My Husband Reygan (18+)

By Alifani04

28.1K 427 12

Althaf Reygan Sanjaya√ Seorang Mahasiswa yang mengambil Fakultas Kedokteran, dan juga seorang CEO muda yang b... More

[1] √
[2] √
[3] √
[4] √
[5] √
[6] √
[7] √
[8] √
[9] √
[10] √
[11] √
[13] √

[12] √

1.5K 24 1
By Alifani04

Maaf ya Author jarang update. Author banyak tugas soalnya hehee maaf ya

Mohon maaf kalo. Banyak yg typo.
Semoga suka dengan ceritanya.


Sinar mentari mulai memasuki kamar mereka

Aida menyesuaikan matanya dengan sinar yang masuk ke dalam kamarnya. Ia merasakan ada lengan kekar yang melingkar di Pinggang nya. Ya siapa lagi kalau bukan lengan Rey.

Aida melihat setiap bagian wajah Rey. Wajahnya sangat terlihat tenang saat tidur. Sepertinya ini menjadi candu bagi Aida.

"Sudah liatinnya" Aida merasa malu karena tercyduk melihat wajah Rey secara diam diam.

Mengingat kejadian di mana raga mereka bersatu, Aida sangat merasa malu jika mengingat itu.

"Emm apa sih mas. Lepas aku mau mandi" Ucap Aida sambil menyembunyikan rona merah di pipi nya.

"Mandi berdua yok" Ajak Rey dengan nada menggoda.

"Gak mau mas. Lepas ih Aida mau mandi" Raut muka Aida sudah berubah menjadi marah. Rey pun melepas pelukannya dan membiarkan Aida mandi

"Iya sayang iya, jangan marah ya" Ucap Rey dengan iseng mencolek hidung Aida. Hal itu membuat rona di wajah Aida makin menjadi

Aida pun pergi ke wc untuk menyelesaikan ritual mandinya. Setelah selesai ia turun ke bawah untuk membuat sarapan.

....

"Masak apa Aida"

Aida hampir saja menjatuhkan spatula yang ia pegang karena kedatangan bunda yang mengagetkan dirinya.

"Aida bikin nasi goreng bun" Ucap aida sambil mengaduk aduk nasi goreng yang ia masak

"Ooooooo....mau bunda bantu" Tawar bunda untuk membantu Aida

"Gak usah bun, bunda duduk aja di meja makan" Tidak lama makanan pun jadi dan Aida membawa makanan itu ke meja makan.

Di sana sudah terlihat bunda dan Rey yang sudah duduk manis menunggu makanan datang.

Tanpa banyak bicara Aida pun menyiapkan makanan untuk Rey sekaligus bunda. Padahal bunda ingin mengambil sendiri tapi Aida melarang nya

Mereka menikmati makanan dengan tenang

...

Saat ini Aida berada di taman yang berada di belakang rumah di temani oleh Rey. Rey memang tidak akan membiarkan Aida pergi sendiri karena ia takut kehilangan Aida.

"Mas"

"Hmm"

"Aku jadi ingat di panti waktu Itu" Ucap Aida yang membuat Rey merasa bingung

"Terus kenapa sayang? Kamu mau ke panti lagi. Ayok kita ke sana" Ajak Rey karena melihat wajah Aida yang terlihat sedih

Secara Rey kan orang yang peka -Author

"Boleh mas? " Ucap Aida dengan bahagia. Terlihat sekali raut bahagia di wajah Aida

"Boleh dong sayang. Kamu siap siap gih. aku tunggu di mobil ya"

"Aku bakal ngelakuin apa pun untuk membuat mu bahagia Aida " -batin Rey

....

Selang beberapa waktu mereka sampai di panti tersebut

Sesampai di panti mereka di sambut oleh anak anak panti lainnya dan pastinya dengan kehadiran Ridho teman kecil Aida

"Asalamualaikum" Ucap mereka yang mengagetkan seluruh penghuni panti

"Waalaikumsalam" Jawab seluruh anak panti tersebut "kak Retta" Banyak dari mereka yang lari berhamburan memeluk Retta

"Kami kangen sama kk"

"Kk kemana aja sih kok gak pulang pulang"

"Kak aku kangen"

"Main bareng yok kak"

"Kk itu siapa"

"Kk kemana aja"

Ya itulah sedikit ucapan rindu yang terdengar di telinga Rey.

Tidak lama Aida bermain dengan anak anak panti mereka berpamitan untuk pergi ke Bandung mengunjungi makam kedua orang tua Aida.

Sebelum Rey sudah meminta Ridho untuk menemaninya pergi ke Bandung mengunjungi makan kedua orang tua Aida. Ridho pun mengangguk menyetujuinya.

Sekarang mereka berada di dalam mobil menuju Bandung. Ya mereka hanya bertiga. Ridho tidak mengajak anak panti yang lain karena ia berfikir akan membuat repot Aida dan Rey.

Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian di mobil. Walaupun Rey sudah menyalakan murottal agar tidak terdengar sunyi tapi tetep saja suasana sunyi.

"Di depan kita belok kanan mas" Ucap Ridho yang memang dari tadi menunjukkan arah jalan kepada Rey. Rey menganggu paham

"Di sini? " Tanya Aida yang melihat pemakaman umum yang sangat tersusun rapi dan tertawat.

"Iya Retta, kita sudah sampai. Ayo turun" Ucap Ridho

Mereka bertiga pun turun. Belum jauh melangkah mereka bertemu dengan salah satu penunggu makan tersebut.

"Permisi mas. Pendatang ya?"

"Iya kita dari Jakarta" Jawab Rey sambil menjabat tangan penunggu makam tersebut

"Kenalkan nama saya Joko. Mau cari makan siapa mas? " Tanya penunggu makan tersebut

"Saya Rey, Ini istri saya aida. Dan ini teman saya" Ucap Rey sambil memperkenalkan diri.

Pak Joko melihat Aida dan Ridho dengan tatapan yang tak dapat di artikan

"Maaf kamu Retta ya, dan kamu Ridho" Ucap Pak Joko sambil menujukan ke arah nama yang di sebutkan

Aida dan Ridho mengangguk membalas ucapan pak Joko. Ridho memang masih sedikit mengingat wajah pak Joko. Bagaimana dia tidak lupa, ia sudah beberapa tahun tidak pernah bertemu dengan pak Joko. Beda halnya dengan Aida, ia sama sekali tidak mengingat siapa pak Joko ini.

Oke back to topik

"Kami mau cari makam kedua orang tua Retta" Ucap Ridho langsung to the point.

"Ohh Almarhum pak Slamet dan Almarhumah bu Indah" Ucap pak Joko yang di balas anggukan oleh mereka bertiga

"Silahkan ikuti saya" Ucap pak Joko sambil melangkahkan kakinya menuju sebuah batu nisan.

Rey melihat wajah Aida yang tidak dapat di artikan antara sedih, takut, dan senang. Entahlah hanya Aida yang merasakannya

Rey yang melihat wajah Aida langsung menggengam tangan Aida

"Kamu kenapa sayang" Tanya Rey dengan lembut

"Aku gak tau mas, rasanya campur aduk" Balas Aida dengan wajah polosnya

"Tenang ya sayang, ada aku di sini. Aku bakal nemanin kamu." Ucap Rey yang berhasil membuat Aida terlihat sedikit tenang dari pada sebelumnya.

Akhirnya mereka behenti di salah satu makam. Mata mereka lansung melihat batu nisan makam tersebut.

Slamet Suharto
Bin
Achmad Zul

Dan juga makam di sebelahnya yang bertuliskan

Indah Anandita
Binti
Bandi Suhardi

Ya kedua makan tersebut adalah makam ibunda dan ayahanda Aida

Sesaat melihat kedua batu nisan tersebut Aida langsung menghempas kasar tangan Rey yang tadi mengandengnya, ia langsung berlari memeluk kedua batu nisan tersebut.

Rey sempat kaget melihat kejadian itu. Tapi ia paham dengan keadaan Aida saat ini.

Setelah lama mereka berada di pemakaman itu. Rey memutuskan untuk mengajak mereka makan, berhubung waktu makan siang sudah masuk dan pastinya perut Rey yang tak henti meronta ronta minta di isi

"Sayang, udah ya jangan nangis terus. Nanti mereka sedih di sana lihat keadaan kamu seperti ini" Ucapan Rey rupanya membuat Aida terlihat tenang.

"Kita sholat dulu ya, habis itu kita makan. Kamu belum makan kan? " Ucap Rey yang lagi lagi hanya di balas anggukan oleh Aida

Setelah melangkahkan kaki Aida tersadar satu hal. RIDHO??

Kemana dia?

Sejak tadi Aida tidak melihat Ridho teman kecilnya itu. Meskipun Aida masih tidak mengingat bahwa Ridho teman kecilnya

"Mas, Ridho mana kok dia gak ada?"
Tanya Aida karena tidak melihat Ridho sejak tadi

"Owh tadi dia pamit katanya mau ke makam orang tuanya. Nanti di juga datang. Mas sudah minta nomer HP dia biar mudah untuk menghubungi dia" Jelas Rey dan di balas anggukan oleh Aida

Sejak dari pemakaman Aida jadi irit bicara. Rey sempat takut akan keadaan Aida yang tidak seperti biasanya.

....

Mereka berada di di sebuah rumah makan yang letaknya tidak jauh dari pemakaman tersebut

"Kamu mau pesan apa sayang?"

"Aku gak laper mas"

"Kamu harus makan. Dari tadi kamu belum makan. Nurut ya sayang."

Aida hanya mengangguk pasrah. Ia juga lapar tapi tidak mempunyai nafsu makan.

Setelah memesan Rey menghubungi Ridho untuk segera menuju rumah makan ini untuk makan bersama.
Rey juga sudah memesankan beberapa makanan untuk Ridho.

Tidak lama Ridho datang dan makanan pun datang.

Mereka makan dalam keadaan tenang. Ridho pun membuka mulut untuk memecahkan keheningan

"Saya mau bawa kalian ke sebuah tempat setelah makan ini." Ucap Ridho yang membuat Rey dan Aida terlihat bingung

"Mau kemana do? " Tanya Rey

"Nanti kalian juga tau"

Setelah pembicaraan itu tidak ada percakapan lagi di antara mereka

....

Sesuai yang Ridho ucapkan.

Sekarang merka berada di salah satu rumah yang terlihat bukan seperti rumah. Tidak ada bentuk rumah di mata Rey.

"Ini rumah siapa? " Tanya Aida karena sejak tadi Ridho tidak memberitahu nya

"Ini rumah kamu Retta"

Degg

Perkataan Ridho mampu membuat Rey dan Aida teridam beberapa saat

"Rumah Aida? Jadi sebelum tinggal di panti Aida tinggal di sini" Batin Rey

Rumah jabuk yang sangat terlihat sempit kecil dan kumuh.

"Rumah aku? " Tanya Aida untuk memastikan

"Iya dulu kamu tinggal di sini bersama orangtua kamu sebelum mereka di panggil oleh Allah. "

Aida diam mematung, ia tak tau harus berkata apa. Tanpa ia sadari air matanya mengetes begitu saja. Ia tak menyangka bahwa seperti ini kehidupannya di masa lalu

Rey berusaha menenangkan Aida yang dari tadi hanya diam tak berbicara

"Sayang sudah ya jangan sedih. Aku bisa renovasi rumah ini kalau kamu mau. Tapi ak mohon jangan sedih ya aku ga bisa liat kamu gini terus. Biarlah masa lalu kamu seperti ini, dan masa depan kamu bersamaku. Aku janji akan buat kamu bahagia. Aku mohon kamu jangan sedih ya sayang."

Aida mengeluarkan semua air matanya yang sendiri tadi ia tahan. Reflek Aida langsung memeluk Rey. Karena saat ini memang sebuah batu untuk bersandar.

Rey membalas pelukan Aida dan sesekali mengecup kening Aida dengan penuh kasih.

Dan Ridho?

Ia hanya melihat kejadian itu tanpa berkata apa apa.






End











Hahaah belum kok...
Cerita masih digantungin ya🤣

Ya chapter berikutnya

Author mau cepatin ceritanya...

Dan Author mau buat cerita baru🙃

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

26.5K 206 7
β€’|Mengandung banyak konten dewasa β€’|Warming 18+ Reza Alvaro Denandra Putra dari CEO Denandra_Corporation Ia juga sebagai ketua OSIS di LeonaHights...
5.9K 317 13
langsung aja baca okeyyyy
9.9K 196 10
Alya diculik dan dipaksa menikahi CEO kejam bernama Rangga Armadja yang merupakan musuh terbesar kakaknya, Arya. Rangga menikahi dan menyiksa Alya a...
3.3K 91 15
πšœπšŽπš˜πš›πšŠπš—πš πšœπš’πšœπš πš’ πš‚π™Όπ™° πš’πšŠπš—πš πšπš’ πš“πš˜πšπš˜πš‘πš”πšŠπš— πš˜πš•πšŽπš‘ πšœπšŽπš˜πš›πšŠπš—πš 𝙲𝙴𝙾 πšπšŽπš›πš”πšŠπš’πšŠ πšπš’ πš”πš˜πšπšŠ πš‹πšŠπšπšŠπš’πš–πšŠπš—πšŠ πš”πš’πšœ...