Fairytales

By paleocene

18.1K 769 1.2K

OS gadungan :'( More

Hi, Peri Cantik!
Pilih Kamu Aja
Pilih Kamu Aja (2)
Gen 4 With Luv💜
Nasib LDR-an
Kang Gombal Cemburu
Bertemu
Bukan Dilan
My Beloved Bad Girl
Happy Birthday
Takkan Kemana
You
7 Days
(You) and I
Menjelang Patah Hati
Waiting For (You)
Patah Hati Sebenarnya
Masih Saling
Sosok Baru
Alasan
Congratulations
Sekali Ini Saja
Heart Shaker
Ribut
Hot Choccolate & Penyihir
One Step Closer
LDR Paling Jauh
Jinan Berulah
Si Jiban
Sweet Chaos
Ungkapan
Hari Bersamanya
Falling for You
Peri Cintaku
Zona Nyaman Jinan
Beautiful
Berdua Bersama
Hug
Happy Jinan Day
Jinan vs Badrun
Aku Ramal..
Yessica, I Love You!
Dewata Island
Only Today
Balikan Yuk!
Downpour
Above The Sky
Jangan Hilangkan Dia
Jinan

Sembuh

283 19 3
By paleocene

Hari ini menjadi hari yang membahagiakan untuk salah satu rakyat negara +62 ini, ya dia Jinan. Pasalnya setelah sepuluh hari dirawat di rumah sakit, dirinya diperbolehkan pulang hari ini oleh sang dokter karena kondisinya sudah benar-benar pulih.

Setelah menyelesaikan administrasi, Jinan dan keluarganya pulang ke rumah. Jinan merindukan kasur dan gulingnya. Serta rindu kamar dengan tembok biru pink unyu miliknya. Intinya Jinan rindu rumahnya!

Sesampainya di rumah, Jinan segera masuk ke kamarnya. Merebahkan dirinya dan memainkan game online di ponselnya.

"Ck, baru aja Lo sembuh. Dah nge-game lagi." decak Najwa, adik Jinan.

"Ya mau ngapain lagi?" tanya Jinan santuy.

"Kuliah Lo? Pasti ketinggalan banyak kan tuh!"

"Kagak, gue udah libur."

"Ah masaaaa? Ngga percaya."

"Yee bodoamat. Ngapain si kesini?"

"Ngasih Lo makan!" ucap Najwa sambil meletakkan makanan di meja belajar Jinan.

"Ngga laper." jawab Jinan acuh.

"Btw, Lo mau tau sesuatu ngga kak?"

"Apaan tuh?"

"Berani bayar apa?"

"Cireng mama muda."

"Ha? Emang ada?"

"Cirengnya kak Melody. Dah buru mau kasih tau kagak? Kalo engga mending keluar sana!"

"Yee ngegas. Waktu Lo di ICU tuh mantan kesayangan Lo nelpon gue." Najwa duduk di sebelah Jinan.

"Mantan yang mane?" Jinan masih sibuk dengan game nya.

"Zahra Yuriva!"

"Heh! Ngaco Lu! Dia dah mau nikah anjer!"

"Haha, ya kakak yang di Bali lah. Siapa lagi?"

"Devi? Yang bener?"

"Iyee."

"Bilang apa?"

"Cepet sembuh katanya."

"Serius ngga nih? Ngimpi kali Lo?"

"Kagak! Nih ya, dia bilang gitu. Tapi kayaknya dia nangis deh. Terus ngga lama ada suara cowok yang suruh dia udahan nelponnya."

"Pacar Devi? Yahhh gue gimana dong, Wa?" Jinan lemas seketika.

"Ih bukan bege, suaranya kek bapak-bapak."

"Oh berarti Papanya."

"Mampus, berarti Papanya kakak peri ngga suka dia sama Lo."

"Hmm mungkin. Eh apa jangan-jangan.."

Jinan tak sempat melanjutkan kalimatnya karena dering ponselnya. Senyum Jinan mengembang saat melihat nama seseorang di sana.

Calon pacar is calling...

"Hai bidadari!" sapa Jinan riang gembira.

"Apasih kak Jinan! Kakak udah pulang kan?" tanya gadis di seberang telepon.

"Hehe. Iya udah. Kenapa?"

"Syukur deh, berarti kakak udah sembuh."

"Kangen."

"Kangen siapa?"

"Kangen Chika."

"Chika lagi sibuk, jangan dikangenin."

"Emang lagi apa?"

"Kepo!"

"Pasti lagi mikirin aku."

"Sok tau kayak pawang hujan."

"Pawang hati kamu."

"Udah jadi pawang berapa hati?"

"Banyak. Tapi lagi fokus ke hatinya Chika sih? Kenapa tanya-tanya?"

Chika tak dapat lagi menahan senyumnya. Entah sejak kapan berbicara dengan Jinan menjadi semenyenangkan ini untuknya.

"Ah bohong." canda Chika.

"Kalo bener?"

"Kalo bohong?"

"Idung aku jadi panjang."

"Emang Pinokio?"

"Bukan. Prince charming, Chika Snow White nya."

"Gamauu, kak Jinan kurcacinya. Haha!"

"Yaudah iya."

"Kakak lagi apa?"

"Mikirin."

"Mikirin siapa?"

"Mau jawab kamu tapi sebenernya aku lagi mikirin utang."

"Haha kasian banget si."

"Jangan ketawa ah! Bikin repot hati orang aja."

"Siapa?"

"Calon pacar kamu."

"Siapa?"

"Aku kasih tau sekali, harap diingat. Nama calon pacar kamu tuh JINAN SAFA SAFIRA. Inget, Chik!"

"Apasiiii kakaaak!"

Chika tersenyum, lagi. Entah itu ucapan serius atau tidak, intinya Chika deg-degan saat ini. Semoga saja tadi malaikat lewat, lalu ucapan Jinan dikabulkan. Amin jangan?

"Chika, lusa aku mulai latihan. Berangkat bareng mau?" tanya Jinan.

"Serius? Udah beneran sembuh?"

"Serius."

"Ngga usah kak, kamu minta anterin aja dulu. Takutnya belum kuat."

"Kuat apa?"

"Bawa mobil."

"Aku ngga pernah tuh bawa mobil."

"Ha? Ngga pernah?"

"Iyalah ngga pernah. Kan berat."

"Astaga, maksudnya tuh mengendarai kak."

"Hahaaa, becanda. Jadi mau ngga?"

"Mau, hehe."

"Yess! Yaudah ntar dijemput."

"Makasih kakak."

"Sama-sama. Udah dulu ya Chika, mau hibernasi dulu."

"Iya kak. Cepet sembuh ya. Dah kakak."

Sambungan telepon terputus. Jinan tersenyum memandang layar ponselnya. Sepertinya ia benar-benar sudah jatuh pada Chika. Entahlah, apapun itu yang penting dirinya bahagia.

***

"Bunda, Jinan berangkat dulu ya." pamit Jinan pada sang Bunda.


"Beneran mau latihan?" tanya Bundanya terlihat khawatir.

"Bener kok, Bun. Jinan udah sehat."

"Yaudah. Hati-hati ya, Nan. Jangan main ujan lagi. Ngerti?"

"Iya ngerti. Jinan berangkat dulu. Doain."

"Doain apa?"

"Apa aja lah yang baik-baik, hehe. Dah Bunda. Assalamualaikum." Jinan mencium punggung tangan sang Bunda.

"Waalaikumsalam."

Jinan mengeluarkan mobilnya dari garasi, lalu melajukannya menuju rumah sang gebetan. Ya, yang maha anggun Yessica.

"Kangen banget gue, tapi gue bisa apa?" gumam Jinan.

"Udahlah, Nan! Dia ngga peduli sama Lo! Dia bahagia di sana sama hidupnya sendiri. Ayo! Lo bisa kok bahagia tanpa dia. Bahkan sebelum ada Devi juga Lo bahagia! Ayo Jinan! Ayooo!" Jinan mengacak rambutnya frustrasi.

Semakin Jinan mencoba melupakan Devi, justru bayangan gadis itu akan selalu menghantui hati dan pikiran Jinan.

Setelah sekitar empat puluh menit perjalanan, Jinan akhirnya sampai di depan rumah dengan gerbang warna biru. Ia memarkir mobilnya, lalu berjalan mendekat ke arah pintu rumah tersebut.

Baru saja ingin mengetuknya, pintu tersebut sudah lebih dahulu terbuka dan menampakkan gadis berparas bidadari di depan Jinan.

"Hai bidadari." sapa Jinan. Chika hanya menatap malas ke arahnya.

"Aku manusia!" jawab Chika.

"Yaudah apa ajalah. Yuk berangkat, eh Papa Mama kamu kemana?"

"Mereka lagi keluar. Aku udah pamit kok, udah bilang juga mau dijemput kakak. Kata Mama sama Papa salam buat kakak." jelas Chika.

"Ehehe waalaikumsalam." Jinan nyengir.

"Yaudah ayo berangkat." ajak Jinan.

Chika mengangguk, keduanya berjalan beriringan menuju mobil.
"Chika, liat tuh tangan kamu ada apanya?!"

"Hah? Apa kak!" Chika kaget.

"Ada debunya, kelamaan ngga ada yang gandeng sih." Jinan menggenggam tangan Chika lalu tersenyum.

"Nyebelin banget jadi orang! Aku pikir ada apa?" kesal Chika.

"Hehe, dahlah jangan manyun terus. Ntar kaya bebek."

"Bodo!"

Chika berjalan mendahului Jinan, ceritanya ia merajuk. Tapi bohongan, karena sebenarnya Chika senang.

"Kakak mah, lagu kamu Korea semua?" tanya Chika.

Kini keduanya tengah berada di perjalanan menuju tempat latihan dengan ditemani lagu-lagu ambyar Day6.

"Hehe, ngga juga. Yaudah deh kamu mau request lagu apa?" Jinan bertanya balik.

"Lagu Rohani."

"Okee."

Jinan mulai mencari lagu yang Chika inginkan. Dan, yap ketemu!
"Dah tuh."

Chika diam. Chika terlalu sering mendengarkan lagu rohani. Jadi dia hafal betul, meskipun baru intro yang dimainkan Chika akan bisa menebak lagu apa itu. Tapi kenapa yang kali ini terasa asing.

"Hemmm... Hemmm... Heemmm..."

Begitulah sekiranya intro lagu yang Chika dengar. Sampai ketika lirik awal dinyanyikan, Chika sadar itu lagu rohani dari server Jinan. Ya, Jinan memutar lagu milik Nisa Sabyan untuk Chika.

Parah bgt emg! Tampol Chik!

"Kakakaaakk!!" Chika memberikan pukulan bertubi-tubi pada bahu Jinan. Tak terlalu kuat memang, mengingat lengan Jinan yang macam kuli panggul itu.

"Aduduh! Kenapa si Chika? Kok marah?"

"Kita beda serveeeerrr!" Chika menggembungkan pipinya.

"Ye, salah sendiri minta lagu rohani. Aku punyanya itu lah."

"Yaudahlah, lupain aja."

"Ciee ngambeekk.."

"Ngga kok."

"Ehm, Chika!"

"Apa kak?"

"Kamu kalo malam Minggu ibadah ya?"

"Iya, kenapa?"

"Gapapa. Kalo malam Sabtu?"

"Engga."

"Ngedate yuk?!"

"Hah?!"

"Ehm, ehehe ya itu Chik. Jalan berdua, aku sama kamu aja. Mau ngga?"

Percayalah, Jinan gugup setengah mati. Padahal hanya ingin mengajak Chika jalan. Dasar lemah.

"Ijin ke Papa Mama ya?"

"Okee! Jadi mau nih?"

Chika lalu mengangguk sambil tersenyum manis, pertanda ia menerima ajakan Jinan untuk ngedate.

"Yess! Tembak ngga ya? Tapi gue takut. Bukan takut ditolak, karena gue yakin 99,99% gue bakal diterima. Yaudahlah ntar aja pikirin lagi."

Jinan tersenyum menatap wajah samping Chika. Sempurna, sungguh. Meskipun hatinya masih agak ragu untuk mengakui bahwa dirinya menyukai gadis berparas bidadari itu. Tapi di sisi lain, Jinan juga tak ingin Chika menjadi milik yang lainnya.









Hallo👋

Otewe jadian guys, tunggu tanggal 26 ye😂

Meski kau kini jauh disana, kita memandang langit yang sama...

Continue Reading

You'll Also Like

818K 32.8K 38
On that fateful Halloween night, Lily and James survived while Voldemort apparently 'marked' Harry Potter as his equal. Aria Potter, twin sister of...
155K 11.2K 61
BOOK #2 They say love heals scars, but Seokmin's scars were lessons-bitter reminders that twisted him into a creature of darkness. His life was a ser...
296K 7.2K 53
what will happen to ayasha (🐶) after their marriage contract with mikael (🦊) ended? Knowing that she's pregnant with the billionaire? This story a...
365K 31.9K 90
Sequel to my MHA fanfiction: •.°NORMAL°.• (So go read that one first)