Kembar tapi Beda ✔

By bintkariim

57.6K 2.4K 210

Tentang bagaimana seharusnya kamu melewati masa remajamu, tentang bagaimana bersikap pada orang tuamu. Temuka... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
10
OPEN PO

9

1K 204 27
By bintkariim

Rules membaca:
1. Siapkan tisu
2. Baca basmallah
3. Kalau dulunya membaca setengah hati, kali ini bacalah dengan sepenuh hati.
4. Ketika baca part ini ingat kembali bagaimana perjuangan Aira Nazila dan Ari Ramadhan dalam mempersiapkan diri untuk anak-anaknya.
5. Sorry, padahal udah janji nggak mengait-ngaitkan dengan cerita sebelumnya, tapi ini harus terjadi.

🥇🥇🥇

"Munafik!"

Plak!!

Sebuah tamparan keras melayang mengenai pipi mulus milik Khalisa. Khadija yang melihatnya jadi kaget dan tidak tega atas tindakan abangnya itu.

"Kenapa abang tampar Lisa? abang marah, karena Lisa udah kasih tau Ummi kalau abang main game?" tanya Khalisa dengan mata berkaca-kaca. Pipinya terasa begitu perih, tidak pernah ia ditampar oleh siapapun sebelumnya.

Khalisa Arifah Billah merupakan anak yang begitu patuh pada orang tua dan gurunya. Wajahnya yang rupawan, perilaku yang santun dan selalu menundukkan pandangan terhadap kaum lelaki membuat banyak orang menyukainya. Zila sebagai seorang ibu juga begitu percaya padanya karena menurutnya Khalisa jauh lebih religius dibanding kakak-kakaknya. Ia merupakan seorang hafizah teladan bagi santriwati lainnya. Kemampuan menghafalnya tidak diragukan lagi, di pesantren juga hampir selalunya mendapatkan ranking pertama.

Namun, sebuah kesalahan yang awalnya dianggap biasa tapi berefek parah terjadi padanya.

"Abang gak mempermasalahkan tentang hukuman yang Mama berikan ke Abang, lagian itu memang kesalahan Abang sendiri. Ini tentang kamu, Lisa!"

"Maksudnya?"

"Putusin sekarang juga atau Abang laporin ke Mama?" ancam Khalifah.

Khalisa takut luar biasa. Ia ketahuan.

"Abang sama sekali nggak nyangka kalau kamu seperti ini. Mama begitu percaya sama kamu, kamu itu anak kesayangan, tapi kamu malah pacaran? liat aja kalau nanti Mama mengamuk!"

"Tapi, ..."

"Kenapa? masih sayang? baru seminggu jadiannya? kamu nggak sayang sama Mama dan ayah yang harus menanggung dosa gara-gara kamu? kalau kamu nggak putusin sekarang, abang akan kasih tau Mama dan keadaannya tambah parah!"

Khalisa merunduk dan hanyut dalam tangisannya.

"Abang kecewa sama kamu," ujar Khalifah dan berlalu keluar dari kamar adik bungsunya itu. Tinggallah Khadija dan Khalisa di sana.

Khadija menarik adiknya kemudian didudukkan di atas ranjang. Diusapnya pelan punggung adiknya itu.

"Sebaiknya kamu segera putuskan dia," ujar Khadija lembut sembari membawa adiknya dalam pelukan.

"Dia itu lelaki yang baik, dia juga alumni salah satu pesantren ternama," Khalisa merasa belum rela jika harus melepaskan. Menurutnya, apa salahnya mereka berpacaran, toh, mereka saling mengingatkan dalam kebaikan, lelaki itu juga tidak bersikap aneh.

"Kadang setan datang menggoda kita dengan cara yang begitu halus, seperti yang terjadi sama kamu ini. Itulah sebabnya kenapa kita dilarang chattingan dengan lawan jenis. Dari yang awalnya cuma nanya soal PR, terus saling mengingatkan, akhirnya jadi nyaman dan kepikiran. Nah, kalau udah memikirkan lawan jenis 'kan jatuhnya zina hati dan pikiran.." Khadija mengingatkan.

"Tapi aku masih sayang sama dia,"

"Kamu nggak kasihan sama ayah yang disiksa sama malaikat semenjak pertama kali kalian chattingan?"

Khalisa bagai ditampar, ia merasa sudah begitu egois.

"Ya Allah..." tangis Khalisa semakin pecah. Pelukannya semakin dieratkan.

"Nggak perlu jauh-jauh deh, Kakak tau kamu dan dia nggak pacaran seperti gaya pacaran anak-anak jaman sekarang yang pegangan tangan dan jalan-jalan, apalagi menyerahkan sesuatu yang paling berharga bagi perempuan. Kakak bicara hal yang mendasar aja.

Setelah kalian pacaran, pasti suatu saat dia akan mulai berani. Mulai minta dikirimkan foto, voice note, dan sebagainya dengan alasan kalau dia kangen sama kamu. Kamu akan merasa nggak enakan kalau kamu tidak menuruti keinginannya karena kamu adalah pacarnya. Tanpa sadar, kamu udah membiarkan lelaki lain yang bukan mahram kamu untuk menelisik wajahmu, mendengar suara indahmu.

Kalian akan terus berhubungan, sampai kamu melewatkan waktu belajar dan muraja'ah dengan menyibukkan diri dalam chattingan. Kamu setiap hari harus memberikan kabar kepadanya, kalau tidak, dia akan marah.

Suatu saat kamu mulai menyadari kalau hubungan kalian tidaklah benar. Tapi, kamu sudah semakin sayang sama dia dan merasa takut kehilangan dia. Kamu ingin menyudahi tapi ada rasa nggak rela. Sampai kalian tetap terus berhubungan.

Bukan cuma dia, kamu juga akan marah kalau dia nggak ngabarin kamu. Kamu juga akan takut jika dia berpaling dari kamu, sehingga kamu akan terus menjaga hubungan terlarang itu. Kamu terus mencoba untuk membuatnya semakin sayang sama kamu biar dia nggak ninggalin kamu.

Padahal, pada waktu yang bersamaan kalian sama-sama dirundung rasa bersalah. Kamu pengen minta putus tapi takut akan menyakiti perasaan dia. Begitu juga dengan dia yang ingin putusin kamu tapi dia khawatir kamu akan membencinya.

Pada dasarnya, permasalahannya adalah, kalian sama-sama sedang melawan diri sendiri. Kalian sama-sama alim tapi nggak berani memutuskan karena alasan masih sayang dan nggak mau menyakiti satu sama lain. Kamu terlalu takut jika setelah putus dia akan mencari yang jauh lebih baik dari kamu dan kamu akan menangis melihat kebahagiaan mereka.

Dek, coba kamu fikir ulang, yang namanya jodoh gak akan tertukar. Kamu masih muda, di usia belia ini, kamu seharusnya memikirkan bagaimana cara menjadi anak yang baik, bagaimana menjadi gadis yang produktif, agar bermanfaat bagi bangsa, bukan malah merusak pandangan orang lain tentang anak pesantren.

Kita ini dari pesantren, kita harus tunjukkan ke semua orang kalau kita bisa melawan hawa nafsu. Jangan sampai gara-gara kita, mereka yang cuma sekolah di sekolah umum bilang, " Toh, yang dari pesantren aja pacaran, lah kita? tunggu apa lagi?". Bukan cuma kamu, Dek. Kakak juga seorang perempuan, kakak juga melewati masa puber, kakak juga pernah suka dan disukai seseorang, tapi kakak lenyapkan rasa itu dan nggak memberikan dia sedikitpun harapan. Kakak nggak mau membuat Mom kecewa karena keegoisan kakak. Mom udah berjuang sejauh ini untuk kita, kenapa kita malah menyeretnya ke neraka?"

Bicara soal maksiat memang gak ada habisnya. Kakak juga gak bermaksud menggurui karena kakak tau kamu jauh lebih tau dari kakak. Kamu sekolah di sekolah agama dan kamu rajin baca buku islami, beda sama kakak yang hobinya cuma baca komik. Kakak cuma mau bilang, seenggaknya kamu memikirkan gimana nasib ayah di alam kubur dan gimana lelahnya wajah Mom  setiap sore pulang kerja demi kita.

Kakak nggak berhak untuk marah, tapi kakak tak kalah ikut kecewa," tutup Khadija sembari melepaskan pelukan lalu keluar kamar.

Hening.
Khalisa dilanda kesendirian. Kata-kata Khadija justru lebih menampar dirinya, tak ada bandingannya dengan sakit di pipinya karena ditampar Khalifah. Sore itu wajahnya memerah dan matanya bengkak karena menangis berjam-jam.

Waktu shalat maghrib tiba. Zila menaiki lantai dua untuk berwudhu dan memakai mukena. Ketiga anaknya ternyata sudah lebih dulu tiba di mushalla.

Khalisa duduk di atas sajadah, matanya menerawang ke hadapan, menanti iqamah dari kakak lelakinya.

Ketika iqamah berlangsung, mereka semua berdiri membentuk shaf shalat seperti biasanya.

Meskipun Khalifah anak yang bandel, dan tidak suka diatur, tetapi dia tetap dipaksa untuk belajar oleh ibunya sampai akhirnya ia terbiasa dengan nilai-nilai spiritual. Ia juga sudah bisa menjadi imam shalat untuk keluarganya dan teman-temannya di sekolah. Bacaannya juga begitu fasih ketika membacakan ayat Al-Quran.

Usai shalat, mereka diwajibkan menyetor hafalan. Walaupun sudah hafal sampai 30 juz, tetap saja sesekali Zila mengetes agar anak-anaknya tidak mudah lupa.

"Khalisa, Ummi mau bicara," ujar Zila kepada anaknya setelah mereka selesai menyetor hafalan. Khalifah dan Khadija ingin beranjak pergi, tapi ditahan oleh Zila.

"Usia kamu berapa sekarang?"

"Baru 15," balasnya pelan sembari menunduk.

"Kau merasa udah siap menikah?" tanya sang ibu membuat Khalisa begitu kaget lalu mendongak.

"Kenapa kamu pacaran?"

Khalisa menatap sendu ke arah kedua kakaknya.

Kenapa mereka tega beri tahu Ummi?

"Jangan liatin kakak-kakak kamu! Ummi udah tau dari awal," ucap Zila yang spontan membuat kedua mata Khalisa mengerjab.

"Kamu udah siap menjadi seorang istri? udah siap merasakan hamil dan melahirkan? udah merasa pantas menjadi seorang ibu? udah tahu cara mengatur keuangan? udah pinter masak?" pertanyaan beruntun itu membuat Khalisa menutup mulut agar tidak terdengar betapa keras suara tangisnya. Ia begitu terisak. Sementara kedua kakaknya tidak bisa membantu apa-apa.

"Kamu itu masih muda. Siapa yang izinkan kamu pacaran? kalau kamu udah nggak tahan, Ummi akan segera memberhentikan kamu dari sekolah dan menikahkan kamu dengan laki-laki itu. Mau??"

Khalisa menggeleng cepat sembari menjawab 'tidak' dengan suara yang putus-putus karena isakan tangisnya.

"Ummi rasa tamparan dari Abang kamu dan nasehat dari kakakmu cukup membuatmu sadar," ujar Zila yang membuat Khalifah dan Khadija bertanya-tanya. Bagaimana bisa ibunya tahu?

"Kalau dia lelaki baik-baik, dia nggak akan mengajak kamu pacaran. Mulai sekarang hp kamu Ummi sita karena sudah melanggar aturan. Hpnya baru akan Ummi kembalikan kalau kamu sudah kembali ke jalan yang benar." putus Zila sambil bangkit dari duduknya.

"Jangan sampai ada lagi kasus yang seperti ini! Mama muak!"

_____

Huftt aku senang banget udah nulis part ini. Semoga bermanfaat ya..
Gimana, teman-teman? di sini ada yang pacaran dan merasa tertampar? yang masih pacaran, jangan takut untuk putuskan pacarmu. Yuk, kita jomblo bareng-bareng dengan menjadi perempuan yang lebih berkualitas pastinya, hehe.

masih mau next biar tau kelanjutannya?

Jangan lupa vote dan komen ya, teman-teman, untuk kemajuan cerita ini. Vote dari kalian sangatlah berharga. Oh ya! kalau kalian merasa cerita ini bermanfaat, jangan lupa share link ini ke teman-teman dan sahabat kalian agar mereka juga bisa ikutan baca. Siapa tahu, ini juga akan bermanfaat untuk orang-orang di sekitar kita.
Terimakasih❤🙏

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 740 33
Terkadang mimpi itu datang layak nya seperti kenyataan namun saat akan terbangun baru tersadar kalau itu hanya lah sebuah mimpi, mimpi yang terus men...
43.2K 7.3K 50
Untuk pembaca baru, silahkan setelah baca klik tanda vote nya ya🤗 Awal update: 17 April 2021 Tamat : 9 Juni 2021. Revisi: 31 Oktober 2021. Follo...
3.2K 336 25
"woii turun ga lu, gw lempar pake kecoa mampus lu" - kim yerim "lempar aja, yang ada ntuh kecoa lari liat ketampanan gw" - jeon jungkook ••••• "Yeri...
1.8M 193K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...