DRAMIONE : DON'T HURT MY DEAT...

By ImQueeniesya

111K 13.7K 2.5K

"Lucius Malfoy. Dengan semua tindak kejahatan yang kau lakukan, berdasarkan keputusan persidangan Wizengamot... More

(1) Ketidakadilan Yang Nyata
(2) Belas Kasihan
(3) Sang Pembunuh
(4) Dalam pelarian
(5) Kebencian
(6) Sebuah Kebenaran?
(7) Penderitaan
(8) Pahlawan Atau Pembunuh
(9) Dia Bukan Dia
(10) Hocrux Bisa Mati?
(11) Rasa Peduli
(12) Di Mana Sebuah Rahasia Disembunyikan
(14) Fiendfyre
(15) Dia Benar Hocrux
(16) Rencana
(17) Bangkit
(18) Raga yang baru
(19) Berhdapan Dengan Maut
(20) Kekuatan Lain
(21) Sesuatu Yang Terlewatkan
(22) Telah Dibuat
(23) Kembali berjuang
(24) Kembali Ke Perang
(25) Masa Kemenangan
(26) Sendiri Di Dunia Baru
(27) Bukan Milikku END

(13) Dia Adalah DIA

4K 523 77
By ImQueeniesya

"Woly. Apakah kau bisa memasuki manor yang bukan majikanmu?" Hermione bertanya pada peri kecil di hadapannya.

Peri itu mengangguk. "Tapi aku harus mendapat izin dari pemiliknya. Karena setiap Manor rata-rata memiliki sihir kuno yang tidak bisa di tembus oleh peri rumah asing."

Hermione menatap Draco. Pria itu mengangguk.

"Aku ingin kau ke Malfoy Manor." Ujar Hermione to the point.

"Aku Draco Lucius Malfoy sebagai pemimpin Malfoy, memberimu izin untuk memasuki Manorku."

Peri itu terkesikap pelan saat sebuah sihir perintah mengikatnya. Peri itu menunduk sedikit. "Apa yang bisa kulakukan untuk membantu Nona Hermione dan Tuan Draco?"

Draco dan Hermione sedang berada di kamar utama. Bayi kecil Malfoy sedang tertidur di sebuah ayunan bayi.

"Begini. Kau masuk ke Manor. Di sayap sebelah barat ada sebuah ruangan dengan pintu bercat putih. Masuk lah ke sana. Di sana terdapat ratusan lukisan manusia. Cari lukisan dengan nama Lucius Abraxas Malfoy, Narcissa Malfoy Knee Black dan Severus Tobias Snape. Usahakan kau tidak dekat dengan jendela. Aku takut para auror menyadari seseorang ada di manor. Kau paham Woly?"

Peri kecil itu mengangguk. "Paham, Mr. Malfoy. Kapan aku ke sana?"

"Sekarang!" Jawab Draco dan Hermione.

Peri itu mengangguk dan hilang di udara.

"Kau tidak punya peri rumah?" Tanya Hermione tiba-tiba.

"Saat kami disergap Auror, kami melawan. Saat itu aku dan orangtuaku terpojok. Malfoy memiliki tiga peri rumah. Seperti tugasnya, ia akan melindungi majikannya dengan hidupnya. Mereka membantu kami walau pada akhirnya mereka kalah dan mati."

Hermione menunduk sedih. "Maaf untuk itu."

"Jangan. Itu bukan salahmu." Draco tersenyum kecil.

"Kenapa kau tidak berapparate langsung ke Manor? Pemilik bukannya bisa?"

"Tentu bisa. Tapi aku yakin Manor di beri mantra pendeksi dari luar. Sihir manusia akan menyalakan alarm mereka. Tapi sihir peri rumah tidak akan memengaruhi mantra pendeksi itu. Terkadang aku setuju dengan SPEWmu itu. Peri rumah memiliki sihir hebat, tapi mereka diperbudakan." Ujar Draco.

"Dulu aku sangat bercita-cita untuk melanjutkan organisasi itu. Tapi perang dan semua ini merubahku." Bisik Hermione.

Ada keheningan yang agak canggung. Draco hanya diam dan menatap ke tangannya. Sedang Hermione masih setengah berbaring di ranjangnya.

"Omong-omong, bagaimana kau bisa punya potret Snape?" Ujar Hermione memecah keheningan antara mereka.

Draco menatapnya. "Severus adalah Ayah baptisku. Ia sudah di Anggap keluarga bagi Malfoy. Itu sebabnya kami melukisnya dan memajangnya ruang galeri. Di sana terdapat ratusan potret keluarga Malfoy. Baik yang sudah lama mati, atau yang masih hidup sepertiku. Potret lukisanku pasti tidak bergerak, yah itu disebabkan karena aku masih hidup." Pria itu terkekeh, entah mengapa hanya konyol saja jika dia meliahat lukisannya bergerak dan berbicara padanya. "Kami membuat lukisan Severus Snape karena dia adalah bagian dari keluargaku. Bisa dikatakan, dia dan ayah seperti saudara kandung."

Hermione tiba-tiba tertawa. "Kenapa kau tertawa?"

"Hanya membayangkan jika Voldemort memiliki lukisan." Sahut Hermione geli.

Draco ikut tertawa kecil. "Potret bisa bergerak jika potret itu dilukis saat si objek masih hidup. Itu semacam seni sihir. Tapi jika lukisan dibuat setelah si objek manusia telah mati, potret itu hanya diam saja. Yeah, Severus sudah tiada. Aku yakin potret itu sekarang sedang berbicara sinis pada keluargaku yang lain. "

Mereka berdua tertawa.

Tiba-tiba Woly muncul dari udara dan dengan susah payah membawa tiga bingkai besar di pelukannya.

"Nona Hermione, Tuan Draco. Woly berhasil mendapatkannya." Ujar peri itu antusias.

Hermione menyihir tiga buag stand lukisan dan menyuruh Woly untuk meletakannya di sana.

"Terima kasih, Woly. Aku sangat beruntung memilikimu." Ujar Hermione tersenyum ke peri itu. "Kau bisa istirahat."

Peri itu tersenyum sumigrah. Majikan barunya sangat baik. Dan dia sangat menyukainya. "Tentu, Nona. Woly akan selalu setia pada Nona. Woly izin pergi." Dan peri itu menghilang di udara.

Tiga potret itu adalah Lucius, Narcissa, dan Severus.

Draco hampir menangis saat melihat tiga orang yang sangat penting dalam hidupnya.

"My Dragon." Panggil Narcissa tersenyum sayang.

"Mother." Bisik Draco pelan.

"Kau kuat, kau hebat. Dan aku sangat bangga padamu." Narcissa kembali tersenyum. Lalu mata aquamarin itu menatap ke Hermione. "Aku lihat Miss Granger bersamamu?"

Draco mengangguk. "Ia membantuku. Ia menyembunyikan aku dan si bayi."

"Aku yakin bukan percakapan ini yang ingin kalian buat?" Tanya Lucius ikut dalam pembicaraan.

Draco menghela napas. "Itu benar."

"Perang sudah berakhir Draco, Miss Granger. Ada hal apa yang membuat kalian membawa potret kami jika bukan ada suatu hal yang penting?" Snape bertanya ramah dengan senyum kecil. Ia tidak memiliki alasan lagi untuk bersikap buruk orang sekitarnya. Tugas sebagai agen gandanya telah berakhir. Ia tidak mau potretnya di bakar akibat ketidakramahannya

Wajah Draco dan Hermione menjadi kaku mendengar pertanyaan Snape. Pria berambut hitam itu menurunkan senyumnya dan ekspresinya menjadi serius. "Ada sesuatu." Ujar Pria itu memutuskan.

Draco mengangguk. "Ayah, Uncle. Apakah kau ingat perkamen yang kalian temukan. Di mana sebuah rahasia di sembunyikan. ?" Mereka mengangguk. "Granger menemukannya di perpustakaan Yaxley."

"Dia datang saat aku memanggilnya dengan mantra pemanggil. Aku sedang mencari informasi tentang... Ho-hocrux."

Wajah Lucius dan Snape menjadi kaku. "Ada apa kau mencari informasi demikian?" Tanya Snape agak datar. "Itu terlarang."

"Profesor. Aku harus mengetahui apa isi perkamen itu. Dan anda adalah yang pernah melihat isinya." Hermione berseru agak memohon.

Snape diam. "Apakah itu karena rasa penasaran atau suatu yang lain."

"Suatu yang lain." Sahut Hermione.

Snape menghela napas. "Perkamen itu berisi rahasia Tom Riddle. Benda itu semacam projeknya saat pembuatan Hocrux. Di sana di jelaskan mengenai dia yang membuat Hocruxnya, dan di sana pula ia membagikan cara menghancurkannya. Hocrux benda mati tidak bisa hancur, itu seharusnya. Voldemort tidak tahu bahwa racun Basilik bisa menghancurkan sihir Hocrux. Tapi berbeda dengan Hocrux bernyawa. Mereka punya kelemahan, ketika Hocrux bernyawa, Hocrux itu akan menjadi pelayan setia yang hidup matinya untuk sang pemilik. Nagini adalah Maledictus yang terjebak dalam bentuk ular selamanya, Voldemort menemukannya di Albania. Tapi jati diri Nagini tetap seorang manusia. Di dalam perkamen itu Tom Riddle menjelaskan, bahwa Nagini hanya bisa mati jika dia yang membunuhnya, itupun hanya bagian Hocrux, dia harus membunuh dua kali jika mau, yang pertama menghancurkan Hocrux dan yang kedua membunuh ularnya. Benda mati tidak bisa dibunuh, itu sebabnya Hocrux dengan benda mati tidak bisa dimusnakan, sedang Nagini adalah Hocrux bernyawa, dia memiliki sifat kehidupan, maka dari itu mantra Avada akan bekerja karena sifat kehidupan pada Hocrux itu. Aku memberitahu Albus tentang itu. Dan tak beberapa lama, Albus menemukan bahwa Potter juga adalah Hocrux, oleh sebab itu  kematiannya di tangan Pangeran Kegelapan sangat prnting. Itu akan menghancurkan Hocruxnya, tapi tidak dengan medianya." Jelas Severus panjang.

"Apa kau yakin, Profesor?" Tanya Hermione pelan.

Pria itu mengangguk. "Itu sebabnya Pangeran kegelapan mengincar perkamen itu juga dan menyuruh Lastrange dan Yaxley untuk mencarinya. Dia tidak mau ada orang yang tahu kelemahannya sedikitpun. Dia mulai tidak terkontrol saat kau dan dua temanmu berhasil menemukan cara menghancurkan Hocrux."

"Profesor. Aku berteman dengan Harry sejak umurku 11 tahun. Aku tahu ketika ia bohong, aku tahu ketika ia menyembunyikan sesuatu, dan aku lebih tahu dari siapapun bahwa Harry tidak akan pernah menyakiti seseorang apalagi temannya."

Tiga potret itu membisu. "Dia membunuh hampir semua pelahap maut." Narcissa berujar kosong.

"Orangtuaku mati dibunuh dengan Avada dari tongkat Hawthorn. Dia sangat menuduh Draco sebagai pembunuhnya."

"Draco tidak memiliki tongkat itu sejak lama. Potter yang melucutinya." Lucius memberi tahu.

"Aku-aku tahu. Maka dari itu aku mulai mencurigai sesuatu. Saat aku bertanya mengenai hal itu pada Harry, ia menjadi dingin dan datar. Dia bilang, dia membuang tongkat Draco. Aku tidak percaya, aku mencoba melegillimens nya. Tapi dia melucutkanku dan mengancamku dengan tongkatnya. Harry yang kutahu tidak akan pernah mengangkat tongkatnya untuk melawanku. Dia, dia-" Gadis itu berhenti. "Berbeda."

Wajah Snape dalam lukisan menunjukan sedikit ketakutan. "Aku harap aku bisa lebih memberi tahumu. Tapi aku hanya sebuah lukisan yang hanya memiliki memori selama aku hidup. Aku hanya bisa memberitahumu apa yang kutahu sebelumnya." Ujar Snape. "Tapi Miss Granger, seharusnya Hocrux dalam tubuh Potter musnah ketika Pangeran Kegelapan membunuhnya. Kecuali, ada sesuatu yang lain yang kau lewatkan."

Hermione menutup wajahnya frustasi. "Itu yang sedang kucari. Sesuatu itu yang kulewatkan. Apa itu."

"Memang apa yang terjadi dengan Mr. Potter?" Tanya Narcissa.

"Saat tahun kelima, Voldemort mampu mengendalikan Harry dengan kekuatannya. Itu disebabkan karena Harry adalah Hocrux. Tapi Voldemort dan Harry belum tahu saat itu. Aku-aku curiga bahwa sebagian jiwa Voldemort masih bersemayam dalam tubuh sahabatku."

Tiga lukisan itu dan Draco terkejut mendengar kesimpulan Hermione.

"Miss Granger... Itu, itu- apa kau yakin?" Severus berujar Syock.

"Aku yakin, ada suatu yang terjadi padanya. Dan sesuatu itu yang telah kita lewatkan."

《◇◇◇》

Seorang Pria berkacamata berambut hitam dengan luka petir di keningnnya tengah menatap pada sebuah cermin tua dengan rune di bingkainya.

Wajah aslinya kosong dan hanya menatap kepada pantulannya yang menyeringai dengan mata merah.

Pantulan dalam cermin berdesis dingin. "She's Know... She's know our secret. Kill her."

Pria itu menatap ke pantulan dan berdesis menjawab. "I'm your loyal servant."

TBC

Udah lima Draf. 😍

Continue Reading

You'll Also Like

10.3K 1K 76
hai Readerss ...Follow author dulu yuk biar ga ketinggalan Cerita lainnya๐Ÿค—๐Ÿค— "hari ini hari pertama aku berkerja setelah aku lulus Kuliah ,Aku berke...
4.6K 212 11
Sekumpulan one shoot/series Harry Potter dan tokoh-tokoh lainnya. I'm Potterhead and I love them. Draco_Hermione Harry_Ginny Theo_Luna Ron_Pansy Othe...
28.7K 2.1K 24
A compilation of Sinb ( Gfriend ) X Seventeen pairs imagine. Oneshoot collection by a maullani Rank 1 #scoup since 3 feb 2019 Rank 8 #Dino since 20...
7.8K 1.4K 12
Naruto belongs Masashi Kishimoto Saya tidak mendapatkan keuntungan materiel dari cerita ini selain kepuasan Rate T Naruto tukang gonta-ganti pacar, n...