HIDDEN [Dark Series IV] [End]

By BlueSkyLina

101K 11K 1.2K

Jeny pikir hidupnya sekarang akan berubah. Dengan memiliki Ayah dan juga kakak baru. Rumah yang megah dan kei... More

I. New Family
II. Sesuatu Dibawah Kursi
III. Luna
ATTENTION PLEASE!
IV. Sekolah Baru
V. F4 Rasa Lokal
VI. Bitch VS Queen Bitch
VII. Jepit Rambut Kupu-kupu
VIII. Lihat diatasmu!
IX. Ambigu
X. Mimpi Aneh
XI. Rumah Sakit
XII. Dibalik Nyata
XIII. Benda yang Tertinggal
XIV. Nightmare
XV. Nightmare 2
XVI. Pertengkaran Kesekian
XVII. Chat
XVIII. Pertukaran Dua Raga
XIX. A Kiss In The Twilight
XX. Balas Dendam Ala Jeny
XXI. Test Pack
XXII. Sahabatku, Marta
XXIII. Edisi Jilid Pertengkaran Sampai Mampus
XXIV. Aksa Si Misterius
XXV. Badut Si Pembunuh
XXVI. Persetujuan Galang
XXVIII. Manusia Patung
XXIX. Menyusun Rencana
XXX. Permainan Dimulai
XXXI. Lonely Night
XXXII. Kematian Marta
BUKU HITAM
XXXIII. Hilang
XXXIV. Where Are You Jeny? (I)
XXXV. Where are you Jen? (II)
XXXVI. Finding You
XXXVII. The Battle

XXVII. Hari Hilangnya Luna

1.8K 285 25
By BlueSkyLina

Jeny membuka mata. Di jumpainya papan tulis. Dahinya mengernyit. Ia menoleh ke sekitar. Susunan bangku-bangku dan deretan meja sekolah. Dan dia duduk sendirian di salah satunya. Tunggu, bukannya tadi malam dan ia sedang rebahan di kasur? Apa ini mimpi lagi? Oh, sial!

Ia melirik ke jendela. Langit ditumpahi mendung gelap namun masih ada cahaya untuk melihat. Angin bertiup kencang sesekali menghentak daun jendela. Hujan lebat meraung-raung di luar sana. Kemudian menatap ponsel yang berkedip di atas meja. Dilihatnya. Ada pesan dari Galang.

Galang : Tunggu disana, nanti ku jemput. Aku lagi mengisi bensin.

Galang terlihat sedang mengetik. Lalu muncul satu pesan baru.

Galang : Disana ada siapa?

Jeny melihat sekeliling. Kemudian ke ponselnya. Jarinya otomatis mengetik meskipun ia tidak memerintahkannya. Ini pasti Luna.

Tidak ada siapapun.

Galang : Sayang, kamu nunggu dimana?

Dahi Jeny mengernyit jijik. Tapi, tangan Luna tetap mengetik.

Di kelas.

Galang : Tunggu di hall sekolah saja.

Iya.

Galang : Aku sudah ngisi bensin. Sekarang mau kesana.

Hati-hati.

Galang : Iya, kamu hati-hati juga disana, sayang.

Sumpah, saat ini Jeny ingin muntah. Keinginannya tentu tak terlaksana. Karena ini tubuh Luna. Dan si empunya sedang berjalan keluar kelas. Ditemani guyuran air hujan yang berisik mengenai genting sekolah.

Sekolah sangat sepi. Nyaris tidak ada lagi kegiatan disini. Tidak ada anak-anak ekstrakurikuler. Sepertinya mereka semua sudah pada pulang. Wajar sih, ini sudah pukul lima sore. Lampu belum dihidupkan jadi penerangan satu-satunya dari langit walaupun tidak seterang matahari, ia masih bisa melihat jalan. Angin berderu-deruh melewati tubuhnya menimbulkan gigil dingil. Terasa sangat nyata sekali, Luna yang mengalaminya, ia juga merasakannya seperti hidup dalam tubuh yang sama.

Saat asyik memandangi ponselnya, melihat bagaimana Galang dan Luna berbalas pesan. Dia merasakan ada yang mengikutinya. Untuk memastikannya, ia berjalan pelan. Pikirannya memusat. Terdengar suara langkah kaki dibelakang. Kakinya berhenti. Tapi, suara langkah kaki itu tetap berjalan. Sontak kepalanya menoleh.

Dan ia bernapas lega ketika melihat Lisa berjalan menunduk melaluinya. Gadis itu berjalan cepat-cepat seperti dikejar sesuatu. Namun, pandangannya terus tertunduk. Kasihan. Ini gara-gara Marta membullynya. Dia kehilangan rasa percaya diri dan takut pada namanya sosial. Hal biasa yang sering dijumpai anak insecure. Benar sih, jika ada pepatah sekolah adalah neraka beberapa yang lain.

Jeny menatap langkah didepannya lagi. Ternyata masih ada orang. Semoga masih ada orang lain lagi walau tidak terlihat dari luar sini. Ia melanjutkan langkah. Sampai didepan gerbang, ia dibuat kaget. Gerbangnya tergembok. Pos Satpam yang berjaga di depan kosong. Dimana Satpam yang biasa berjaga?

Luna mengguncang gerbang yang hanya berhasil sia-sia. Membentur-benturkan gembok besar itu ke besi pagar seraya berseru berharap diluar sana ada yang mendengarnya. Tapi nihil. Matanya mendongak, gerbang itu sangat tinggi mustahil dinaiki dengan ia mengenakan rok begini. Ditambah lagi ujungnya yang runcing. Pikirannya mencari alternatif lain.

Oh ya, Galang!

Galang, gerbang sudah dikunci. Aku terjebak di dalam. Pak Satpamnya tidak ada.

Ceklis dua. Namun, belum terbaca. Semenit. Dua menit. Jeny melihat Luna mengetik lagi.

Galang, kau masih di jalan?

Tiga menit. Lima menit. Jeny bisa merasakan kerisauan Luna. Luna mendongak sambil menghembuskan napas. Ia melirik sekitarnya. Apa tidak ada orang didalam sana lagi?

Tetap disini tanpa kepastian atau masuk kembali ke dalam mencari sesuatu disana atau syukur-syukur menemukan seseorang?

Luna memilih masuk ketika firasat tak enak menghinggapi benak Jeny sedari tadi. Hanya perasaannya saja atau hal lain, ia merasa ada yang mengamatinya sedari tadi. Matanya menatap salah satu jendela kelas di atas, dimana gorden berkibar-kibar dan lampu menyala terang di kelas itu. Lalu menunduk lagi. Mungkin hanya perasaannya saja. Luna berjalan masuk.

Bulu di tengkuk Luna terus meremang. Mata Luna mengawasi sekitar lalu handphonenya berulang kali. Sementara Jeny menyumpahi Galang berkali-kali.

Kaki Luna berhenti manakalah dilihatnya hal ganjil. Satu persatu lampu di kelas mati. Dari lantai atas merambat ke lantai dua. Tubuhnya segera berbalik, melangkah cepat sekaligus hati-hati karena lantai licin kembali ke tempat awal. Lebih baik menunggu Galang di Gerbang.

Belum lama ia berjalan, hal menakutkan justru sudah menunggunya didepan sana. Suara petir menyambar diiringi kilat yang menerangkan menambah kengerian di wajah Luna. Napasnya tercekat seiring gemuruh didadanya yang berdetak-detak.

Seorang pria yang memakai topeng badut. Namun, kedua tangannya kosong. Tidak seperti terakhir ia lihat. Tapi tetap saja, ketakutannya tidak berkurang sedikit pun.

"Siapa kau?"

Akhirnya, Jeny mendengar suara Luna walau gemetar.

Bukannya menjawab sosok itu malah tertawa terbahak sampai kepalanya terdorong ke belakang.

Ia merasakan Luna mulai mengambil langkah mundur. Gadis itu menatap sekeliling, dan melihat ada cctv di dekatnya namun tidak sampai menyentuh jarak sosok itu. Ternyata sosok itu melihat ke arah yang sama. Itu sebabnya suara tawanya tak terdengar lagi.

Sosok itu menaruh telunjuknya didepan bibir dan menggerakkan ke kiri dan ke kanan. Sebanyak tiga kali.

Jeny terfokus pada cincin putih di jari tengah pria bertopeng itu. Coraknya tak asing.

"Hentikan! Berhenti melakukan ini padaku! Aku akan melaporkanmu ke polisi!"

Jeny melihat sorot dingin di kedua lubang topeng itu. Yang tadi melengkung jenaka sekarang menusuk. Sosok itu bergerak. Luna berlari sambil mengangkat handphone. Mendial nomor Galang. Tidak aktif. Ia menekan tiga angka penting di layar handphone-nya.

"Selamat sore menjelang malam, anda berada di pusat bantuan 122. Dengan siapa saya bicara?"

Luna menengok ke belakang, "polisi. Tolong kirimkan polisi sekarang." Ia berbelok dan terus berlari.

"Apa anda berada di situasi darurat?"

"Ya! Seorang psikopat sedang mengejarku sekarang!"

"Apa dia bersenjata tajam?"

"Tidak."

"Dia melakukan tindak kekerasan?"

"Tidak, tepatnya belum. Jika anda tidak mengirimkan polisi sekarang juga mungkin kejadian itu tidak akan lama lagi?!"

"Baik, dengan siapa ini?"

"Luna."

"Ok, Luna. Kami berharap kamu mencari tempat aman dan bersembunyi darinya selama polisi pergi ke tempatmu. Bisa sebutkan alamatmu dimana?"

"Alamat ..." Deruh napas Luna nyaris putus ketika seisi sekolah padam. Tanpa penerang. Suara petir menyambar-nyambar. Berisiknya bunyi hujan.

"Se--- Tuk!"

Handphone-nya jatuh. Tubuhnya terseret mundur kebelakang membentur dada seseorang. Mulutnya di bekap kencang. Satu lengan pria itu menahan badan Luna.

Ia di seret paksa berjalan. Jeny merasa sakit, sesak dan marah yang tidak bisa diungkapkan. Sementara Luna terus memberontak ingin lepas bersama air mata membasahi pipinya.

Saat melewati deretan pintu kelas yang padam. Matanya menangkap seseorang dari balik jendela salah satu kelas disana. Mata mereka sempat bertemu ketika sosok itu mengintip. Marta. Jeny dan Marta membelalak. Sedangkan Luna memberi isyarat permohonan dengan matanya.

***
31 Mei 2020
Vote dan komen ya 😉

Bantu baca juga dong di fizzo kalau yg ada aplikasi fizzo, baca dan komentar ceritaku di sana Black Sugar. Saling review juga nggak apa2, nanti aku komen balik cerita kalian di sana setelah baca dan komentar cerita aku.

Oh iya cerita ini sudah bisa dibaca di KBM atau karya kasra, disana sudah sampai tamat dan ada extra part-nya. seperti biasa ya, aku bakal update di sini sampai tamat aja :)

Continue Reading

You'll Also Like

29.3K 781 53
Sebelum baca cerita ini lebih baik baca cerita orang tuanya dulu ya, biar gak bingung nanti. Jangan lupa follow, komen dan votenya. See you. JANGAN...
16.4K 912 16
Di tengah kontroversi tentang laki-laki yang memiliki rahim, seorang pemuda terkejut saat hasil tes medisnya menunjukkan kondisi langka tersebut. Sem...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

8.4M 585K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
287K 19.9K 34
Disatukan dengan murid-murid ambisius bukanlah keinginan seorang Keyla Zeara. Entah keberuntungan apa yang membuat dia mendapatkan beasiswa hingga bi...