NEW WORLD ON THE EARTH

By shivaazwar26

4.5K 1.7K 6.2K

"Kupikir kamu gak normal" Ejek Azra pada Aron "Apa maksud kamu?" "Ternyata kamu bisa menyukaiku juga," Kini... More

Keinginan
Tak Terlihat
Hutan Aneh
Awal Petualangan
Benih?
Pengetesan Bela Diri
Kehilangan
Hari pertama
Mencari Markas Utama
Berkenalan ..

Bawah tanah

412 172 566
By shivaazwar26

Minggu, 17 April 2145

Pukul 09.15 pagi ini, Aron sedang menonton tv tentang sejarah Indonesia, tempatnya di ruang tengah bersama Inem. Ya, hantu yang merasuki tubuh Surya dan mencekik dirinya saat di kelas itu kini berteman baik dengan Aron setelah beberapa hari lamanya. Persetujuan antar ke-tiga sejoli yakni Aron, Bagas, dan Surya telah disetujui. Inem tinggal dirumah Aron dan berperan sebagai asisten tak kasat mata milik Aron. Karena ada Inem, Aron sudah mulai terbiasa dengan hantu-hantu yang bentuknya aneh-aneh juga mengerikan.

Beberapa menit kemudian Yeni duduk disebelahnya membawa kue coklat kesukaan anaknya. Wanita paruh baya itu sedikit terheran melihat anaknya yang kini sedang menonton tv sambil mengotak atik barang cerdas miliknya yang berbentuk kotak dengan layar transparan. Handpone Hologram.

"Aa, tumbenan ada di depan tv, ngapain?" tanya Yeni.

Yeni bertanya seperti itu karena biasanya anak sulungnya berada di ruang kerja Budi a.k.a ayahnya.

"Gak mah .. Cuma lagi pengen aja," jawabnya dibarengi dengan tangannya yang mengambil kue coklat diatas meja lalu memakannya. 

"Sebenernya kamu yang nonton tv atau tv yang nontonin kamu, sih?"

"Hehehe maap," Aron menjawab dengan senyum indah pepsodentnya. "Seira mana? Kok ga kedengeran suara berisiknya daritadi?" sambungnya.

"Main ke rumah tetangga."

"Emang disini ada anak kecil lain selain Seira?"

"Setau mama sih gak ada. Tapi ada keluarga yang baru pindah minggu lalu di depan rumah kita. Yaudah mama kedapur dulu, 'ntar gosong ayamnya." 

Yeni berlari kecil ke arah dapur berharap agar ayam-ayam yang digorengnya tidak gosong. Sedangkan Aron melanjutkan aktifitasnya bermain ONET. Tapi Aron sedikit tidak habis pikir dengan ibunya, bagaimana bisa mudah percaya dengan orang baru dikenal? Saat hendak menekan tombol resume di hpnya, terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras berasal dari luar berpadu dengan suara nyaring khas perempuan.

"Punteun!!! Tante!! Seira mo pulang katanya. Tante?? TANN!!" ucap Azra. Seira tertawa geli melihat tingkah kakak barunya satu ini. Sikap Azra tidak jauh berbeda dengannya. (punteun = pemisi)

"Teh, kalo tellalu kenceng ngedol pintunya aa bakal malah." (Kak, kalo terlalu kencang ngedor pintunya abang bakal marah)

"Gapapa, kenalan bentar. Soalnya teteh gapernah liat aa nya Seira." (teteh = panggilan kakak perempuan, aa = abang/kakak laki-laki)

Sedangkan diruang tengah Aron nampak tak peduli setelah tau itu suara perempuan. Yeni sangat mengenal sikap anaknya jika dengan perempuan lain selain Seira dan dirinya. Itu karena Yeni selalu kena teguran dari sekolah akibat sikap Aron yang tidak pernah mau menjawab pertanyaan dari guru-guru perempuan. Jadi kini, Yeni memanfaatkan situasi agar Aron mendapat teman perempuan atau bahkan seorang kekasih.

"Aa, bukain pintunya! Itu Seira udah pulang tuh sama tetangga baru kita. Suruh masuk!" teriak Yeni dari dapur.

Jika bukan karena ibunya yang memberi perintah, dan Inem yang memaksa Aron agar membuka pintunya. Aron tidak akan mau membukakan pintu yang tamunya adalah perempuan. Karena pintu-pintu dizaman Aron sudah dimodifikasi, Aron cukup mengucapakan "buka" maka pintu itu terbuka secara perlahan dan menyemprotkan cairan pensterilisasi agar terbukti orang ini bukan penjahat. Namun, saat pintu terbuka mata Aron seketika membelalak terkejut melihat siapa gadis yang ada didepannya ini. Dan 3 hantu di belakang Seira.

'ebuset!! gila-gila!! ini aanya Seira? my lop-lop Aron? gasalah kan?' batin Azra histeris berteriak.

"Aa, ini kenalin Teh Azla. Temen balu Seila." (abang, ini kenalin kak Azra. Temen baru Seira)

"Masuk," ucap Aron dengan nada dingin sedingin mantan. Eh sedingin es.

'wadidaww!! disuru masuk euy!'

Azra benar-benar tidak tahu bahwa kepindahan rumahnya menjadi keuntungan baginya. Dengan begini, Azra mudah mendekati Aron. Tapi tidak dengan Aron, dengan tetangganya yang baru ini bisa-bisa ia tidak tenang seumur hidup.

Azra memang sudah seminggu pindah ke daerah ini. Dan selama seminggu itu pun Azra sudah akrab dengan orang-orang di komplek ini. Termasuk Tante Yeni. Setiap Azra mengantarkan makanan ke rumah Yeni, Azra tidak pernah melihat adanya Aron dirumah. Azra juga baru menyadari sekarang ternyata ada bingkai foto keluarga di meja. Ingin sekali Azra bertanya pada Aron kemana ia saat Azra mampir kerumahnya. Namun ia urungkan karena sudah jelas Aron tidak akan menggubris dirinya.

Bagi Seira, sikap Aron kali ini sangat aneh. Ini pertama kalinya Seira melihat Aron sangat dingin seperti orang yang tidak kenal siapapun dirumah. Seira yang selama ini mendapat kasih sayang yang sangat besar dari Aron tidak tahu sikap Aron kepada perempuan selain dirinya dan ibunya.

"Kamu gaakan nyuruh aku duduk gitu?" tanya Azra

"Oh, makasi."

"Hah? Aa ih! Itu ditanya ama teteh, suluh duduk kek!" Seira benar-benar tak habis pikir dengan sikap Aron.

"Aku baru tau kamu tinggal disini,"

Aron tidak peduli apapun yang Azra ucapkan. Yeni kembali setelah pergulatannya dengan ayam goreng. Melihat Aron yang sangat-sangat acuh, sebagai seorang ibu memarahinya adalah hal yang wajar.

"Apa-apaan sih kamu, Ron?"

"Apa mah? Kenapa? Kena minyak?"

'wah gila, bisa se-care itu ternyata. Aku harus bisa bikin dia kaya gitu ke aku.'

"Itu ada tamu, suruh duduk kek apa kek."

"Ah males mo ke ruangan pribadi. Jangan cari aa yah Seira sayang."

Aron pergi meninggalkan mereka diruang tengah dan segera ke ruang kerja ayahnya. Ruang pribadi yang ia maksud tadi adalah ruang kerja ayahnya. Untuk meringankan rindu pada ayahnya, inilah satu-satunya cara yang dapat dilakukan. Ruang kerja Budi sangat besar, di sisi sebelah kiri ada lemari-lemari buku yang sangat besar dengan gaya classic. Di sisi sebelah kanan nya terdapat sofa-sofa modern yang dapat melipat sendiri dan terbentuk kembali kebentuk aslinya secara otomatis jika merasa ada bokong seseorang hendak duduk. Dan yang terakhir, terdapat satu meja kerja yang berbentuk klasik dengan kayu jati. Meja kerja milik ayahnya.

Aron mengambil salah satu buku di lemari dan hendak mendudukkan dirinya di meja kerja Ayahnya. Tak sengaja jari kelingking kaki Aron terpentuk dengan ujung meja. Rasa sakit yang amat sangat itu membuat Aron menjerit.

"Ahh! Anjir kepentok, ah!! Linu linu linu."

Aron memegang sebelah kakinya dan terloncat-loncat sambil menjerit kesakitan. Saat sedang meresapi kesakitan pada kakinya, Aron melihat lemari buku itu bergerak perlahan dan memperlihatkan ruangan kecil seperti lift. 

Rasa sakit itu seketika hilang digantikan dengan rasa penasarannya dengan lift tersebut. Selama ini Aron tidak tau ada sebuah lift di ruangan ini. Karena sikapnya yang penakut, ia hanya menyembulkan kepalanya ke dalam lift sempit itu. Di dalamnya tak ada tombol, dan tidak ada benda apapun. Lalu bagaimana dengan Inem? Tentu saja mengikuti Aron kemanapun Aron pergi. 

Perlahan Aron masuk ke dalam lift, dan lift itu seketika tertutup tiba-tiba dan meluncur ke bawah dengan sangat kencang. Aron membuka matanya lebar-lebar tak percaya apa yang ia lihat. Dinding lift itu berubah secara otomatis dari yang awalnya besi, berubah menjadi kaca transparan. Memperlihatkan benda-benda keren dan canggih di sekeliling ruangan itu. 

"Aron, dari cara pandang kamu dengan mata yang tiba-tiba jadi gede bekilau kek gitu. Kayanya kamu baru kesini sekali," Inem tak kuasa menahan gemas melihat Aron yang berbeda lagi sikapnya kali ini. Inem tersenyum-senyum malu karena Aron sangat-sangat tampan. Hingga Aron menyadari Inem yang sejak tadi memperhatikannya.

"Heh! Fokus jagain aku! Gimana kalo ada hantu jahat lainnya? Mau tanggung jawab kamu?" ketus Aron.

"Siap, maaf tuan!" 

Lift berhenti secara tiba-tiba. Kaca yang tadinya transparan sudah berubah menjadi besi kembali. Jarak lantai dasar dengan lantai di ruangan ini tidak terlalu jauh, jauhnya hanya sekitar 3 lantai Mall. Tapi itu tak begitu terasa karena liftnya menurun dengan laju yang cepat.

Aron keluar dari lift itu dan melihat kerangka pesawat-pesawat modern yang sedang di modif otomatis dengan robot-robot yang ada di ruangan tersebut. Di sisi lain juga terdapat beberapa kendaraan asing yang belum pernah Aron lihat. Dan seketika Aron melihat sebuah pedang berwarna putih berpaduan biru di dalam kotak kaca yang sangat tinggi tingkat keamananya. Sekali lagi Aron bungkam akibat terlalu kagum dengan karya yang ada di ruangan ini. Namun langsung buyar seketika karena Inem menoel-noel tiada henti.

"Apa lagi sih In-"

Aron menoleh dan melihat yang ada dibelakangnya bukan Inem, melainkan sesosok hantu lain yang sangat besar tubuhnya. Dikepalanya terdapat tanduk seperti tanduk kambing yang panjang dan berliuk. Badannya mengeluarkan api yang membara dan sorot matanya yang membuat jantung Aron seperti di kelitik tanpa henti.

"Sedang apa anda di sini?

Suaranya yang sangat besar dan menggelegar beredar ke seluruh ruangan tersembunyi di bawah tanah ini. Lagi-lagi Aron merasakan ketakutan yang luar biasa hingga ingin sekali mengeluarkan air dibalik celananya. Melihat Inem yang sama takutnya, Aron merutuki dirinya percaya kepada Inem yang dapat melindunginya. Lihatlah Inem yang berstatus setan pun menangis ketakutan.

"Maaf kalo saya ganggu, saya mau balik lagi aja ke atas ke ruang kerja ayah saya. Tolong, ijinkan saya hidup sekali lagi. Hiks, hiks." 

Tangis Aron sudah tak terbendung. Ia tak sanggup masuk neraka jika ini iblisnya. Inem yang setan saja ketakutan dan sama dengannya menangis yang terisak.

"Maksudmu, kau anak pemilik rumah ini?"

"I-iya raja setan."

Makhluk itu pun terkejut. Bukan karena disebut 'raja setan' namun karena ia salah bersikap dengan anak tuannya.

"Maafkan aku tuan, aku tak tau kau anak Budi."

Kini suara yang menyeramkan dengan wujud yang tak kalah menyeramkan itu sudah hilang. Makhluk itu berubah menjadi pria yang sangat tampan.

"E-eh, kok bisa berubah?"

"Ron, dia jadi ganteng," ucap Inem dengan mata berniar-binar. Inem benar-benar pencinta cogan.

"Kenalkan, saya Lakmus. Salah satu penunggu tempat ini. Setahuku, anak Budi itu tidak bisa melihat makhluk seperti kami, lalu bagaimana bisa?"

"Saya Aron. Tentang melihat hantu ceritanya cukup panjang. Jadi tadi kamu bilang salah satu, sisanya siapa?"

"Sisanya para robot disini, semuanya bisa berbicara dan akan patuh padamu juga Tuan Budi. Hanya aku disini yang baru mengenalmu karena aku bukan robot."

"Oh, yayaya. Nanti kita ngobrol lagi ya lain waktu. Sekarang, cara aku keatas lagi gimana?"

"Pake lift yang itu kali," ucap Inem seraya menunjuk lift yang berbeda dengan yang tadi Aron pakai.

"Iya benar, silahkan tuan."

"Babay tuan tampan, semoga kita ketemu lagi yaa, muach." 

Salam perpisahan dari Inem mendapat balasan senyuman manis dari Lakmus.

Aron kembali ke tempat kerja ayahnya dan bergegas menemui ibunya yang tadi berada di ruang tengah. Namun nihil. Lalu Aron mencari lagi kesemua ruangan. Saat ada di depan kamar tamu, Aron melihat ibunya berdiri disamping kasur bersama dengan seseorang berjas putih yang sepertinya itu adalah dokter. Karena penasaran, Aron bergegas masuk dan melihat apa yang terjadi.

"Azra kenapa, mah? Itu darah apa?" Aron sedikit panik melihat temannya terluka parah di rumahnya namun tetap berusaha menyembunyikan kepeduliannya sebisa mungkin.

***

Maaf banget temen-temen aku upnya telat:( sekarang udh isya aku baru up, huweee. Alasannya apa? AKU DISURUH BIKIN KUE :(((

yaudahlah ya yang penting sekarang masih hari senin, makasi banyak yg udah vote sama komen juga para pembaca setia cerita akuu:)) Jangan bosen ya!!

Continue Reading

You'll Also Like

106K 801 7
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
83.1K 510 4
langsung lanjut aja bro
304K 13.8K 55
WARNING⚠️TYOPO BERTEBARAN‼️ {Cerita ini sudah di revisi,maaf kalau masih ada TYOPO🙏🏻} **** bagaimana jika seorang gadis yang amat sempurna dengan w...
264K 19K 16
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...