IND/ENG - Unacceptable Love...

By Cyrena0819

34.3K 2.3K 665

Pairing : Phana/Singto Genre : Romance/Drama/Mpreg Singto is working at the property company, he fall in love... More

IND - Chapter One - First Sight Love
ENG - Chapter One - First Sight Love
IND - Chapter Two - Little Secret
ENG - Chapter Two - Little Secret
IND - Chapter Three - Sweet & Bitter
ENG - Chapter Three - Sweet & Bitter
IND - Chapter Four - Embarrassing Moment
ENG - Chapter Four - Embarrassing Moment
IND - Chapter Five - Coffee's Story
ENG - Chapter Five - Coffee's Story
IND - Chapter Six - Love is Hard
ENG - Chapter Six - Love is Hard
IND - Chapter Seven - Secret Unfold
ENG - Chapter Seven - Secret Unfold
IND - Chapter Eight - Card Revealed
ENG - Chapter Eight - Card Revealed
IND - Chapter Nine - The Stalker
ENG - Chapter Nine - The Stalker
IND - Chapter Ten - First Time
ENG - Chapter Ten - First Time
IND - Chapter Eleven - Taking a Break
ENG - Chapter Eleven - Taking a Break
ENG - Chapter Twelve - Blossom Night
IND - Chapter Thirteen - Love Quadrangle
ENG - Chapter Thirteen - Love Quadrangle
IND - Chapter Fourteen - Unfaithful Facts
ENG - Chapter Fourteen - Unfaithful Facts
IND - Chapter Fifteen - Caught in Time
ENG - Chapter Fifteen - Caught in Time
IND - Chapter Sixteen - Rivalry War
ENG - Chapter Sixteen - Rivalry War
IND - Chapter Seventeen - Lose to Win
ENG - Chapter Seventeen - Lose to Win
IND - Chapter Eighteen - The Conclusion
ENG - Chapter Eighteen - The Conclusion
IND - Chapter Nineteen - Finding Love
ENG - Chapter Nineteen - Finding Love
IND - Chapter Twenty - Reunion
ENG - Chapter Twenty - Reunion
IND - Chapter Twenty One - Wedding Plan
ENG - Chapter Twenty One - Wedding Plan
IND - Chapter Twenty Two - Tree of Love
ENG - Chapter Twenty Two - Tree of Love
IND - Chapter Twenty Three - Unexpected Thing in Life
ENG - Chapter Twenty Three - Unexpected Thing in Life
IND - Extra Chapter One
ENG - Extra Chapter One
IND - Extra Chapter Two
ENG - Extra Chapter Two

IND - Chapter Twelve - Blossom Night

860 59 36
By Cyrena0819

Pha memutuskan untuk berendam setelah mandi. Ia duduk di dalam bathtub dan memejamkan matanya sambil menunggu air penuh, sementara pikirannya melayang tanpa arah tujuan, dan akhirnya ia pun tertidur. Sementara air terus mengalir dari keran memenuhi bathtub hingga meluap keluar, menggenangi lantai kamar mandi.

Satu jam kemudian....

Singto kebetulan lewat di depan kamar Pha saat hendak ke dapur dan melihat air mengalir keluar dari dalam kamar, ia pun panik dan langsung menyerbu masuk ke kamar Pha yang untungnya tidak di kunci.

Singto tercengang dan mematung di depan pintu sejenak sebelum berjalan masuk dengan hati – hati agar tidak terpeleset. Ia menghela nafas saat melihat kondisi kamar Pha yang tampak seperti kolam, sementara matanya menelusuri sumber air, lalu menggedor pintu kamar mandi yang terkunci.

Pha melompat kaget dan membelalakkan matanya, ia mematung sejenak sebelum mematikan keran. Kemudian melangkah keluar dari bathtub dengan hati – hati, lalu menyambar handuk sebelum membuka pintu.

Pha tercengang saat melihat pemandangan di depan matanya dan berpikir apa yang harus ia lakukan dengan kamarnya.

Singto kemudian berinisiatif berlari ke gudang untuk mencari beberapa handuk bekas dan ember, dan kembali ke kamar Pha. Selanjutnya ia berjongkok di lantai dan mulai menguras air menggunakan handuk.

Setelah memperhatikan apa yang dilakukan Singto sejenak, Pha pun turun tangan membantunya. Ia mencoba berjongkok, namun tampak kesulitan dengan handuknya.

"Oh, shit!!!" seru Pha, ia kehilangan keseimbangan dan hendak jatuh.

Melihat itu, Singto reflek menjulurkan tangan untuk menyelamatkannya, ia berhasil menarik ujung handuk hingga terlepas dari pinggang Pha, sementara Pha jatuh terduduk dengan kedua kaki terbuka lebar di lantai dan telanjang.

Seakan ada yang menekan tombol pause, menghentikan waktu di sekeliling mereka, Singto mematung, memandang Pha lurus tanpa berkedip.

Di sisi lain, Pha membeku dengan ekspresi tercengang, seakan sedang berpose untuk di lukis.

Sejenak kemudian...

Pha merangkak kembali ke posisinya semula dan menarik handuk dari tangan Singto, namun pria itu memegangnya erat, menolak memberikannya.

"Apakah kau sedang menikmati melihatku telanjang?" Pha menggodanya sambil bercanda.

"Ya..." jawab Singto spontan.

"Berhentilah menggodaku dan lepaskan!"

Namun Singto tidak bergeming, ia menatap Pha lurus dan bertanya dengan nada serius.

"Jika kukatakan bahwa aku menyukaimu...apakah kau akan percaya?"

Tidak dipungkiri, detak jantung Pha meningkat dua kali lipat, ia memandang Singto curiga, ia tidak tau apakah saat ini pria itu sedang bercanda atau serius.

"Ya, aku percaya...."

"Apakah kau akan berpikir bahwa aku gila?"

Pha menyeringai dan mencoba menebak arah pertanyaan Singto.

"Tidak..." jawabnya singkat dan mencoba menarik handuknya lagi dengan mengerahkan seluruh tenaganya, beberapa saat kemudian tiba – tiba saja Singto melepaskan tangannya menyebabkan Pha terjungkal ke belakang.

Singto langsung melesat maju tanpa memberikan kesempatan pada Pha untuk merespon situasi tersebut, ia memanjat ke atas Pha dan tanpa aba - aba langsung mencium bibir pria itu. Mata Pha terbelalak kaget dan membeku seketika saat menyadari apa yang terjadi.

Selanjutnya, tanpa memberi kesempatan pada Pha untuk memprotes, Singto membawa tangannya menyentuh member Pha dan mengusapnya lembut, membuat pria yang lebih tua terangsang seketika.

Pha tidak bisa menolak atau menghentikan apa yang dilakukan Singto, ia memejamkan matanya dan mengeluarkan erangan spontan. Sebelah tangannya menahan tubuh Singto sementara tangan yang lainnya mencengkram pergelangan tangan Singto yang sedang menstimulasi membernya.

Sejenak kemudian...

Pha mendorong bahu Singto untuk memintanya berhenti.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Kau tidak bisa melihatnya?" ia menggoda Pha dan terus menggosok, membuat pria yang lebih tua itu terengah-engah dengan nikmat.

"Hentikan...aaahh..."

"Kudengar kau memiliki alergi..." Singto mengganti topik, mengalihkan perhatiannya.

"Apa?" seru Pha kaget. "Bagaimana kau tau? Apakah istriku yang memberitahumu?"

"Bukan, aku mendengarnya dari P'Pin..." sahut Singto. "Ia menceritakan pengalaman pertamamu dengannya..."

Pha tidak tau harus berkomentar apa, ia tidak percaya bahwa Singto mengetahui rahasianya yang memalukan.

"Apa yang terjadi?" Singto penasaran dengan kondisi yang di alami oleh Pha.

"Apa maksudmu?" Pha menelan ludahnya gugup.

"Gejala alergi yang kau alami..." Singto bertanya lebih spesifik.

Pha terlihat ragu sejenak sebelum memberitahunya bahwa ia memiliki alergi terhadap cairan vagina, dimana ia mengalami gejala gatal yang tidak tertahankan dan timbul ruam merah di seluruh bagian vitalnya setelah beberapa menit saat melakukannya tanpa kondom.

"Apakah tidak ada cara untuk mengobatinya?"

Pha merespon dengan menggeleng.

"Apa karena alasan itu, kau tidak memiliki anak hingga saat ini?"

"Kau tidak tau bagaimana rasanya, aku bahkan harus menahan rasa tidak nyaman untuk menyelesaikannya, dan setelah itu aku harus masuk rumah sakit dan buang air menggunakan selang selama beberapa hari..."

Singto hendak tertawa, namun ia berusaha menahannya. Ia berpikir sejenak dan mengganti topik.

"Kau ingin coba melakukannya denganku untuk mencari tahu bahwa kau tidak memiliki gejala yang sama seperti saat kau melakukannya dengan wanita?"

"Kau bilang apa?" Pha seakan di sambar petir mendengar hal itu, namun sebelum ia sempat merespon, Singto kembali melumat bibirnya dan menstimulasi membernya, membuatnya tidak bisa menolak hasrat ingin bercinta.

Selanjutnya tanpa memberikannya kesempatan untuk berpikir, Singto dengan cepat melepaskan celana dan boxernya, berlutut dengan posisi tegak di sekitar pelvis Pha, mengarahkan member Pha yang sudah bangun dengan sempurna ke bokongnya, lalu mendudukinya dan mendorong kepala penis Pha masuk dengan kuat.

Singto memejamkan matanya dan meringis kesakitan sambil menekan perut Pha, namun ia tidak berhenti sampai member Pha masuk dengan sempurna ke dalamnya.

Sementara Pha membeku sambil menahan nafas, menikmati seluruh proses dan tidak bisa berhenti mendesah, ia tidak bisa mengdeskripsikan bagaimana perasaannya saat ini, dan ia sudah tidak bisa berpikir dengan akal sehat lagi, perasaannya seperti di surga saat otot rectum Singto meremas batangnya.

Singto beristirahat sejenak setelah proses pengkoneksian selesai, lalu membawa wajahnya mendekat ke arah Pha dan menciumi pria itu lagi sebelum menggerakkan pinggulnya naik dan turun, memanjakan adik kecil Pha.

Awalnya Pha tampak gugup dan khawatir sambil mengamati gejala alerginya, namun setelah beberapa menit, ia tidak merasakan gejala yang tidak menyenangkan, sebaliknya rasa nikmat yang tidak pernah ia rasakan sebelum membuatnya lupa bahwa saat ini pasangannya adalah seorang pria.

Selanjutnya, dengan tidak sabaran Pha menarik kaos yang dikenakan Singto ke atas dan melepaskannya dari kepalanya, lalu membawa sebelah tangannya memegangi pinggang Singto, sementara tangan satunya memijat adik kecil Singto untuk menstimulasinya, membuat Singto mengerang nikmat sambil melakukan squat thrust.

Setelah lima menit, Singto mulai kelelahan dan terengah – engah, seakan kehabisan nafas, ototnya mulai lemas dan gerakan menjadi lambat.

Menyadari hal itu, Pha lalu berinisiatif memutar posisi mereka hingga Singto berada di bawahnya. Ia memandang ke dalam mata Singto sejenak sebelum menciumnya dengan ragu - ragu dan mengulang seluruh proses foreplay.

Sementara otaknya memproses hari – harinya yang lalu bersama Singto, ia menyadari sikap Singto yang menunjukkan perhatian padanya, menganalisa setiap ucapan dan candaan Singto yang terdengar seperti sedang merayunya, ia bertanya – tanya apa sesungguhnya Singto memiliki maksud padanya selama ini.

Beberapa saat kemudian, Pha berhenti dan memandang wajah Singto lurus, lalu bertanya.

"Apakah kau sengaja menggodaku untuk melakukan ini?"

Dada Singto seakan di hujam oleh batu besar mendengar pertanyaan Pha.

"A-aku hanya terbawa perasaan dan situasi..." jawabnya gugup.

"Apakah kau serius saat mengatakan bahwa kau menyukaiku?"

"Kukira tadi kau mengatakan bahwa kau mempercayainya..."

"Aku pikir kau hanya bercanda..."

"Aku tidak pernah bercanda denganmu, semua yang kukatakan padamu, menunjukkan apa yang sesungguhnya kurasakan padamu..."

Pha tampak terkejut sambil menarik nafas dalam dan menanyakan pertanyaan berikutnya.

"Apa kau kau lupa bahwa aku punya istri, dan apa kau sadar apa yang kita laukan sekarang?"

Singto tidak menjawab, pertanyaan Pha seakan menamparnya kuat, membuat dadanya terasa sesak dan tidak bisa bernafas.

"Kita bisa berhenti sekarang..." Singto membawa tangannya menyentuh bibir Pha dan berkata lirih. "Maafkan aku..."

Pha menggenggam jari Singto, menatap ke dalam matanya lurus, dan menyadari kelopak mata pria itu tampak berkaca - kaca. Meskipun akal sehatnya memintanya untuk berhenti, namun tubuh dan hati Pha berkata lain, ia sudah tidak bisa menghentikan hasrat bercintanya atau ada sesuatu yang lain, yang tidak ia sadari.

Pha merespon ucapan Singto dengan melumat bibirnya dengan penuh nafsu, lalu mengangkat kedua kaki Singto lebar dan kembali memasukkan membernya, melanjutkan apa yang dilakukan Singto sebelumnya.

Jiwa Singto seakan melayang, ia tidak menyangka Pha akan berinisiatif melakukan itu padanya, sesaat tadi ia pikir semua mimpi ini akan segera berakhir, namun ia salah.

Singto tersenyum bahagia, berusaha untuk focus dan tidak ingin kehilangan moment ini, ia bisa merasakan bagaimana Pha mendorong dan memompa dengan nafsu melepaskan seluruh gairah dan hasrat padanya.

Selanjutnya, Pha membawa tangannya mencengkram jari Singto erat, saat hampir mencapai klimaks, lalu menambahkan tekanan dan kecepatan, hingga akhirnya pertahananya runtuh, dan ia menembakkan peluru terakhirnya di dalam tubuh Singto, menutup aktivitas mereka dengan ciuman panjang.

Satu jam kemudian....

Pha terlelap sambil memeluk Singto dari belakang di atas kasur setelah ronde kedua berakhir dan bermimpi indah. Sementara Singto masih terjaga, ia berusaha memejamkan matanya namun pikirannya tidak bisa berhenti memproses berbagai bentuk pikiran dan perasaan yang datang silih berganti, ditambah lagi bokongnya yang terasa berdenyut dan lengket.

Tanpa sadar ia membawa tangannya membelai tangan Pha di dadanya, dan seulas senyuman terukir di wajahnya, ia berharap waktu bisa berputar kembali, dan kembali mengulang aktivitas mereka satu jam yang lalu. Selanjutnya ia tidak sengaja ia menyentuh cincin di jari Pha dan membeku seketika.

Tapi, kemudian ia tidak sengaja menyentuh cincin di jari Pha dan langsung membeku. SIngto menunduk memandang benda kecil yang berkilauan di jari Pha, dadanya terasa di remas bersamaan dengan perasaan bersalah merasuk ke dalam hatinya, seolah mengingatkannya bahwa dia baru saja melakukan kejahatan.

----------------------------------------------------------------------------------------

Singto terkejut dan langsung membuka matanya saat sinar matahari pagi menerpa wajahnya, ia segera membawa tangannya menutupi matanya dan melompat kaget seketika saat tangan seseorang memeluknya dari belakang.

"Selamat pagi, bagaimana tidurmu tadi malam?" Pha tersenyum lebar dan mengecup bahunya ringan.

Singto seraya menoleh ke belakang mendapati Pha sedang berbaring di sampingnya, sebelah tangannya menopang kepalanya di kasur, dan tangan yang lainnya berada di dadanya, wajahnya mereka hanya berjarak beberapa inci dari satu sama lain.

Membuatnya kembali mengulang scene tadi malam di kepalanya, menyebabkan jantungnya kembali berdebar dan wajahnya berubah merah seketika.

"Apakah ini bukan mimpi..." guman Singto dalam hati,

"Ini sudah jam berapa?" tanya Singto.

"Hampir jam 9..."

"Jam 9?!" seru Singto melompat kaget dan bangun. "K-kita sudah terlambat..."

Pha merespon dengan mengangguk santai. "Aku tau..."

Singto memandang Pha dengan ekspresi bingung dan bertanya. "Kita tidak ke kantor?"

Alih – alih menjawab pertanyaan Singto, Pha malah menggodanya dengan memelintir putingnya, membuat Singto mendesah ringan lalu berkata.

"Kau tidak perlu khawatir soal itu, kita bisa mengambil cuti sehari dan beristirahat di rumah..."

Singto seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, sebelumnya Pha tidak akan berkata seperti itu, ia tidak pernah absent masuk kantor apalagi cuti,  ini bukan Pha yang ia kenal, Singto berpikir mungkin ia masih bermimpi.

"Kau yakin?"

Pha mengangguk meyakinkannya sambil tersenyum.

"Ini tidak sepertimu..." komentar Singto dengan nada curiga. "Apa terjadi sesuatu?"

"Aku belum bisa move on dari tadi malam..." ujar Pha bercanda sambil mengendus wajah Singto hendak menciumnya.

"Aku sedang berbicara serius..." tukas Singto.

Ekspresi Pha berubah, ia seakan bisa membaca pikiran Singto dan berkata. "Aku ingat kita sudah setuju untuk memiliki hubungan dengan dua kondisi, aku akan menganggap tadi malam sebagai kencan pertama kita, jadi sebagai hadiah kencan...aku mengijinkanmu off hari ini, dan aku akan menemanimu di rumah..."

Singto membeku seketika mendengar hal itu, yang artinya, mereka akan berkencan selain di tempat umum dan di kantor, ia tidak tahu harus bahagia atau sedih.

"Ku pikir kau hanya menganggapnya bercanda..."

"Awalnya...." ia berhenti sejenak dan menghela nafas. "Tetapi setelah tadi malam, kupikir mungkin kita bisa mencobanya..."

Singto bertanya dalam hati, apa maksud Pha dengan mencoba, apakah ia lupa bahwa ia masih memiliki seorang istri, Singto tidak percaya bahwa Pha menjadikannya sebagai orang ketiga.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu..." Singto mengganti topik lalu memutar tubuhnya menghadap Pha.

"Ya?"

"Bagaimana dengan istrimu? Apa maksudnya kau ingin mencobanya denganku?"

Pha membisu seketika saat mendengar pertanyaan Singto, pria itu seakan menamparnya dan menyadarkannya akan statusnya.

"Untuk sementara, sebaiknya kita tidak membahas masalah ini, toh saat ini hanya ada kita berdua di dirumah ini, kau boleh melakukan apapun yang kau inginkan...."

Singto tidak percaya ia bisa mengatakan itu dengan santai.

"Ganti topik, apa rencanamu hari ini?"

Singto menghela nafas dan berpikir sejenak. "Aku ingin...melakukan hal yang dilakukan pasangan pada umumnya..."

"Maksudmu...seperti nonton, shopping, dan makan malam?" tanya Pha tidak percaya, karena hal – hal seperti itu tidak pernah ada di listnya sejak ia menikah.

"Kau punya ide yang lebih bagus?"

Pha berpikir sejenak sebelum menjawab. "Tidak masalah, tetapi sebelum itu aku ingin megajakmu ke suatu tempat..."

Singto mengangkat alisnya dengan penasaran, namun Pha menolak memberitahukannya dan segera menyruhnya mandi dan bersiap – siap.

Satu jam kemudian....

Pha mengajak Singto pergi melihat – lihat unit apartment baru yang merupakan property milik perusahaannya.

"Aku ingat kau pernah mengatakan bahwa kau ingin membeli sebuah apartment, kriteria apartment seperti apa yang kau inginkan?" tanya Pha pada Singto sambil menunjukkan brosur padanya.

"A-aku hanya bercanda saat itu..."

"Kupikir kau bilang bahwa kau tidak pernah bercanda denganku?"

"Er...saat itu, kau tidak mengijinkanku menanyakan hal – hal yang bersifat pribadi padamu, jadi tiba – tiba saja ide ini muncul di kepalaku..."

"Jika boleh tau, apa yang ingin kau tanyakan saat itu?"

Singto menelan ludahnya dengan gugup, mencoba mengingat kembali pertanyaannya, "Lupakan, aku tidak ingat lagi...."

"Biar kutebak..." Pha tersenyum nakal dan berbisik. "Kau pasti ingin bertanya warna pakaian dalam apa yang aku kenakan saat itu..."

"Apa? Tidak!!!" Seru Singto. "Memangnya aku gila?"

Pha terkekeh melihat reaksinya.

Mereka tiba di depan pintu sebuah unit apartment mewah, setelah mengajak Singto masuk ia memerintahkan agen property untuk meninggalkan mereka sendirian.

Singto mematung dengan ekspresi tercengang mengagumi pemandangan di depannya, apartment itu tidak hanya besar tapi juga mewah, lengkap dengan furniturenya.

"Jika kau menyukainya, kau bisa langsung pindah kemari dan meninggalkan apartmen lamamu..." ujar Pha to the point. "Selain tidak jauh dari kantor, lokasi apartment ini juga strategis, bagaimana menurutmu?"

"Kau bercanda....harga sewanya pasti tidak murah..."

"Kau tidak perlu menyewa, aku akan segera mengurus sertifikat kepemilikan apartment atas namanu..." .

"Apa?" seru Singto tkaget dan idak percaya dengan pendengarannya.

"Aku memberikannya padamu sebagai hadiah...." ujar Pha. "Kau suka?"

"B-bukankah aku tinggal di tempatmu dan hanya pulang seminggu sekali, jadi kurasa ini tidak perlu..." Singto menolak dengan halus.

"Aku ingin kau tinggal disini saat istriku berada rumah..." ujar Pha terus terang. "Aku tidak ingin ia mencium hubungan kita..."

Dada Singto seakan di tembus besi panas mendengar hal itu. Tadinya ia berpikir Pha memberikan sebuah apartment murni sebagai hadiah kencan mereka, namun ternyata pria memiliki tujuan lain dibaliknya, yaitu ia tidak ingin istrinya menangkap basah dirinya berselingkuh.

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga sikapku dan berhati – hati di depan istrimu..." Singto tersenyum getir. "Aku tidak akan membuatmu mendapat masalah..."

Pha seakan bisa membaca pikirannya, ia menjulurkan tangannya, menggenggam tangan Singto dan mengecupnya lembut. "Mungkin untuk saat ini, aku tidak bisa memberikan status untuk hubungan kita, namun aku membutuhkanmu disisiku, dan...tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan, kau mengerti maksudku?"

Singto memandangi pria di depannya lurus dan bertanya pada dirinya sendiri, apa yangs udah ia lakukan, apakah ini yang ia harapkan, ia sungguh menyesalinya dan berharap waktu bisa berputar ulang dan ia tidak akan mengakui perasaanya pada Pha, dan mungkin hubungan mereka bisa tetap seperti sebelumnya.

"Sing, kau mendengarkanku?"

Singto terenyak dari lamunannya dan menggangguk tanpa sadar menjawab pertanyaan Pha sebelumnya. Seulas senyuman terukir di wajah Pha, lalu membawa wajahnya mendekat hendak menciuman Singto, namun tiba – tiba suara ringtone dari ponsel SIngto berbunyi dan membatalkan niatnya.

Singto buru – buru menjawab telephone dan hampir menjatuhkan ponselnya saat mendengar suata Vee di sisi lain.

Wanita itu berbicara dengan nada kesal dan menanyakan apa yang sedang lakukan suaminya sehingga tidak menjawab telephone. Ia juga memberitahukan bahwa ia akan kembali ke Bangkok besok pagi, dan meminta SIngto agar memberitahu Pha untuk menjemputnay di bandara.

Pha dan Singto bertukar pandang sejenak dan menarik nafas panjang bersama – sama, menyadari musim semi akan segera berakhir sebelum di mulai.

to be continue.....

Continue Reading

You'll Also Like

IDOL By Rhion

Fanfiction

1.3K 117 15
sweet bitter about you
4.1M 260K 100
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
3.7K 51 18
[DISCONTINUED] This story was written by a 13 yo girl who just wanted to be like one of those girls in a romance novel so don't be surprised if the c...
3.9M 162K 62
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...