My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

By Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... More

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻07
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻16
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻39
🌻MBBIS🌻40
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻55
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻58
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻62
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻52

48.2K 2.9K 186
By Niyahcomel

Happy reading🌹



Bolehkah ia mengeluh? Menangis seraya menjerit pedih akan yang ia alami saat ini?

Rasanya tak bisa dijelaskan lewat kata-kata. Pedihnya sama sekali tidak bisa digambarkan oleh pancaran mata, dan kecewanya sangat sulit untuk dibaca.

Semuanya sudah terjadi. Berlalu dan meninggalkan luka yang begitu mendalam. Jika, bisa ia pun tidak ingin semuanya terjadi.

Dipojok kamar yang gelap itu, terlihat salah satu cowok yang tertidur dengan keadaan menyamping tak beraturan. Badannya dikasur sedangkan kedua kakinya menjuntai ke bawah.

Matanya menusuk dalam ke atas. Tangannya terkepal erat seiring matanya yang kembali memanas. Pikirannya melayang pada beberapa hari lalu saat ia tidak sengaja melihat gadisnya bersama mantan sahabatnya sendiri.

Ia pikir gadisnya akan jujur. Ia pikir gadisnya akan bercerita dan ia pikir gadisnya akan menjelaskannya.

Dan semua itu hanyalah pemikirannya.

Terlebih mengingat ciuman itu, laki-laki itu tidak akan bisa mengontrol emosinya.

"Akh! Keparat!"

Prang!

Lagi. Lampu tidur yang ada disampingnya menjadi sasaran amukan cowok itu sehingga pecah mengenaskan dibawah sana. Laki-laki itu mengacak rambutnya dan memilih keluar kamar untuk sekedar minum.

Arland, laki-laki itu membuka pintu agak sempoyongan. Mengingat banyak sekali alkohol yang masuk ke tubuhnya malam itu.

Langkah Arland lantas terhenti saat beberapa meter dari sofa. Matanya terus menatap satu objek yang tengah tertidur lelap disofa panjang miliknya.

Berusaha mengabaikan, nyatanya laki-laki itu kalah dengan egonya sendiri. Arland malah menghampiri Alle dan berjongkok didepan gadis yang nampak terlelap dengan memeluk tubuhnya.

Hidung gadis itu masih terlihat memerah dengan bercak air mata yang menghiasi wajah cantiknya. Arland yakin gadis itu baru saja tertidur, karna melihat air mata yang masih mengenang disudut matanya.

Namun, ia sudah terlanjur kecewa bahkan sangat. Waktu ia mengatakan break, sebenarnya itu bukannya tanda putus, melainkan Arland ingin mereka menenangkan diri terlebih dahulu sekaligus mengintropeksi diri masing-masing.

"Maaf udah buat kamu nangis, tapi jujur aku masih kecewa sama kamu." bisik Arland mengecup kening Alle lama.

Kemudian laki-laki itu berdiri kemudian mengangkat tubuh sintal gadis itu supaya tidur lebih nyenyak.

Setelah membaringkan dan menyelimuti Alle, Arland langsung keluar setelah menuliskan sesuatu dilembar kertas kecil miliknya.

Mungkin untuk beberapa hari ini, ia akan pergi untuk menenangkan pikirannya.

•••

Mentari lebih dulu menyelusup kecil dicelah-celah gorden silver itu sebelum kicauan burung sempat membangunkan gadis manis yang masih terlelap itu.

Matanya mulai mengerjap, merasakan perih dimata akibat menangis hampir semalaman.

"Arland!" seru Alle langsung bangkit dari kasur. Diliriknya seluruh penjuru ruangan, laki-laki itu tidak ada disini.

Alle pun langsung bangkit dan berjalan tertatih-tatih akibat kakinya yang masih sakit dan nyeri.

"Arland kamu dimana?! Arland! Aku tau kamu gak mungkin ninggalin aku!" teriak Alle menggema diseluruh ruangan.

"Arland!" teriak Alle menuju dapur, namun nihil Arland tidak ada disana.

Lantai 2 bahkan 3 juga tidak ada. Taman belakang, kolam renang bahkan kosong. Kemana laki-laki itu pikir Alle cemas.

Alle pun kembali berlari kecil menuju kamar yang sejak malam tadi ia tiduri.

"Kamu pasti ada dibalkon, kan? ARLAND!!" teriak Alle mengitari seluruh kamar, namun sayangnya laki-laki itu sama sekali tidak ada.

Air mata Alle kembali luruh. Baru saja ingin mendudukan diri diatas kasur, mata sembabnya menangkap sesuatu yang seketika membuatnya berbinar.

Aku pergi, gak usah cari aku.

Arland.

"Hiks! Gak, jangan tinggalin aku Arland." isak Alle meremas kuat kertas putih itu.

"Kita udah janji bakal habisin waktu bareng! Arland kamu dimana?!" seperti orang linglung, gadis itu terus berputar-putar mengitari rumah berlantai tiga ini tanpa henti.

Sampai gadis itu merasa lelah. Hingga akhirnya terduduk lemas dibawah anak tangga.

"ARLAND!!"

•••


Sepi begitu menghiasi, air mata yang akan menjadi saksi kala sakit kembali menghampiri, dan diam adalah pilihan yang terbaiknya.

Tut.

Tut.

Tut.

Alle berusaha menahan air matanya untuk tidak kembali keluar. Tak terhitung ini panggilan ke berapa, yang pasti gadis itu tidak akan lelah untuk menghubungi kekasihnya.

Sudah terbilang dua hari Arland menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tiada jejak yang sama sekali tidak bisa ditebak oleh semuanya, bahkan ponsel cowok itu tidak aktif sampai sekarang, namun Alle tetap menghubunginya.

"Gimana, All?" tanya Mika seraya mengusap lengan Alle lembut.

"Gak aktif," jawab Alle singkat, namun terus saja menghubungi nomor itu. Seakan-akan sambungan itu akan terhubung sekarang juga.

"Coba Rel hubungin bang Toby? Kali aja tuh anak mangkal disana?" seru Panji menyikut Varel.

"Sebelum lo suruh udah gure lakuin lebih dulu. Dan, sayangnya Arland emang gak ada disana." sembur Varel.

"Dimarkas juga kagak ada," timbrung Edo yang juga ikut berkumpul disini. Walau sebenarnya teman-temannya Arland tidak tau pasti masalah apa yang terjadi, namun mereka turut ikut andil dalam pencarian Arland.

"Ponselnya mati, kalau gak kan kita bisa lacak." sahut Galang dan diangguki yang lain.

Alle sedari tadi terus menatap ponselnya. Berharap ponsel itu akan berdenting atau berdering, dan berharap Arland'lah yang menghubunginya.

"Sabar All, gak usah terlalu dipikirin. Akhir-akhir ini lo kurang tidur, muka lo pucet banget." kata Safira menatap temannya sedih.

Alle menampilkan senyum tipisnya. "Gue gak papa, Pi."

Kamu dimana Land? Aku gak masalah kamu ngilang, aku yakin kamu pasti mau nenangin diri, tapi yang pasti kamu harus baik-baik aja. Batin Alle berharap demikian. Tak bisa dipungkiri bawah gadis itu terlampau khawatir, bahkan dirinya sendiri sampai tak diperhatikan.

Seperti sering begadang dan ujung-ujungnya menangis sepanjang malam, dan makan tidak teratur. Wajah pucat dan kantung mata yang terlihat jelas.

"Gue ke kelas ya," pamit Alle seraya berdiri.

Mika sontak saja mencekal lengan Alle. "All please, kalau lo sedih disini ada kita. Jangan diem sendiri seolah-olah lo gak ada temen." ujar Mika sungguh-sungguh.

Mika paham Alle bukan tipekel gadis yang menye-menye dan menangis mengadu kepada sahabatnya, bahkan Alle terbilang gadis yang masalahnya tidak ingin diketahui siapapun. Namun, apa gunanya sahabat kalau seperti itu.

"Apaan sih, Mik. Gue cuma rada pusing, makanya mau ke kelas." kata Alle melepaskan cekalan Mika pelan.

"Tuh kan, gak makan sih. Makan dulu, All." seru Safira berdecak.

"Gue kenyang," tolak Alle tersenyum. "Semuanya duluan," lanjut Alle pada semuanya kemudian memilih meninggalkan kantin.

"Mereka sebenarnya kenapa sih? Kasian gue liatnya." ujar Revan menatap Alle bingung.

"Ntar juga tau," jawab Panji rada puyeng.

"Alle ih kebiasaan, dia gak mikir apa kalau dia tuh magh." omel Mika mendengus.

"Gak papa, yang penting udah ada yang masuk walaupun dikit." sahut Varel mengusap lengan gadisnya lembut.

Sedangkan Alle ternyata tidak masuk ke kelas, melainkan berbelok menuju taman belakang yang mungkin sekarang sepi karna semua orang tengah berada dikantin.

"All!"

Langkah Alle lantas tertahan kala mendengar seruan dari Keyra.

"All lo kok ke--Eh, lo nangis?" Keyra langsung menghadap Alle dan memegang pundak Alle.

"Hah? Enggak, enggak kok. Cuma kelilipan doang," kekeh Alle mengusap air matanya yang sedari tadi mungkin menetes.

Keyra diam sebentar. "Lo anggep gue apa sih? Saat gue sedih gue cerita sama lo, sedangkan lo masih nyimpen sendiri. Apa selama ini lo gak anggep gue temen lo?" sederet kalimat itu langsung membuat Alle membulatkan matanya.

"Lo ngomong apaan sih. Lo tu temen gue, temen kita semua." bantah Alle pelan, karna untuk berbicara saja gadis itu lemah.

Keyra pun menggeleng pelan kemudian menarik Alle berbalik guna menuju uks.

"Nanti gue izinin lo, sakit." ujar Keyra membuka pintu uks.

"Key, gak usah. Gue mau belajar."

Keyra berdecak. "Lo tuh udah kaya mayat hidup tau gak? Muka pucet banget, terus jalan aja sempoyongan." oceh Keyra membaringkan Alle diranjang uks, dan gadis itu duduk dibibir ranjang.

"Thanks," gumam Alle memaksakan senyumnya.

"Masih gak mau cerita nih?" tanya Keyra menatap Alle penuh rasa penasaran.

Alle masih terdiam. Bukannya ia tidak mau berbagi, hanya saja ingin ada sangkut pautnya dengan Alex. Apa yakin Keyra tidak sakit hati saat mendengarnya.

"Tunggu-tunggu, sumpah gue baru nyadar. Dari semalem gue gak liat Arland sama lo? Dan lo juga sendirian. Kalian berantem?" tanya Keyra baru sadar. Pasalnya Keyra kemarinnya tidak masuk sekolah karna tidak enak badan, dan saat ia masuk dihari kedua ia melihat ada yang aneh dari Alle.

Tidak biasanya gadis itu diam melamun, dan juga saa istirahat Arland pun langsung menjemput Alle, tapi kemarin tidak.

Alle mengangguk singkat. Sekiranya walaupun ia tidak menceritakan masalahnya Keyra sudah paham.

"Masih gak mau cerita?"

Alle pun memaksakan diri untuk bangun dan bersandar dikepala ranjang.

"Eh, baringan aja All." ujar Keyra.

"Gue takut pas gue cerita lo bakalan marah," kata Alle seketika membuat Keyra menoleh.

Keyra menyerit bingung. "Cerita aja kali, kenapa? Si Arland bikin ulah ya? Apa dia nyakitin lo?" cecar Keyra. Bagaimana pun ia sahabat kecil cowok itu, dan sudah hafal kelakuan bandelnya.

Alle menggeleng. "Justru gue yang nyakitin dia, Key. Gue bohongin dia, gue udah buat dia kecewa. Dan sekarang dia pergi ninggalin gue" ujar Alle menahan isakannya.

Keyra nampak terkejut, kemudian gadis itu mendekat dan mengusap bahu Alle. "Udah, tenang. Gue yakin Arland gak mungkin bisa lama-lama tanpa lo. Arland tuh udah cinta banget sama lo." kata Keyra meyakinkan.

"Dia bilang break Key. Gue bener-bener takut," akhirnya buliran itu kembali turun, padahal Alle tipikel yang sangat tidak ingin jika ada yang melihat dirinya menangis seperti ini.

"Gue udah tau banget sifat Arland gimana. Dia cuma emosi, dan kalau Arland bilang break itu bukan tanda putus, dia cuma pengen nenangin diri, All. Percaya sama gue." ujar Keyra sungguh-sungguh.

"Tapi gue takut Key, gimana kalau tiba-tiba beneran mutusin gue." ujar Alle khawatir.

"Gue jamin gak bakalan, emang masalahnya apa sih sampe-sampe lo kepikiran kaya gitu?" tanya Keyra terus mengusap punggung Alle.

Alle terdiam sebentar. "Kalau gue cerita, takutnya lo marah nanti."

"Gak bakalan All," jawab Keyra langsung.

Alle menarik nafas pelan. Ia pun mulai menceritakan awal dari semuanya, pada saat ia ingin membantu gadis itu supaya Alex bisa kembali seperti dulu. Dan, sampai pada Alex yang sering meminta bantuan kepadanya, karna  sebagai teman Alle pun rela menolongnya sampai membohongi Arland.

Dan, sampailah pada malam itu. Saat Arland yang tiba-tiba datang dan menyangka mereka berdua tengah berciuman.

"Key sumpah! Gue sama Alex gak ciuman, Arland cuma salah paham." seru Alle setelah menyelesaikan ceritanya. Ia tidak ingin Keyra salah paham dan menanggap dirinya menyukai Alex.

Keyra pun menatap Alle dalam kemudian memeluk gadis itu. "Harusnya lo gak usah bantuin gue, All. Demi gue, lo bahkan rela bohongin Arland. Kalau pun Alex udah bener-bener lupain gue, gue ikhlas." ujar Keyra melepaskan pelukannya.

Alle menggeleng. "Gue yakin Alex masih nyimpen rasa buat lo," kini giliran Alle yang meyakinkan Keyra.

Keyra tersenyum tipis. "Tapi kenyataannya beda, All. Alex cinta sama lo."

Inilah yang Alle takutkan, Keyra akan minder dan pesimis hal ini. "Gue bener-bener minta maaf," ujar Alle. Entahlah, ia hanya merasa bersalah saat ini.

Keyra tertawa sumbang. "Buat apa minta maaf, All. Lo gak salah. Dan buat masalah lo benaran atau enggaknya ciuman sama Alex, gue gak masalah."

"Key serius! Gue gak ciuman sama Alex. Lo mau gue bersumpah." seketika Alle melupakan kesedihannya menjadi tegang akibat Keyra yang mengira bahwa mereka benar-benar ciuman.

Keyra terkekeh. "Gue percaya, All. Thanks udah bantuin Alex, karna gue tau dia gak punya siapa-siapa sekarang." ujar Keyra tersenyum miris.

Alle pun mengangguk. Memang benar, kehidupan Alex tidak semenyangkan yang ia kira. Namun, dibaliknya Alle masih menyesal karna telah membohongi Arland.

•••

Malam harinya begitu kembali sepi. Tidak ada candaan seperti biasanya, tidak ada sapaan manis yang membuat dirinya bersemu, dan semua itu benar-benar hilang.

Alle duduk dibalkon kamarnya seraya memeluk dirinya erat. Sesekali ia melirik ponselnya yang ada disampingnya, berharap ada balasan dari Arland.

Tok.. Tok.

Alle lantas menolehkan kepalanya ke belakang. Tanpa ia tebak sudah pasti itu sang ibu.

"Masuk bun." seru Alle menormalkan ekspresinya supaya sang ibu tidak curiga.

Dan benar saja, Alisha pun masuk dengan celemek yang melekat ditubuh wanita paruh baya itu.

"All temen kamu sayang," kata Alisha seraya menuju balkon. Namun, saat ia sampai balkon udara malam yang dingin langsung menyerbu.

"Ayo masuk! Bunda gak mau kamu sakit kaya kemarin gegara masuk angin," ujar Alisha langsung menarik anaknya.

"Temen siapa, bun?" tanya Alle sama sekali tidak menghiraukan ocehan sang ibu.

"Masuk dulu," keukeh Alisha berdecak.

Alle menggeleng. "Kalau gak penting suruh pulang aja, bun." kata Alle tidak bersemangat.

Alisha nampak gusar. "Temuin dulu sayang. Kalau gak salah namanya tadi, Alex dan katanya dia temen kamu." ujar Alisha.

Alle sontak mendongak. Alex? Memang sejak kejadian malam itu Alle sama sekali belum bertemu Alex, bahkan chat beserta telpon dari cowok itu saja Alle abaikan.

"Alle turun sekarang," ujar Alle kemudian bangkit dan merapikan sedikit rambutnya.

Alle lebih dulu keluar dan disusul Alisha dari belakang. Alisha lebih dulu berbelok menuju dapur sedangkan Alle menuju Alex yang ternyata berada diteras.

Alex nampak terkejut saat Alle tiba-tiba datang dan duduk disampingnya.

"All lo marah ya sama gue?" tanya Alex to the point seraya menatap Alle.

Alle menggeleng pelan. Ia memang tidak marah dengan siapapun. Dia hanya marah dengan dirinya sendiri, bukan orang lain.

Alex tersenyum tipis. "Maaf All. Sumpah gue gak nyangka bakalan jadi kaya gini." kata Alex hendak menggenggam tangan Alle, namun ditepis pelan oleh gadis itu.

"Semuanya udah terjadi, Lex. Gak ada yang perlu disesalin lagi," jawab Alle datar.

Alex lantas berdiri dan berlutut dihadapan Alle yang sedari tadi terus menahan tangisnya. "Lex lo ngapain sih?" ujar Alle risih.

Alex memegang kedua tangan Alle dan mengarahkannya ke arah pipinya, kemudian..

Plak!

Plak!

"Lex!" seru Alle melotot dan hendak menarik tangannya. Bagaimana bisa cowok itu menampar wajahnya sendiri menggunakan kedua tangannya.

"Tampar gue All, pukul gue. Tapi jangan diemin gue kaya gini, sumpah gue gak bisa." ujar Alex menunduk.

"Lex bangun, gue gak marah sama lo." ujar Alle agak risih.

"Janji gak bakal diemin gue?" pinta Alex terus menggenggam kedua tangan Alle.

Karna ingin semuanya cepat selesai Alle pun mengangguk cepat. "Berdiri buruan, gak enak dilihat orang." kata Alle melepaskan genggaman  tangan itu.

Alex pun langsung berdiri dan tersenyum lebar. "Makasih, All." seru Alex refleks memeluk Alle.

"Lex!"

"Sorry gue kesenengan," cengir Alex melepaskan pelukannya.

Alle tersenyum tipis sedangkan Alex kembali duduk. Dikursinya laki-laki itu mengeluarkan smirknya.

Cepat atau lambat, semuanya pasti bakalan berubah.

••

"Arland makan dulu!" seruan dari sang Oma sama sekali tidak diindahkan oleh cowok bermata tajam itu.

"Arland gak laper, Oma." tolak Arland halus pada Oma Hilda yang sejak tadi terus memaksanya untuk makan.

Ya, selama dua hari ini Arland memilih ke rumah sang Oma untuk menenangkan diri. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh sang Oma, namun Arland hanya menjawab ia hanya kangen dengan sang Oma.

Oma Hilda berdecak dari arah meja makan. Kemudian memilih menghampiri sang cucu yang sedari tadi duduk melamun didepan teras.

"Kalau kamu mati Oma tidak akan punya cucu tampan lagi! Ayo makan!" seru Oma Hilda gemas menarik kuping Arland.

"Astaga Oma! Sakit." rengek Arland meringis kencang, padahal tarikan dari sang Oma tidak begitu sakit.

"Oma gitu banget sama Arland, pake doain Arland mati lagi." ujar Arland menarik pelan sang Oma supaya duduk disampingnya.

Oma Hilda mencebik. "Lagian kamu gak mau makan sejak kemarin! Oma tau, pasti kamu lagi ada masalah kan?" cecar Oma Hilda.

"Gak ada Oma,"

"Mau Oma pecat jadi cucu Oma?" ancam Oma Hilda serius.

Arland mendesah pelan. "Arland cuma lagi marahan sama cewek Arland, Oma." kata Arland jujur seraya memeluk sang Oma.

Oma Hilda sontak kaget. "Kamu punya pacar? Kenapa baru kenalin ke Oma?" ujar Oma Hilda heboh sendiri.

Arland hanya mengangguk singkat.

Sekarang Oma Hilda paham, kenapa sang cucu menjadi uring-uringan begini.

"Kalian kan sudah dewasa. Lari dari masalah bukanlah solusi yang tepat, Oma juga dulu pernah muda. Pernah ngerasain kaya kamu." ujar Oma Hilda mengusap rambut Arland.

"Arland cuma mau nenangin diri sebentar Oma. Besok Arland janji bakal balik,"

Oma Hilda mengangguk. "Jangan terlalu lama meninggalkan cewek mu. Karna jika ada cowok lain yang lebih bisa mengerti perasaannya, tidak dipungkiri bahwa gadis mu akan pindah ke lain hati." nasehat Oma Hilda.

Arland seketika mematung. Benarkah? Apakah ia sedikit keterlaluan karna sudah meninggalkan Allenya?

























TBC!!

Sedih gak liat mereka kaya gitu? Siapa yang kangen sama kemesraan mereka😢

Voment kuylah, mood author juga mendadak lesu nih pas nulis bagian ini.

Salam hangat❤

Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 120K 30
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
5.4M 367K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
850K 73.4K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
636K 65.9K 40
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...