Mr. CEO & Ms. Doctor

By Becky_Tyler

2.3M 94.1K 3.2K

TELAH TERBIT Billionaire asal Indonesia yang terkenal dengan julukan 'Mr. CEO' jatuh hati dengan seorang dokt... More

PROLOG.
ONE.
TWO.
THREE.
FOUR.
FIVE.
SIX.
SEVEN.
EIGHT.
NINE.
TEN
ELEVEN.
TWELEVE
THIRTEEN
VISUALISASI CAST
FOURTEEN
SIXTEEN
SEVENTEEN
EIGHTEEN
NINETEEN
TWENTY
TWENTY ONE
TWENTY TWO
TWENTY THREE
TWENTY FOUR
TWENTY FIVE
TWENTY SIX
TWENTY SEVEN
TWENTY EIGHT
TWENTY NINE
THIRTY
THIRTY ONE
THIRTY TWO
THIRTY THREE
THIRTY FOUR
THIRTY FIVE
THIRTY SIX
THIRTY SEVEN
THIRTY EIGHT
THIRTY NINE
FOURTY
EPILOG
EXTRA PART
PENGUMUMAN!
SEQUEL?
The Bet
SPIN-OFF (DUA ES KUTUB)
OPEN PRE - ORDER NOVEL Mr. CEO & Ms. Doctor
NOVEL MR. CEO & MS. DOCTOR
CERITA MR. CEO & MS. DOCTOR DI COPY
EBOOK MR. CEO & MS. DOCTOR

FIFTEEN

44.1K 1.7K 94
By Becky_Tyler

"Jika kepergianku yang kau inginkan, maka aku akan lakukan,"
-David Adiwijaya-

Knock! Knock!

Dokter cantik itu melempar tatapan kepada Rina saat pintu utama rumahnya ada yang mengetuk. Mereka sedang sarapan di meja makan. "Siapa tuh, Bun?"

"Mana Bunda tahu," Rina menggedikkan bahunya. "Buka pintunya, gih." Suruhnya.

Yasmin bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju pintu utama rumahnya dengan rasa penasaran. Dokter cantik itu membuka kunci pintu terlebih dahulu,

Jangan-jangan...David yang datang.

Yasmin memegang handle pintunya, lalu membuka pintunya. Ia cukup terkejut dengan kehadiran sosok seseorang yang berdiri didepannya, sosok seseorang itu tersenyum ramah saat melihat Yasmin. "Hai, Dokter Yasmin,"

×××

Dokter Dion telah duduk dikursi pengemudi, sedangkan Yasmin duduk dikursi penumpang disebelahnya. Mereka akan berangkat bersama.

Dokter Dion memang sengaja datang tanpa memberitahu Yasmin terlebih dahulu, ia ingin membuat surprise katanya, sekaligus menebus berangkat bersama yang pernah gagal itu. Mereka sempat sarapan bersama juga tadi dirumah Yasmin, dengan Rina juga tentunya.

Mereka asik berbincang-bincang sembari mobil milik Dokter Dion melaju menuju rumah sakit Wijaya. Secara tiba-tiba, Dokter Dion menginjak pedal remnya dengan mendadak saat ada sebuah mobil memotong jalannya, tentu saja Yasmin dibuat kaget karna itu. Jika saja ia tidak memakai seatbell, mungkin ia telah terbentur dengan dashboard.

Yasmin menatap kedepan, melihat sebuah mobil hitam berhenti tepat didepan mobil milik Dokter Dion. Mobil itu menghalangi jalan. Dokter cantik itu mengernyitkan dahinya, ia seperti mengenal mobil ini. Yasmin tidak terkejut saat melihat orang yang keluar dari mobil tersebut. Yasmin membuka pintu mobil dengan cepat, ia berjalan keluar, dengan rasa kesal tentunya.

"Kau gila?!" Teriak Yasmin sembari menghampiri orang yang berdiri didepan mobil milik Dokter Dion. "Kau bisa celakan karna tindakan konyolmu itu!"

"Kau mengkhawatirkanku?" Orang itu menaiki alisnya sebelah.

"Tidak." Elak Yasmin. "Aku hanya tidak mau mati konyol karnamu. Jika kau mati, jangan mengajak-ngajak orang!" Kata Yasmin dengan sarkatis.

Bukannya merasa bersalah, orang itu malah tersenyum melihat Yasmin, melihat jaket hitam yang Yasmin gunakan lebih tepatnya. "Jaket yang bagus, aku senang kau memakainya," Gumam orang itu.

Yasmin melirik jaket hitam yang ia kenakan sesaat, ia baru sadar jika ia memakai jaket hitam milik David. "Jangan mengalihkan pembicaraan, David," Yasmin membuka jaket hitam yang tadi ia kenakan, lalu memberikannya pada David.

Dokter Dion turun dari mobil, pria itu berjalan dengan cepat menghampiri Yasmin. David menatap dengan sorot mata tidak suka saat melihat orang yang menghampiri Yasmin itu, David muak melihat mukanya.

"Pagi, Pak David," Sapa Dokter Dion. "Sebenarnya ada apa ya? Hingga Pak David menghalangi jalan saya?"

"Saya tidak suka anda berangkat bersama Yasmin," Jawab David to the point dengan nada dingin.

"Kenapa kau mengatur-ngatur hidupku? Itu hakku kalau aku ingin berangkat dengan siapa saja," Cetus Yasmin tak terima

David melempar tatapan dingin kearah Yasmin, "Aku tidak suka kau dekat oleh pria manapun," Kata David dengan nada dinginnya lagi.

"Sayangnya aku tidak perduli," Yasmin tersenyum, lalu mengajak Dokter Dion untuk kembali ke mobil.

"Kau mau kemana?" David menahan tangan Yasmin sesaat, tetapi dokter cantik itu menghentakkannya hingga terlepas. "Kau harus berangkat bersamaku," Kata David lagi.

"Itu bukan urusanmu," Jawab Yasmin. "Dan, aku tidak suka paksaan," Yasmin menekan kalimatnya. Dokter cantik itu berjalan meninggalkan David begitu saja. Mobil sedan putih itu melaju melewati David. David terdiam sesaat, lalu ia kembali masuk ke mobilnya. Mobil Ranger Rover miliknya itu melaju dengan cepat.

×××

Manhattan, New York, USA.

Wanita blonde yang mengenakan blezzer hitamnya itu melangkah jalan di koridor New York University yang cukup ramai oleh orang-orang, mata coklatnya tak berhenti melirik, ia tampaknya sedang mencari seseorang. Banyak pasang mata yang memperhatikannya, apalagi para pria. Wanita berambut blonde itu berhasil menghipnotis para pria yang menatapnya. Ia memberhentikan langkah kaki jenjangnya yang terbalut heels hitam yang elegant, wanita itu membuka mulutnya senang melihat sosok yang dicari telah muncul dihadapannya, seorang pria yang mengenakan tas ransel hanya sebelah saja. "Frans!"

Frans Adiwijaya, ia merupakan adik kandung dari David Adiwijaya. Frans tengah menempuh kuliah S1-nya di New York University, sebentar lagi ia akan berada disemester akhir. Pria itu tak kalah tampan dari kakaknya, David. Frans memiliki rahang yang lebih tegas dan wajah yang lebih garang daripada David. Pria itu juga mewarnai rambutnya menjadi coklat.

Wanita berambut blonde itu berlari kecil menghampiri Frans yang tengah berjalan di loronh kampus. Ia memeluk Frans sesaat. "Kau tak perlu berteriak, aku sudah bisa melihatmu, Becca." Ujar Frans.

Becca Marie Roxie, wanita cantik yang memiliki rambut blonde. Ia merupakan CEO dari Roxie's Crop, perusahaan yang bergerak dalam bidang fashion dan kecantikan terbesar di Amerika. Becca merupakan kekasih dari Bagas Antonio, pria yang terobsessi dengan sebuah PlayStasion itu. Mereka telah menjalin hubungan selama dua tahun lamanya.

Becca tertawa sembari melepaskan pelukannya dari Frans. Mereka berdua memang sangat dekat, layaknya sepasang sahabat. Sebelum David dan Bagas kembali ke Indonesia, mereka berempat sebenarnya sering sekali berkumpul bersama untuk menghabiskan waktu luang, yang seperti diketahui mereka tergolong orang-orang yang sibuk, jadi jika sudah sekali bertemu, mereka bisa menghabiskan berjam-jam untuk berbincang-bincang dan bercanda.

"So, ada apa kau menemuiku dikampus malam-malam seperti ini?" Frans bertanya, mereka masih di koridor kampus.

"Kau harus ikut denganku," Kata Becca, membuat Frans mengernyitkan dahinya. "Kau libur 'kan?"

Frans mengangguk. Frans memang mengambil cuti libur dari kampusnya selama bulan, ia ingin bersantai terlebih dahulu sebelum memasuki semester akhir kuliah nanti. "Ingin kemana?" Tanya Frans yang masih tidak mengerti.

"Simpan pertanyaanmu itu, sekarang ikutlah denganku, mengerti?" Belum sempat Frans menjawab, Becca telah menarik tangan Frans keluar dari kampus, lalu memasuki pria berambut coklat itu kedalam mobil.

×××

"Kau tahu. Saat mendengar ceritamu dulu, ku pikir David adalah pria yang menyebalkan," Ujar Rina.

"Dia memang pria yang menyebalkan," Sahut Yasmin. "Tapi, sekarang ia telah berubah, hum... sedikit lebih menyenangkan." Dokter cantik itu tersenyum tipis mengingat kebaikan-kebaikan yang telah David perbuat padanya.

"David menyukaimu, ya?" Tanya Rina pelan. "Terlihat dari perilakunya kepadamu yang sangat berbeda."

Yasmin menggeleng, "Aku tidak tahu," Dokter Cantik itu agak menunduk.

"Tidak tahu atau tidak mau tahu?" Rina mengangkat kepala Yasmin pelan, menyuruhnya untuk menatap matanya. "Jika benar David mencintaimu, jangan sia-siakan dia,"

Dokter cantik itu sedang berada di ruang praktek, ia sedang duduk dikursi kerjanya. Tangan Yasmin tak ada hentinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja, pikirannya penuh dengan kalimat-kalimat yang Rani ucapkan tadi pagi, saat ia terbangun.

Pintu kerja Yasmin terbuka dengan cepat, munculah seorang wanita berseragam suster, ia mengatakan bahwa ada seorang pasien yang butuh pertolongan, tetapi Dokter yamg berjaga di UGD entah kemana. Dengan cepat Yasmin bangkit dari duduknya, dokter cantik itu mengambil jas dokternya yang tersampir dibangku kerjanya dengan cepat, lalu memakainya seraya berjalan ke UGD.

Pintu UGD terbuka lebar, Yasmin masuk kedalam dengan langkah cepat. Seorang wanita terbaring tidak sadarkan diri diranjang, wajahnya pusat pasi.

"Dia gagal ginjal, Dok." Ujar seorang suster yang berada disebelah Yasmin. Yasmin menoleh sesaat, lalu kembali lagi menatap wanita yang terbaring itu. Yasmin mulai memeriksa wanita itu, memastikan bahwa dia baik-baik saja.

Yasmin keluar dari UGD, mencari keluarga dari wanita tersebut. Muncul seorang pria yang menanyakan keadaan wanita itu dengan nada khawatir.

"Kau keluarga dari Shakira?" Tanya Yasmin.

Pria itu mengangguk cepat, "Ya, saya keluarganya. Saya kekasihnya," Sangat terlihat jelas bahwa pria ini mengalami ketakutkan sekaligus panik.

"Shakira membutuhkan donor ginjal secepatnya," Ujar Yasmin.

"Biar saya yang mendonorkan ginjal untuk Shakira. Saya tidak mau kehilangannya, Dok," Ujar pria itu sedikit bersedih. "Saya telah menyia-nyiakan Shakira, dan sekarang saya sadar. Saya mau menebusnya sekarang, dengan cara mendonorkan ginjal saya,"

"Kau yakin?" Tanya Yasmin lagi.

Pria itu mengangguk mantap, "Lakukan sekarang, Dok. Saya tidak mau terjadi hal buruk dengan Shakira." Ucapnya.

Yasmin mengajak pria itu masuk kedalam UGD. Sebelum melakukan operasi donor ginjal, pendonor terlebih dahuludi check kesehatan dan ginjalnya, tapi bukan Yasmin yang melakukan itu semua, itu bukan keahliannya. Yasmin menyuruh suster untuk memanggil dokter spealis ginjal agar menangani wanita tersebut. Tidak lama datanglah Dokter Noah, dokter spesialis ginjal. Yasmin menyerahkan wanita itu tersebut kepada Dokter Noah.

Yasmin berdiri disamping Dokter Noah yang tengah memeriksa pria yang ingin mendonorkan ginjal untuk kekasihnya itu. Entah kenapa melihat keadaan pasien gagal ginjal ini, mengingatkan Yasmin pada perkataan Rina tadi pagi. Terbesit juga kejadian kurang mengenakan tadi pagi saat David menjegat mobil Dokter Dion. Yasmin berbicara terlalu ketus, sedangkan David sangat baik padanya.

Sebenarnya Yasmin sadar jika David memiliki perasaan padanya, tetapi dokter cantik itu memilih seakan pura-pura tidak tahu. Yasmin bingung jika suatu saat nanti ada pria yang menyatakan cinta kepadanya lagi, ia tidak bisa menjawabnya nanti. Kenangan buruk masa lalu membuat Yasmin menutup diri pada pria dan takut untuk memulai hubungan.

"Uhm, Dokter Noah," Yasmin memanggil Dokter speasialis ginjal tersebut. "Aku pergi dulu, ya,"

Dokter Noah mengangguk pelan, lalu tersenyum.

Yasmin melangkahkan kedua kakinya keluar dari ruang UGD. Tangan mulus itu sibuk mencari kontak David pada ponselnya, Yasmin berniat ingin menghubungi pria itu untuk meminta maaf atas kejadian pagi tadi, karna Yasmin terlalu ketus padanya.

David (annoying guy)

Itulah nama kontak David di ponsel Yasmin. Dokter cantik ini hendak menelfon David tetapi tertahan saat Dokter Stella memanggilnya, wanita itu terlihat sedikit panik.

"Kau kenapa, Dokter Stella?" Tanya Yasmin bingung melihat temannya panik seperti itu.

"Dokter Dion dipecat," Ujar Dokter Stella. Yasmin membulatkan matanya, ia terkejut mendengarnya.

"Bagaimana bisa? Dia melakukan sebuah kesalahan?" Tanya Yasmin beruntun.

Dokter Stella menggeleng, "Aku tidak tahu kenapa Dokter Dion dipecat. Aku hanya mendengar keributan di ruang praktek Dokter Dion. Pak David dan Pak Arifin juga ada disana."

×××

"Pak, apa tidak bisa dipertimbangkan lagi? Dokter Dion adalah salah satu dokter terbaik yang kita punya," Ujar Pak Arifin. Pria itu tidak rela jika Dokter Dion benar-benar dipecat.

"Tidak ada yang perlu saya pertimbangkan." Kata David dingin, sorot matanya tajam. Pria itu tengah memperhatikan Dokter Dion yang berada dihadapannya dengan tatapan sinis.

Pak Arifin menatap atasannya dengan bingung, secara tiba-tiba saja David ingin memecat Dokter Dion tanpa alasan, padahal dokter tersebut tidak memiliki kesalahan. Dokter Dion yang berada dihadapan David hanya bisa terdiam, tetapi matanya menatap David tajam. Mereka berdua saling mengadu tatapan tajamnya itu.

"Dokter Dion pantas untuk bekerja disini," Suara wanita terdengar tiba-tiba, membuat semua orang yang berada di ruangan praktek Dokter Dion menoleh. Yasmin muncul dibalik pintu, Dokter cantik itu berdiri disana dengan amarah terpancar dari kedua bola matanya.

Yasmin menggerakkan kedua kakinya masuk, suara heelsnya memecahkan keheningan sesaat itu. Dokter cantik itu menghampiri David, mereka saling berhadapan sekarang. "Dia adalah seorang Dokter yang profesional. Dokter yang tidak mencampuri urusan pribadi dengan pekerjaannya, tidak seperti dirimu," Ujar Yasmin dengan nada lembut tetapi menusuk.

Pak Arifin yang melihat kejadian ini memilih untuk keluar dari ruangan, sepertinya mereka butuh privasi. Para Dokter dan suster berkumpul didepan ruangan praktek Dokter Dion, mereka ingin tahu apa yang terjadi didalam sana. Dokter Stella menjadi bagian disana.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Pak Arifin saat keluar dari ruangan praktek Dokter Dion, lalu melihat kerumunan yang terjadi didepan pintu. "Semua kembali bekerja!" Pak Arifin membubarkan kerumunan itu.

"Kau memecat Dokter Dion dengan alasan apa? Huh? Dia membuat kesalahan?" Yasmin maju beberapa langkah menantang. "Jawab?!"

David diam, tidak menjawab. Pria itu tidak berani menatap mata Yasmin.

"Tadinya aku ingin menghubungimu untuk meminta maaf atas kejadian tadi pagi. Ku kira kau telah berubah, Vid. Berubah menjadi pria dewasa yang tidak berperilaku semena-mena lagi dengan bawahanmu," Yasmin menatap David dengan tatapan kecewa. "Ternyata aku salah, kamu tidak berubah. Bahkan sekarang? Kau memecat bawahanmu karna urusan pribadi? Kau sungguh tidak profesional, semena-mena, dan menyebalk--,"

"AKU TIDAK SUKA KAU DEKAT DENGAN DIA!" David memotong pembicaraan Yasmin. Pria itu berteriak, matanya penuh harapan. "AKU SUNGGUH TIDAK SUKA!" David juga ikut maju beberapa langkah mendekat kearah Yasmin, mereka saling menatap. Ada mata kekecewaan dimata Yasmin, dan ada juga mata penuh harapan dimata David. Sedangkan Dokter Dion, pria itu hanya diam menyimak apa yang terjadi.

"Jika kau ingin bersaing, BERSAINGLAH SECARA SEHAT! Jangan seperti ini! asal memecat orang karna perasaan egoismu itu!," Yasmin menunjuk-nunjuk dada David. Dokter Dion mencoba melerai, pria itu menenangkan Dokter cantik itu.

"Biarkan saja, Yasmin. Saya akan berhenti kerja dari rumah sakit ini. Nanti saya bisa membuka praktek sendiri," Kata Dokter Dion mencoba merendam amarah Yasmin.

"Tidak ada yang perlu berhenti kerja," David bersuara dingin. Pria itu menatap Yasmin dalam-dalam. "Kau benar, Yasmin. Aku ini pria yang suka semena-mena dan menyebalkan." Billioniare itu tertawa masam. "Aku akan bersaing secara sehat, seperti katamu." Pria itu tersenyum.
Atau bahkan aku hilang dari kehidupanmu.

Pak Arifin sedang asik mendengarkan perdebatan didalam dengan telinganya yang ditempelkan ke pintu, pria itu miris saat David berbicara seperti itu.

"Rumitnya..." Dokter Stella tiba-tiba bersuara, membuat Pak Arifin menoleh dengan cepat.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Pak Arifin. "Bukannya bekerja!"

"Bapak sendiri ngapain disini?" Dokter Stella bertanya balik. "Ngupingin 'kan?" Pak Arifin kebingungan untuk menjawabnya.

"Ya, udah. Kita nguping sama-sama," Kata Pak Arifin, pria itu merasa terdesak tadi hingga akhirnya memperbolehlan Dokter Stella bersamanya. Dokter Stella tersenyum.

Mereka berdua terkejut saat pintu terbuka lalu muncul sosok David. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan sekarang. Tapi David tampak tidak peduli, pria itu hanya melirik Pak Arifin dan Dokter Stella sesaat, lalu ia pergi begitu saja.

"Terimakasih," Ujar Dokter Dion membuat Yasmin menoleh.

Dokter cantik itu tersenyum sesaat, "Tidak perlu berterimakasih. Kau pantas untuk dipertahankan." Yasmin melangkah keluar begitu saja meninggalkan Dokter Dion.

Senyum terlukis dibibir Dokter Dion, dokter speasialis anak itu senang Yasmin membelanya.

×××

Bagas menatap David dengan bingung, pria yang duduk diseberang Bagas itu tampak melamun dan tidak fokus. Mereka sedang rapat sekarang.

Rapat telah selesai, semua yang menghadiri rapat segera bergegas keluar dari ruangan, hingga tersisa hanya Bagas dan David. David masih duduk dikursinya, pria itu sedang memijat keningnya.

Bagas menghampiri David, "Lo kenapa, Vid?"

David berhenti memijat keningnya, ia sedikit mendongak untuk menatap Bagas, "I'm fine," David sekilas tersenyum. Pria itu bangkit dari duduknya, Lalu pergi meninggalkan Bagas tanpa kata-kata.

Bagas makin bingung melihat David, tidak biasanya David seperti ini. Pasti ada sesuatu terjadi yang Bagas tidak ketahui. Bagas melirik arlojinya sesaat, sudah pukul tiga sore. Senyum pria itu mengembang, "Waktunya bermain PlayStasion!" Gumam Bagas.

David berada diruangan kerjanya. Pikiran pria itu sangat kacau, sejak tadi ia tidak fokus bekerja karena memikirkan perkataan Yasmin. Ada rasa sedih dan kecewa yang David rasakan. Ia tidak menyangka jika Yasmin akan semarah itu saat David memecat Dokter Dion, bahkan dokter cantik itu membela mati-matian Dokter Dion.

David berfikir, apakah benar-benar tidak ada peluang untuk dirinya untuk mendapatkan Yasmin? Kenapa susah sekali meluluhkan hati wanita itu? Apa Dokter Dion benar-benar berkuasa dihati Yasmin? Entahlah, David rasanya ingin berteriak sangat kencang sekarang.

David akui, caranya tadi memang tidak benar. Karna David takut Dokter Dion semakin dekat dengan Yasmin, maka David memecat Dokter Dion tanpa alasan yang jelas. Tindakan David membuat semuanya makin rumit dan runyam. Begitu buruk pandangan Yasmin terhadap David yang dinilainya pria yang suka semena-mena dan menyebalkan, membuat David tersadar. Mungkin Yasmin tak pantas untuk David, ia tidak mau membuat Yasmin terganggu atas kehadiran dirinya.

"Jika kepergianku yang kau inginkan, maka aku akan lakukan," Gumam David sendiri.

×××

"Aku merasa kasihan saat melihat Pak David keluar dari ruangan Dokter Dion," Ujar Dokter Stella sembari menerawang.

Sedangkan Yasmin, Dokter itu tengah sibuk dengan laptopnya. Saat mendengar ucapan Dokter Stella, Yasmin memberhentikan gerakan tangannya pada laptop, "Tunggu, bagaimana kau tahu? Kau berada didepan pintu?" Tanya Yasmin menyelidik. "Jangan bilang kau menguping pembicaraan kami?"

Dokter Stella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu, wanita itu terkekeh pelan. "Maafkan aku," Ujar Dokter Stella, membuat Yasmin menggeleng-geleng. "Aku terlalu penasaran tadi. Lagi pula, bukan hanya aku doang kok. Tadinya semua orang berkumpul didepan pintu, karna penasaran, tetapi Pak Arifin mengusir mereka," Dokter Stella berdengus.

"Tapi, akhir-akhirnya Pak Arifin juga ikut menguping juga. Dasar," Lanjut Dokter Stella.

"Kalian semua sama saja," Yasmin menggelengkan kepalanya lagi.

Dokter Stella kembali terkekeh pelan.

Terjadi keheningan sesaat diruangan praktek Yasmin itu. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. "Dokter Yasmin," Dokter Stella memanggil Yasmin pelan, membuat dokter cantik itu sedikit menoleh. "Bukan aku ingin ikut campur dengan urusanmu. Tapi... menurutku, tidak seharusnya kau seperti itu tadi,"

"Lalu aku harus bagaimana? Berdiam diri saja saat Dokter Dion dipecat dengan alasan yang tidak jelas?

"Bukan itu maksudku," Dokter Stella menggeleng pelan. "Setidaknya, jika kau ingin memarahi Pak David jangan didepan Dokter Dion. Itu sangat memalukannya, Yasmin. Pak David akan merasa rendah, sedangkan Dokter Dion bisa besar kepala nanti," Ujar Dokter Stella memberi nasihat.

×××

David memasuki rumah dengan langkah yang gontai, pria itu tampak tidak semangat dan putus asa. Beberapa pelayan menyapanya, tetapi tak ia hiraukan. David menjatuh tubuhnya ke sofa yang berada diruang keluarga, ia melempar jasnya dengan asal. Ia berdengus pelan, lalu memijat pelan keningnya yang terasa sedikit pening.

Bagas berjalan dari arah dapur menuju ruang keluarga, dimana David berada. CEO Antonio Group itu duduk disamping David sembari membawa se-box ice cream ditangannya. "Dapid, mau?" Bagas menawari David sembari menyendok ice cream ke mulutnya, pria itu melirik David.

David melirik sesaat Bagas,  "Gak," Jawan David singkat.

"Lagi dateng bulan, Mas? Galak amat," Tanya Bagas dengan nada meledek.

"Bukan dateng bulan," Jawab David.

"Terus?"

"KEHANTAM MATAHARI! Panas banget hati gue, kebakar!"

Bagas menempelkan box berisi ice cream pada dada bidang David. David mengernyit bingung. "Biar hati lo adem," Kata Bagas yang masih terus menempelkan box berisi ice cream itu.

David menatap Bagas dengan tatapan bingung dan aneh.

"Gak ada hubungannya!" David mendorong box berisi ice cream itu.

"Ada, ish! Biasanya pake teh botol ditempelin gitu biar adem," Ujar Bagas, sebagai korban iklan. Sedangkan David, menatapnya dengan takjub sahabatnya itu. "Tapi karna gak ada, jadi make ice cream aja," Ujar Bagas seraya memamerkan deretan gigi putihnya.

"Dasar korban iklan!" Desis David kesal.

"Tuh, kan, masih panas. Sini, sini, gue buat hati lo adem lagi," Bagas hendak mendekatkan box ice cream ke dada David, tetapi di tepis oleh David.

"Gak perlu!"

"Ish, galaknya, Mas Dapid," Bagas meledeknya lagi. "Kalau galak gini, Mas Dapid makin ganteng deh," Kata Bagas seraya cekikikan dan menyendok ice cream-nya lagi.

David bergidik geli mendengarnya, "Jijik gue dengernya!" Omel David, membuat Bagas tertawa puas. "Lo cepet balik ke New York, gih! Gue takut lo jadi gay nanti, gara-gara udah lama gak ketemu Becca,"

Bagas tertawa terbahak-bahak.

"Aku merasa terpanggil,"

Sontak David dan Bagas menoleh cepat kesumber suara, pintu utam rumah ini. Seorang wanita berambut blonde telah berdiri disana. Siapa lagi Bagas terkejut bukan main melihat siapa yang datang, ia hampir menyemburkan ice cream yang berada di mulutnya itu.

"Becca?" Bagas terkejut.

"Ada bule nyasar malem-malem," Gumam David pelan. Bagas mendengar itu.

Becca berjalan cepat menuju David dan Bagas, senyumannya terus berkembang.

"Panjang umur, baru di omongin langsung nongol orangnya," Gumam David lagi.

Becca memeluk Bagas sesaat yang masih memegang box ice cream ditangannya dengan wajah yang sedikit terkejut itu, "Wajahmu kenapa? Kau tidak suka aku kemari?" Tanya Becca.

"Tidak," Bagas menggeleng cepat. "Aku senang kau datang, aku hanya sedikit terkejut," Bagas tersenyum

"Alasan," Cetus David.

Bagas melirik David sinis, ia menyenggol sikutnya dengan kencang. David tertawa.

"By the way,  kau kemari hanya sendiri? Bagaimana kau tahu rumah David? Sebelumnya 'kan kau tak pernah kesini," Ujar

"Siapa bilang aku kemari sendiri?"

"Lalu?" Bagas bertanya.

Becca menoleh kearaah pintu utama, David dan Bagas mengikuti arah sorot mata Becca. Di pintu utama terlihat seorang pria yang tengah kesulitan membawa tiga buah koper besar, pria itu menarik-narik koper tersebut masuk. Sepertinya pria itu sadar jika ia diperhatikan, "Tidak ada yang berniat untuk membantuku?" Sindir pria itu.

David dan Bagas lagi-lagi dibuat terkejut melihat siapa yang datang. Senyum David berkembang, melihat adik satu-satunya itu pulang dari New York. Dia adalah Frans Adiwijaya.

"Astaga, kau sudah jadi bocah ingusan dengan tubuh besar sekarang!" Ujar Bagas seraya terkekeh dan menghampiri Frans.

"Aku baru saja datang. Sudah di hina saja," Cibir Frans kesal. Bagas tertawa melihat reaksinya.

David menghampiri Frans, kakak beradik itu saling berpelukan. Jujur, David sangat merindukan Frans. Hampir sebulan lamanya mereka tidak bertemu, saling memberi kabar saja jarang, karna kesibukkan mereka masing-masing.

Mereka duduk di sofa yang berada di ruang keluarga, mereka juga berbincang-bincang singkat diselingi tawa karna ulah Bagas dan Frans. Kedua pria itu jika dipertemukan akan membuat siapa saja tertawa dan geleng-geleng kepala melihat kelakuannya. Berbeda dengan yang lainya, David hanya tersenyum kecil melihat lelucon Bagas dan Frans buat. Sebisa mungkin pria itu tersenyum, walau susah sekali mulutnya itu mengukir senyuman. Pikirannya masih melayang-layang entah kemana. David memutuskan untuk pergi kekamarnya, meninggalkan mereka semua.

"What's going on?" Tanya Becca seraya menatap David yang memasuki lift. "Tidak biasanya David seperti itu,"

Frans menganggukan kepalanya setuju. "Benar. Dia tampak murung,"

Bagas menggedikan kedua bahunya seraya memakan ice creamnya yang sudah mulai mencair. "Aku tidak tahu. Sedari tadi di kantor dia sudah seperti itu."


Becca Marie Roxie

Frans Adiwijaya

June 2 2020.

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 43.2K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
22.1M 2.2M 78
∆Follow dulu sebelum Membaca!∆ "Saya akan bayar berapapun asal kamu mau jadi pengasuh saya." "Eh??" "E-em maksud saya, jadi pengasuh anak saya." Mula...
2.1M 10.1K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
3.1M 157K 44
Aluna seorang Mahasiswa di salah satu universitas ternama di Jakarta paras yang cantik bak bidadari mampu membuat siapapun tergila-gila padanya bahka...