My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

By Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... More

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻07
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻16
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻39
🌻MBBIS🌻40
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻52
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻58
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻62
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻55

61.2K 3.2K 233
By Niyahcomel

Happy reading🌹



Alisha mempercepat langkahnya saat mendengar anaknya lagi dan lagi masuk rumah sakit. Sungguh, ia bisa kena mati mendadak jika harus mendapat berita yang membuatnya jantungan seketika.

Dibekalang Alisha dan keempat remaja yang mengekor. Varel langsung menghubungi Mika saat Arland mengatakan dengan singkat Alle dirumah sakit. Dan Mika pun akhirnya datang bersama Safira dan setelahnya barulah mereka menjemput Alisha.

"Alle!" kata Alisha langsung berlari menuju bankar sang anak.

Dilihatnya wajah Alle yang nampak masam. Namun, kini berubah menjadi keterkejutan yang besar.

"Bunda? Bunda kok bisa disini?" ujar Alle menegakan tubuhnya. Ia sudah tidak sakit lagi. Namun, Arland terlalu lebay memintanya untuk rawat inap, padahal gadis itu sangat benci akan rumah sakit.

"Terus bunda masih harus kerja saat denger kamu masuk rumah sakit?" kata Alisha berkabung khawatir.

Bibir Alle mengerucut. "Maaf, Alle gak sengaja." sentilan didahi pun didapat dan Arland'lah pelakunya.

Keempat remaja itu memilih diam dan memberi ruang untuk ketiganya.

"Udah tau sakit masih aja sok-sok'an mau kerja," kata Arland gemas. Jika tidak ada orang sudah ia raup wajah menggemaskan gadisnya.

"Bunda Arland kasar." adu Alle bak anak kecil.

Alisha langsung menatap Arland. "Harusnya jangan kamu jitak," ujar Alisha pada Arland. "Harusnya kaya gini nih," tanpa aba-aba Alisha langsung menjewer telinga Alle, membuat gadis itu langsung terjinjit akibat perlakuan sang ibu.

"Bunda sakitt!" rengek Alle melepaskan jeweran sang ibu.

"Bandel! Kan udah bunda bilang gak usah--, bla.. Blaa..

Alisha bercerocos hampir sepuluh menit lamanya. Membuat yang lain mengulum senyum melihat wajah masam Alle.

"Anaknya lagi sakit malah diomelin." sela Alle cemberut.

Alisha menghentikan omelannya. "Besok kamu gak boleh sekolah! Sampai kamu benar-benar sembuh!" tegas Alisha mengusap rambut anaknya. Bukannya berniat memarahi, hanya saja Alisha ingin anaknya itu mengerti bahwa sebagai seorang ibu ia sangat khawatir.

"Bun.."

"Atau kamu dirawat disini selama seminggu?"

"NO! Oke, besok Alle gak bakalan sekolah dan nginep disini sampai sembuh." ujar Alle memandang sebal sang ibu.

Alisha tersenyum cerah. "Bagus! Sekarang bunda mau keluar dulu, ada yang mau diurus. Arland jagain anak bandel ini," kata Alisha tersenyum ke arah Arland dan dibalas anggukan cowok itu.

"Ciee balikan... Ciee.." suara Mika langsung menyambar riuh.

"Kita gak putus, Mik." ujar Alle memutar bola matanya malas.

"Yaudah ganti, ciee baikan.." Panji langsung menyambar dan berkedip.

"Lagian ngapain ikutan jadi barista sih, All. Kalau lo bosen kan ada kita, jadi sakit kan." omel Safira berdiri disamping ranjang.

"Sorry," ringis Alle merasa tak enak.

"Cari minum yuk, haus." ajak Varel merangkul Mika langsung. Mika yang mengerti akan kode dari sang pacar pun mengangguk.

"Yuk, Pi." ajak Mika pada Safira. Panji mah gak usah dikode, udah nangkep dia.

"Eh, nitip makanan sama minuman." ujar Alle bersuara sebelum teman-temannya beranjak.

Arland sontak menoleh. "Makan bubur aja,"

"Bukan buat aku, tapi buat kamu. Aku tau pasti kamu belum makan," ujar Alle mengatakannya dengan lembut.

"Yaudah nanti kita beliin pas selesai makan," kata Mika kemudian berlalu pergi.

Setelah kepergian keempat remaja itu. Arland pun berniat beranjak menuju sofa besar disana.

"Mau kemana? Disini aja," pinta Alle memegang lengan Arland. Alle tau cowok itu masih marah saat ini.

Arland pun menurut. Laki-laki itu duduk bersebelahan dengan gadisnya yang sudah tidak lagi sepucat tadi.

"Awas kalau sakit lagi. Ini terakhir kalinya aku liat kamu baringan disini," kata Arland menyentil hidung Alle.

Alle seketika memberenggut. "Aku lagi sakit, jangan diomelin mulu." rajuk Alle menyandarkan kepalanya didada Arland. Sungguh, ia rasanya ingin menangis saja jika terus diomeli.

"Aku gak ngomel," jawab Arland singkat.

Alle mendongak. "Tuhkan marah." rajuk Alle menusuk-nusuk pipi Arland menggunakan jarinya.

Arland menggeram dan menggigit asal jari gadisnya itu. "Kamu tuh ceroboh, bikin orang selalu khawatir. Bisa gak, gak usah bandel lagi."

"Tuh malah ngomel," bibir Alle mengerucut dengan mata bulat yang mulai berkaca-kaca.

Arland menghela nafas kasar. Diraupnya wajah Alle gemas. Rasanya ia ingin mencekik gadisnya saja saking kesalnya, namun sayangnya ia terlalu cinta.

"Gak ngomel sayang," ucap Arland lembut.

"Tapi marah kan?" tanya Alle cemberut.

"Gak," ujar Arland mendekap Alle erat.

"Bohong! Muka kamu aja keliatan marah! Yaudah silahkan kalau mau marah," oceh Alle melipat tangan didada.

Arland seketika mematung. Apa salah hamba Tuhan. Batin Arland berujar lirih.

"Kok kamu sensitif?" kata Arland menurunkan pandangannya.

Alle yang kesal pun langsung menjauhkan diri dari Arland. "Gak suka? Yaudah sana pergi." kata Alle ternyata benar-benar sensitif. Ia pun tidak tau karena apa, mungkin ingin datang bulan.

"Kamu kenapa sih?" tanya Arland menangkup kedua pipi Alle.

Bukannya menjawab Alle malah menitikan air mata, membuat Arland tersentak dan kaget.

"Eh, kok nangis?" kata Arland kaget.

"Hiks, jangan pergi kaya kemarin. Aku takut," ujar Alle kembali menangis. Sepertinya hari ini hari sensitif Alle, hanya dengan mengingat kesalahannya dulu membuat Alle seketika menangis.

"Gak akan," ujar Arland mendekatkan wajahnya dan mengecup kedua bola mata yang berlinang air mata itu.

"Janji?" ujar Alle menyodorkan jari kelingkingnya, persis seperti anak kecil yang berjanji pada ibunya.

Arland tersenyum geli dan menyingkirkan kelingking gadis itu pelan. Dan langsung mencium bibir Alle lembut.

Baginya ini lebih baik dibandingkan dengan kelingking mereka yang harus bertautan.

Ya, ini memang murni janji atau Arlandnya yang sedari tadi sudah mengincar bibir ranum Alle.

•••

"Kamu sekolah?" tanya Alle menoleh ke arah laki-laki yang baru saja mengenakan pakaian seragamnya.

Padahal ini masih pukul setengah 6 pagi. Dan, Arland sudah sangat rapi dengan seragam sekolahnya. Sedangkan Alle sendiri nampak kucel diatas ranjang, untung gak ada iler yang nempel.

Sejak malam tadi Arland memang nginap disini, dan bersama Alisha tentunya. Namun, pagi-pagi buta sekali Alisha harus ke toko dan tinggallah keduanya diruangan besar ini.

Arland pun mengangguk. "Kamu pasti bakalan marah kalau aku bolos," kata Arland mengambil sebuah dasi sekolahnya dan berjalan mendekat ke arah Alle.

Bibir Alle mengerucut. "Kenapa aku malah pengen kamu bolos ya," celetuk Alle menatap Arland sedih.

Arland menyerit bingung. Sikap labil Alle saat ini membuatnya senang dan juga bingung. Namun, dibalik itu Alle tetaplah gadis sensitif jika salah bicara.

"Aku sekolah cuma bentar, habis itu ke sini." ujar Arland mengusap rambut Alle.

"Lama.. Kamu sekolah seharian. Terus aku disini sama siapa? Bosen Arla--"

Cup!

"Bawel! Aku bakalan telpon kamu tiap menitnya nanti," kata Arland mencubit hidung Alle gemas.

Alle pun akhirnya tersenyum dan mengangguk semangat. Mungkin karna terlalu lama berpisah dengan Arland makanya Alle tidak ingin berjauhan lama-lama dengan cowok itu.

"Sekarang pasangin dasi aku." Arland pun mengambil tangan Alle dan meletakan dasi abu-abu itu ke tangan gadisnya.

Tanpa disuruh Alle pun langsung bangkit dan bertekuk lutut didepan Arland, namun dengan begitu Alle tetap terlihat rendah dibandingkan dengan tubuh Arland.

"Ihh jangan mundur-mundur, akunya gak nyampe." omel Alle menarik leher laki-laki itu supaya mendekat ke arahnya.

Arland tersenyum simpul dan langsung memeluk pinggang Alle mesra. Sehingga kepala Alle tepat berada didepan bibirnya.

"Udah," kata Alle tersenyum puas.

"Makasih, sayang." kata Arland menunduk seraya tersenyum.

Alle pun membalasnya. Gadis itu tiba-tiba saja memiringkan wajahnya seraya menutup matanya. Arland tau, apa yang gadisnya inginkan saat ini.

Menarik tekuk Alle lebih dulu, Arland langsung melumat bibir Alle lembut dan penuh perasaan.

Alle semakin memejamkan matanya saat lidah laki-laki bergerliya didalam mulutnya. Menyapa rongga-rongga mulutnya dan mengajak lidahnya bermain.

"Ugh.. Uhm.. " Alle membelunguh pelan saat ciuman itu turun ke leher. Menciumnya lembut sampai akhirnya menyesap dan menggigit sedikit sehingga menimbulkan tanda keunguan disana.

Tubuh Alle menegang dengan sensasi pertama kali yang baru ia rasakan. Seperti ada aliran listrik yang mengalir ditubuhnya.

Arland yang mendengar lengungan itu malah semakin bernafsu.

"Ar-land, ugh.. Stop!" seru Alle dengan nafas yang terengah-engah. Sebelumnya mereka tidak pernah sampai ke titik ini, hanya sebatas ciuman bibir dan Alle merasakan sensasi yang berbeda saat lehernya disapu pelan.

"Permis--Astagfirullah!" pekik sang suster yang tercengang diambang pintu rumah sakit. Suster itu dengan cepat berbalik dengan dada yang berdegup tak karuan.

Alle dan Arland serempak menjauhkan diri dengan wajah yang pastinya sudah memerah sempurna.

"Kenapa sus?" Arland lebih dulu angkat bicara. Arland bersyukur karna ada yang masuk, kalau tidak nafsu sialannya ini akan terus bekerja.

Suster itu nampak sedikit gelalapan. "I-tu, Masnya disuruh buat nebus obat di kantin. Itu saja, maaf saya permisi." suster itu langsung mengacir tanpa sempat Arland bertanya obat apa dan untuk apa.

Arland pun menunduk, melihat gadisnya yang kini wajahnya sudah memerah sempurna.

"Inget, tanda ini sengaja aku buat. Karna aku mau semua orang tau kalau kamu milik aku." bisik Arland mengecup pipi merona Alle sekilas.

Alle hanya mengangguk patuh. Rasanya suara habis tertelan karna ketahuan oleh suster tadi. Alle tidak bisa membayangkan bagaimana jika suster itu malah menceritakannya ke suster yang lain.

"Aku keluar bentar, kamu tunggu sini." setelah itu Arland langsung keluar dan berharap suster itu masih ada disekitar sini.

Sedangkan Alle langsung meraih ponselnya dan membuka kamera. Wajahnya semakin memerah saat melihat satu bulatan berwarna ungu yang sangat terlihat jelas dileher sebelah kirinya.

Tanpa sadar Alle tersenyum malu, membayangkan bahwa dialah yang memulainya lebih dulu.

•••

Sejak kemarin sudah diperbolehlan pulang kerumah, Alle langsung semangat kala pagi mulai menjemput. Gadis itu bahkan sudah siap dengan seragam sekolahnya dengan lengkap.

"Yakin bisa sekolah?" tanya Alisha yang baru saja melihat Alle turun.

"Bunda udah nanya lima kali lebih loh. Alle udah sehat, bun." ujar Alle memutar bola matanya malas. Sang ibu menjadi sangat berlebihan semenjak ia pulang dari rumah sakit.

"Disekolah hati-hati, gak usah capek-capek." nasehat Alisha menuangkan susu sekaligus mengoleskan selai kacang ke roti.

"Siap nyonya," jawab Alle semangat.

Tin!

Tin!

"Arland! Bun, Alle pamit." seru Alle meraih tasnya.

"Makan dulu Allea." kata Alisha melotot seraya berkacak pinggang.

Alle menyegir sekaligus meringis pelan. Bundanya itu kalau sudah marah bisa mengalahkan singa yang lapar.

Alle pun segera menegak susunya habis, kemudian mengambil dua lembar roti selai.

"Assalamualaikum bun!"

Alisha menggeleng geli. "Waalaikumsalam," jawab Alisha pelan.

Alle pun langsung berjalan keluar gerbang. Dilihatnya mobil hitam milik Arland sudah terparkir rapi didepannya.

"Arland bukain!" kata Alle berseru, pasalnya kedua tangannya saat ini tengah memegang masing-masing roti.

Arland pun segera membukakan pintu mobilnya dan membiarkan gadis itu masuk.

Setelah Alle masuk, Arland nampak mengulum senyum membuat Alle memincing. "Kok ketawa?"

"Siapa yang ketawa," elak Arland mempertahankan nadanya.

Alle memajukan wajahnya. "Jujur kenapa ketawa?" ujar Alle memincing tajam.

Kini tawa Arland muncul. Sungguh ia tidak dapat lagi menahannya. "Sini," kata Arland menarik wajah Alle. Kemudian Arland menjilati permukaan bibir gadis itu yang masih belepotan oleh susu.

Alle tersentak, gadis itu langsung menjauhkan diri. "Modus banget sih!"

"Siapa yang modus, aku cuma bersihin sisa susu doang," jawab Arland menjulurkan lidahnya.

Sedangkan Alle mendengus melirik cowok itu, membuat Arland gemas dan mengacak rambut Alle kembali.

"Kok bawa roti? Kamu belum makan?" tanya Arland baru sadar seraya menjalankan mobilnya.

Alle menggeleng. "Pengen makan berdua, hehe. Kamu pasti belum makan kan?" tanya Alle meletakan tasnya ke dasbor.

Arland terkekeh dan mengacak rambut gadisnya gemas. "Suapin," pinta Arland.

"Coklat atau nanas?"

"Mau kamu aja gimana?" jawab Arland cengengesan.

Alle sontak melotot dan menggeplak cowok itu. "Yang mana?"

"Coklat sayang," jawab Arland tersenyum manis.

"Dih!" Alle bergidik, namun tetap menyuapi cowok itu dengan telaten sampai habis.

"Tuh dibelakang ada air mineral," Arland lebih dulu bersuara saat Alle nampak celingukan mencari botol air.

Alle langsung menoleh ke belakang dan mengambil botol mineral itu.

"Nih kamu minum dulu," ujar Alle menyodorkannya kepada Arland.

"Kamu duluan,"

"Bekas aku nanti jadinya, kamu duluan." suruh Alle.

Arland menoleh. "Gak papa, malahan lebih enak."

"Gak, kamu duluan." suruh Alle menggeleng tidak mau.

"Minum sendiri dari botol atau dari bibir aku?" ancam Arland sok serius. Hanya masalah siapa yang minum duluan saja mereka sampai berdebat tak karuan.

"Dih ancemannya," ujar Alle langsung saja menegak air itu.

Setelah tersisa separu Alle pun langsung menyerahkannya kepada Arland dan tepat sekali lampu merah saat ini.

"Indirect kiss, nih. Ciuman secara gak langsung." goda Arland memutar-mutar botol ditangannya.

Wajah Alle sontak bersemu. "Apaan sih! Tuh bentar lagi lampu ijo." kata Alle menutupi rasa malunya.

Arland tergelak. "Gitu aja masih malu, emangnya semalem ngapain?" goda Arland mencolek dagu Alle.

"Arland! Aku mau tabok?!" Alle sudah melotot sangar serta mengangkat tangannya ke udara.

Cup!

"Pas marah-marah aja cantiknya gak ilang-ilang. Kamu cewek apa bukan sih?"

"ARLAND!!" pekik Alle menjambak rambut laki-laki itu. Arland memang tak membuatnya sesak nafas, namun laki-laki itu membuat jantungnya berhenti detik itu juga.

•••

Kini semua murid kembali terkejut saat melihat kedua pasangan yang beberapa hari lalu jarang terlihat bersama. Namun, sejak pagi tadi mereka bersemua nampak kebingungan saat melihat Alle dan Arland berjalan bersama, bahkan tidak segan-segan keduanya mengumbar kemesraan.

Dan, kini teman sekelas Alle yang kembali dibuat tercengang gara-gara Arland dengan santainya masuk ke kelas mereka dan menghampiri Alle, padahal bel istirahat belum berbunyi.

"Kamu ngapain disini?" Alle rasanya ingin mencekik cowok itu saja saking gemasnya.

"Kantin yuk," ajak Arland menumpukan tangannya dimeja gadis itu, sedikit menunduk guna menjajarkan wajah mereka.

"Bel belum bunyi kali, Land. Gak sabaran banget pengen dua-duan." goda Mika yang berada disamping Alle.

Semua orang pun nampak mengulum senyum, tidak ada yang berani membuka suara takut kena tabok Arland.

"Lima menit lagi istirahat. Ngapain masih dikelas?" ujar Arland melirik jam ditangannya.

"Masih ada guru Arland, kamu mending keluar deh sebelum Bu Rahayu ke sini." usir Alle melotot.

Arland malah bergidik. "Lo semua kalau mau istirahat, istirahat aja. Nanti gue yang izinin."

Sorak-sorak riuh mulai terdengar. Mereka semua saling lirik dan melempar senyum. Sungguh perut mereka sudah minta makan saat ini.

Alle semakin melotot mendengar hal itu dari mulut pacarnya, benar-benar dilakban kali tuh mulut.

"Bener nih? Kalau dimarahin gimana?" tanya Raka bersiap berdiri.

"Bilang aja gue yang nyuruh. Gampang." kata Arland santai. Siapapun tidak akan lupa bahwa laki-laki itu adalah cucu dari pemilik kepala sekolah ini.

"Thanks bro!"

"Kantin guys!"

Semua orang langsung berlari keluar dari kelas dan mengabaikan tulisan-tulisan didepan sana.

"Kamu apaan sih? Nanti kalau mereka semua dapat sanksi gimana?" omel Alle pusing melihat kelakuan sang pacar.

"Gak papa lah, All. Lagian udah mau bel juga, gue mau keluar juga ah, pasti Varel dah nungguin." cerocos Mika juga berdiri.

"Ikut!" Safira langsung berlari menghampiri Mika. Dan kedua gadis itu langsung mengacir pergi.

Sedangkan Arland langsung tersenyum puas. "Kok manyun?"

"Kamu ngeselin!" sembur Alle mendengus. Baru saja ia ingin mencatat kembali, namun Arland dengan menjengkelkannya menarik bukunya ke atas.

"Makan dulu, aku gak mau sampe kamu sakit lagi." ujar Arland menyimpan buku Alle dan merapikannya.

"Tapi aku belum selesai catet." kata Alle benar-benar kesal.

"Mau aku marah?"

Alle lantas berdiri. "Fine! Ayo ke kantin," seru Alle lebih dulu melangkah menuju pintu kelas. Namun, saat selangkah lagi ia hendak berjalan tubuhnya lantas dipeluk dari belakang.

"Arland! Ini sekolah." desis Alle tajam. Namun, tersirat ancaman didalamnya.

Sumpah Alle sangat malu. Gadis itu bahkan sampai menutup matanya saat beberapa yang melihat mereka.

"Kamu tembus, All." bisik Arland pelan.

Deg!

Tubuh Alle seketika mematung. Apa?! Tembus?! Dan lebih sialnya Arland yang melihatnya.

Alle langsung mendorong tubuh Arland kembali masuk ke dalam kelas dan membelakangi cowok itu.

Arland terkekeh melihat reaksi berlebihan gadisnya itu. "Mau aku beliin pembalut?"

Wajah Alle kian memerah. Apalagi ini. Cowok itu bahkan dengan santainya menawarkan diri untuk membelikannya pembalut.

"K-amu keluar aja, aku mau ke toilet." kata Alle menahan malunya.

Arland mengangkat sebelah alisnya. "Disini ada pacar serba guna loh. Yakin gak mau dibeliin?"

"Arland ih! Yaudah sana beliin," ketus Alle malu.

Arland malah tertawa. "Pantesan kamu ngambekan, ada tamu istimewa rupanya." ujar Arland menoel pipi gadisnya.

"Buruan beliin! Entar tambah banyak," kata Alle mendorong tubuh cowok itu dan masih setia menutupi bokongnya yang merah.

"Sayap atau enggak?" sebenarnya ini Arland menggodanya atau apa?!

"Pake sayap! Sayapnya yang panjang, terus kalau ada ya--"

"Gitu amat ngomelnya. Iya sayang, iya." sela Arland mengecup pipi Alle singkat.

Alle sampai menutup matanya erat. Sungguh, ia tidak tahu lagi dimana ia menaruh wajahnya.

Melihat hal itu Arland semakin tertawa. "Nanti aku panggilin Mika. Tungguin ya,"

Setelahnya Arland langsung berlari keluar kelas guna membelikan Alle pembalut.

Sedangkan Alle masih sangat malu. Bagaimana bisa cowok itu akan membelikannya pembalut. Apalagi misalnya dikantin. Astaga!





























TBC!!

Tolong adegan kis-kisnya dikondisikan ya😂soalnya yang baca nanti bisa kejang-kejang, wk.

Udah siap berpetualang kisah manis mereka lagi?!! Mohoh jikalau baper jangan minta tanggung jawab ya😭soalnya auhtornya juga jomblo, kadang nyesek sendiri pas nulisnya😂😂

Vomentnya harus dong😙biar ada jejak kalian disini. Salam hangat❤

Continue Reading

You'll Also Like

962K 47.3K 62
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 221K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
5.4M 368K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
5.7M 243K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...