungut Arland mendengus.

Alle mencebik. "Terus? Kamu gak mungkin kan senyum-senyum sendiri kaya orang gila kalau gak ada yang dipikirin?" tanya Alle memincing.

"Mulutnya.." gemas Arland menjepit kedua mulut Alle. "Rambut kamu gak usah diiket kalau gak mau bikin heboh semua orang," bisik Arland lagi.

Alle lantas menoleh. "Apaan sih? Ngomong tuh yang jelas." ujar Alle terus menelusuri koridor.

Arland pun langsung membuka kamera dan mengarahkannya ke leher Alle yang ada tandanya.

Arland sudah menghitung dalam hati satu, dua, ti--

"ARLAND BEGO! KAMU NGAPAIN BIKIN--HMP!!" Arland langsung membekap mulut gadisnya itu dan menyudutkannya ke dinding dekat perpustakaan.

Alle lantas saja melotot? Beruntung sejak tadi ia tidak mengikat rambutnya. Sial! Kenapa ia baru sadar.

"Gak usah teriak juga sayang, aku gak budek."

Bugh!

"Ini terakhir kalinya kamu bikin tanda! Kalau masih nekat siap-siap aja." ancam Alle serius.

"Dih, ngancem. Padahal suka kan?" goda Arland semakin menyebalkan dimata Alle.

"Kam--"

"Omelannya simpen dulu ya. Mau ke toilet bentar, tungguin jangan ditinggal." cerocos Arland sebelum Alle sempat mengeluarkan ocehannya.

"Bodoamat!" ketus Alle setengah berteriak.

Gadis itu langsung berbalik dan meninggalkan Arland yang tengah ketoilet. Lama-lama bisa darah tinggi ia menghadapi cowok menyebalkan itu.

"Eh, Keyra!" seru Alle saat melihat Keyra yang nampak duduk sendiri di bangku koridor seraya menatap ponselnya.

"Eh, lo nangis?" ujar Alle agak kaget saat ia duduk disamping gadis itu.

"Eh, gak kok. Lama ya gak ketemu, sibuk bucin sih." kata Keyra tertawa hambar.

Alle hanya terkekeh menanggapinya. Tawa Keyra dan senyumnya seperti dipaksakan.

"Pinjem ponsel lo dong," pinta Alle tiba-tiba. Karna Alle yakin penyebab gadis itu menangis dari ponsel tersebut.

Keyra sontak kaget. "Eh, buat apaan?" kata Keyra yang nampak hendak mengembalikan ke mode awal.

"Bentar aja," tanpa segan Alle langsung merebut ponsel itu dan menyalakannya.

"All-" kalimat Keyra tertahan. Terlambat, Alle sudah melihatnya.

Alle tercengang saat fotonya yang ternyata terpampang jelas di akun instagram Alex.

[picture]

Disukai oleh Dion_Hand dan 22.112 lainnya.

AlexioGrayCardis, love her❤

@Ryan_Ganteng Udah punya orang bang.

@Rangga_ErBratika Cih

@PanjiRadit_ Pacar orang woy! Apus! Apus!

@FarahCantik Mending sama dedek😙jangan sama kaleng-kalengan diatas.

@Dion_Hand Awas ada yang panas.

Mata Alle kian membola saat melihat komentar yang seketika banjir dan ketegangan itu bertambah saat melihat siapa yang ikut berkomentar.

@Arland_H. 😏

"Arland All," ujar Keyra menatap Alle kaget seraya menutup mulutnya.

Ponsel Keyra nyaris jatuh kalau Keyra tak segera mengambilnya.

"Arland Key, dia udah liat. "

















TBC!!

Hohoo Alex cambek again😬siapa yang kangen babang Alex?

Kayanya gak ada deh😂

Sejauh ini gimana sih perasaan kalian tentang cerita ini? Aku penasaran banget, sama jawaban kalian semua. Mohon dijawab ya🙂

Voment hayuk🤗pokoknya gak boleh sampe lupa. Salam hangat❤

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 120K 30
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
1.7M 122K 81
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
844K 72.8K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
3.1M 261K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...