The Twins ✓

By kimjinieya__

97.8K 11K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 8

3.4K 383 33
By kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Dua minggu berlalu setelah pertemuan Jieun dan Seokjin di Rumah sakit.

Kini sikap Seokjin semakin menjadi. Dingin, pendiam dan acuh. Setelah dirinya mengingat kejadian kelam keluarganya dan yang ternyata Kakaknya menghilang entah ke mana saat itu. Bahkan sampai sekarang anak itupun tak pernah menunjukkan batang hidungnya di hadapan sang Kakak.

Seokjin hanya akan berbicara atau menjawab sekenanya saja pada orang terdekat. Terlalu malas untuk mengeluarkan kalimat panjang dari mulutnya.

Selama ini juga Seokjin sudah tak lagi tinggal di kediaman Kim melainkan tinggal di Apartemennya. Ia menuruti apa perkataan Ibunya yang mengusir dirinya dari rumah. Tak perduli ia masih dianggap Anaknya atau tidak.

Dan kini Seokjin tengah berada di taman kampus. Memandang beberapa Mahasiswa dan mahasiswi yang sedang bercengkrama. Hari ini ia memaksa untuk masuk kuliah tanpa hambatan. Meski keenam sahabatnya mencegahnya untuk masuk kuliah.

Ia duduk sendirian di temani sebatang nikotin di tangannya yang ia sesap dan hembuskan asapnya melalui mulutnya. Ia ingat jelas apa yang dikatakan Jieun padanya saat ia bangun dari pingsan.

Namun beberapa menit kemudian tangannya terhenti ketika mendengar suara menyambar dari belakangnya.

"Berhenti merokok Jinie-ya. Itu tidak sehat untuk tubuhmu."

Tanpa menolehpun Seokjin sudah tahu jika suara itu adalah suara kembarannya. Hanya anak itu yang selalu memanggilnya 'Jinie'. Tidak ada yang lain.

Ia kembali menyesap batang nikotin itu. "Untuk apa kau menemuiku?" tanyanya ketus.

Lelaki yang merupakan saudara kembarnya melangkah mendekati dirinya namun tidak duduk di sampingnya. Karena asap rokok itu. Seokjin hanya sekedar melirik lantas kembali menatap beberapa orang di depannya.

Seokjun menatapnya lekat. "Apa kabarmu, saeng? Kita sudah tidak saling berbicara dan bertemu satu sama lain selama dua hari. Apa kau tak merindukan Hyungmu ini hm?" tanyanya lembut.

Yang ditanya tak langsung menjawab. Seokjin mematikan rokok itu terlebih dahulu dan berdiri. Melangkah menghindari Seokjun dari arah sebaliknya.

Tanpa menatap Seokjin menjawab, "Aku tidak pernah merindukan siapapun. Kau, Eomma ataupun Abeoji." tekannya saat menyebut 'Abeoji'.

"Jinie-ya..."

"Jangan pernah panggil aku dengan nama itu lagi. Rasanya sangat menjijikkan kau tahu!" dengusnya dingin.

Seokjun menggeleng. "Aku akan tetap memanggilmu Jinie, karena kau adalah adik kecilku yang nakal." balasnya.

"Cih! Itu dulu. Sekarang aku bukan Adik kecilmu lagi, Kim Seokjun-ssi." bantahnya. Seraya berlalu.

Tatapan Seokjun menyendu ketika kembarannya berlalu pergi dari hadapannya. Tanpa berpamitan. 'Kenapa sekarang Seokjin semakin dingin padaku?' batinnya.

Namun Seokjin tiba - tiba membalikkan tubuhnya menghadap saudara kembarnya. Dengan tatapan yang sangat datar. "Kita memang satu kampus, dan mungkin kita akan sering bertemu. Tapi aku minta tolong padamu, sebisa mungkin berikan jarak sejauh mungkin dariku. Terima kasih!" pesannya ketus. Lalu berbalik lagi dan berlalu.

Meninggalkan sosok saudara kembarnya yang menatap punggung Seokjin lesu. Sesakit inilah Seokjun rasakan. Perkataan Seokjin pada dirinya sangat terasa menyakitkan relung hatinya. Tak menyangka perubahan Seokjin akan sejauh ini padanya. Perlakuan kedua orang tuanya membuat Seokjin benar - benar berubah.

Puk

Saking asiknya melamun Seokjun terlonjak kaget ketika merasa tepukan di bahunya. Ia menoleh dan mendapati sahabatnya tersenyum.

"Hei. Kenapa kau melamun? Anak itu semakin dingin kau tahu!" cebiknya sebal.

Seokjun terkekeh. "Junghwan-a, kau tak perlu khawatirkan aku. Anak itu memang sedingin itu bukan?" balasnya bertanya.

"Tapi bisakan tidak dengan menyakiti hatimu?" bisiknya pada diri sendiri.

Kening mengerut. Menatap lamat pada wajah Junghwan yang memandang arah lain. Seokjun sungguh tak mengerti dengan apa yang di katakan Lee Junghwan, sahabatnya.

"Kau bicara apa Hwan-a?"

Yang ditanya menggeleng. "Tidak ada. Lebih baik kita masuk sekarang," Segeralah Junghwan merangkul bahunya.

Junghwan menarik dirinya sedikit cepat hingga dirinya tergopoh - gopoh mengimbangi langkah besar sahabatnya ini. Mereka bergurau dengan kaki melangkah menuju kelas.

Ceklek

"Tuan Kim." panggil seorang Gadis yang menjadi Sekretarisnya.

"Hm?" dehamnya dingin.

'Ck! Dingin sekali!' batinnya. 'Tapi aku tidak perduli!'. Seraya melangkah menghampiri meja kerja Tuan Kim.

"Changryuk Oppa.." panggilnya lagi.

Pria yang di panggil Changryuk itu mendengus. Kepalanya mendongak dan menatap datar pada Sekretarisnya. "Nana, please. Don't ever call me with my real name in here! Aku tidak menyukai nama itu! You understand?!" tegasnya.

Mata Nana bergulir jengah. Selalu saja. Memanggil nama asilnya saja Changryuk akan semarah ini. "Oke. I'm so sorry." ujarnya malas.

Wanita bernama lengkap Im Jin-Ah yang biasa di panggil Nana ini mendudukkan dirinya di kursi depan meja kerja Tuan Kim. Menopang dagu dan memperhatikan sosok Tuan Kim yang sedang berkutat dengan kertas - kertas di hadapannya.

Ah!

Pasti masih ada yang bingung, siapa sebenarnya Tuan Kim di sini?

Melalui bayangan kenangan pahit Seokjin yang tiba - tiba muncul, sudah terlihat siapa sebenarnya Tuan Kim di sini.

Seharusnya Kim Changwook yang menjadi Tuan Kim di Perusahaan. Tapi semenjak kejadian kelam itu terjadi, Kim Changryuk yang menggantikan Tuan Kim di Kim's Corp dan memanfaatkan wajahnya yg sangat mirip dengan Changwook.

Changwook dan Changryuk adalah satu. Mereka kembar. Changryuk sudah menikah tapi Pria ini meninggalkan mereka tanpa sebab. Sudah memiliki Putra semata wayang. Sedangkan Changwook adalah Ayah kandung Seokjun dan Seokjin, juga Suami dari Park Minyoung. Namun Changwook meninggal karena di bunuh secara tragis oleh Adik kembarnya sendiri, Kim Changryuk. Dan sekarang Changryuklah yang menggantikan Kakak kembarnya menjadi Tuan Kim di Perusahaan Kim's Corp. Pria ini telah memanfaatkan wajah miripnya dengan Kakaknya untuk mengelabuhi semua orang. Dengan memerankan sebagai Suami dari Park Minyoung, Istri sahnya Kim Changwook. Terbukti Minyoung, Seokjun dan semua orang terkena tipu muslihatnya ini. Terkecuali Putri Sulungnya dan mungkin Seokjin juga.

Keluarga dari Kakak dan Adik duo Chang itu hanya tahu bahwa Changryuk sudah pergi dari Korea karena membenci keluarganya sendiri dan meninggalkan keluarga kecilnya. Mereka benar - benar telah terkelabuhi dengan skenario Changryuk yang menjadi Changwook di keluarga Kakaknya itu.

Jadi itulah sedikit penjelasan tentang Kim Changryuk dan Changwook.

Masih bingung? Ikuti aja terus ceritanya sampe selesai--

*Dan dari sini aku akan menggunakan nama Changryuk sampai di akhir cerita agar kalian gak bingung.

Merasa ada yang memperhatikannya, Changryuk mendongak. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya malas.

Bukannya menjawab justru bertanya balik padanya. "Apa kau tidak akan pulang Oppa?" balasnya.

"Aku lembur," jawabnya singkat.

Nana berdiri. Mengitari meja kerja Changryuk dan duduk di gagang kursi. Merangkulnya dengan posesif. "Mau aku temani?" godanya sambil mencolek dagunya.

Seakan tergoda dengan belaian Nana, ia mendongak dan tersenyum kemudian. "Tentu. Aku akan bersemangat jika kau menemaniku di sini." jawabnya.

"Lanjutkanlah.."

Changryuk kembali berkutat dengan kertas - kertasnya tanpa terganggu dengan belaian dan rangkulan posesifnya.

"Oppa.." panggulnya dengan suara menggoda.

"Hm?"

Gadis itu menunduk. Mensejajarkan bibirnya dengan telinga Changryuk. "Kapan kau akan mengambil alih Perusahaan ini?" tanyanya.

Dengan satu tarikan, sekarang Nana berada di pangkuan sang Lelaki. Tangan Changryuk terangkat membelai pipi lembut wanita di pangkuannya dan mengecup sekilas bibirnya.

"Kau tenang saja. Surat peralihan jabatan Kim's Corp telah kubuat dan tinggal satu langkah lagi untuk mengambil alih Perusahaan ini. Mencari Cap tanda tangan Changwook Hyung yang di simpan entah di mana olehnya. Hanya tinggal di cap dan setelah itu Perusahaan ini akan beralih ke tanganku."

Nana tersenyum begitu lebar. "Jadi kau hanya perlu tanda tangan Asli saudara kembarmu itu?" tanyanya.

"Ya. Kau benar, sayang. Jadi kau tunggulah sejenak. Aku akan mencari Cap itu sampai dapat dan setelah Jabatan ini beralih padaku, aku akan menikahimu."

"Gomawo!" serunya seraya memeluk erat tubuh Changryuk.

Namun Changryuk tak menyadari, bahwa wanita yang ada dipelukannya ini tengah mengeluarkan senyum smirk andalannya. Yang begitu berbeda dengan sikapnya di hadapan Changryuk.

'Bodoh!'

"Seokjin Hyung!" panggil Namjoon.

Pemuda itu melambaikan tangannya ketika melihat presensi sahabat tertuanya tengah melangkah menuju parkiran Kampus. Namjoon tidak sendirian, melainkan bersama Hoseok yang juga satu kampus dengan mereka.

"Hyung, bagaimana kalau kita berkumpul di Apartemenmu kali ini?" tanya Hoseok begitu sahabat tertua Bangtan sampai di hadapan keduanya.

Alis Seokjin terangkat sebelah. "Untuk apa? Hyung tidak pulang ke Apartemen hari ini." terangnya.

"Lantas akan ke mana Hyung?" Kini bergantian Namjoon yang bertanya.

Sambil berjalan ke mobil Sport miliknya Seokjin menjawab, "Ke Hotel Jieun Noona."

"Eh? Hyung sudah menerima kehadiran Jieun Noona?" heran Hoseok.

Seokjin menghela nafas. "Belum sepenuhnya. Masih ingin memantapkan hati Hyung jika bertemu dengannya." jawabnya. Kedua pemuda di hadapannya mengangguk mengerti.

"Kalau begitu Hyung pergi dulu. Katakan pada Yoongi jika hari ini Hyung tidak langsung pulang."

Hanya mengangguk sudah menjadi jawaban untuk Seokjin. Melihatnya membuat tangannya reflek membuka pintu mobil sportnya ke atas. Lantas dirinya masuk ke mobil tersebut. Meninggalkan kedua sahabatnya yang hanya diam menatapnya. Setelah itu Seokjin menjalankan mobilnya perlahan keluar dari kawasan kampus menuju Hotel tempat Kakaknya.

Selama di perjalanan, Seokjin hanya menyalakan MP3 dengan volume sedang. Melalui Bluetooth yang tersambung dengan Ponselnya. Ia hanya diam mendengarkan. Sesekali bersenandung santai dengan lagu R&B kesukaannya. Tepatnya lagu yang dipilih Yoongi untuknya. Jadi lagu itu menjadi kesukaannya

Tak butuh waktu lama, kini Mobil Seokjin telah memasuki kawasan Grand Walkerhill Seoul Hotel. Milik Kakak iparnya.

Seokjin keluar dari mobil. Mendongak dengan mata terus memandang Hotel tersebut. Gedung Hotel di hadapannya ini begitu besar dan indah. Apalagi lokasinya bertepatan dengan indahnya Sungai.

Menghela nafas sejenak. Memantapkan diri dan menetralkan kegugupan di hatinya. Lantas tungkai kaki tergerak melangkah memasuki gedung Hotel yang ada di depannya.

"Selamat datang di Grand Walkerhill Seoul Hotel!" sapa seorang wanita yang menjaga di resepsionis ketika dirinya sampai di sana dengan ramah.

Seokjin mengangguk. "Apakah Manager Kim Jieun ada di Hotel?" tanyanya.

"Ah... Manager Yeo? Sebentar. Akan saya cek sebentar." Yang diangguki Seokjin.

Sedetik kemudian Wanita itu menghubungi seseorang yang ia tahu bahwa orang itu adalah Kakaknya. Sepertinya Jieun ada di ruangannya?

"Maaf sebelumnya. Dengan siapa saya--"

"Kim Seokjin, Adiknya." potongnya.

Tidak sopan memang. Daripada Seokjin harus menunggu pertanyaan sepanjang sungai Han dari Wanita penjaga resepsionis ini.

Wanita di hadapannya hanya mengangguk dan kembali pada orang di seberang sana.

Tak lama Wanita ini menutup teleponnya dan menatap Seokjin dengan senyum ramahnya. "Manager Yeo ada di penthouse bersama Tuan Yeo, Suaminya. Anda bisa naik ke lantai paling atas. Di sanalah mereka tinggal." terangnya.

Sontak Seokjin mengangguk. "Baiklah. Terima kasih," ucapnya.

Tak perlu berlama - lama, Seokjin bergegas ke arah lift dan memasukinya. Menuju lantai paling atas sendiri. Di mana Penthouse Kakaknya berada. Tempat tinggal yang bisa Seokjin yakini adalah tempat termewah di Hotel ini.

Anggep aja di Hotel itu ada Penthouse ya--

Ting

Bunyi pintu lift terbuka, Seokjin segera keluar dari lift. Menelusuri lorong di koridor Hotel paling atas. Mencari di mana Penthouse Jieun berada.

"Aish! Aku lupa bertanya dengan wanita tadi di mana penthouse Jieun Noona!" rutuknya.

Tangannya mengusap kasar wajahnya. Merutuki kebodohannya sendiri. Ia lupa untuk bertanya letak Penthouse Jieun berada. Karena ia melihat ada beberapa pintu di sana dan ia tidak tahu yang mana Penthouse Jieun dan Suaminya.

Selama Seokjin menengok ke sana kemari mencari tempat yang menjadi tempat tujuannya, lift tiba - tiba berbunyi. Sontak mengejutkan Seokjin yang masih berada di depan lift.

"Seokjin? Kau di sini?" tanya orang itu.

Langsung saja Seokjin merubah rautnya menjadi biasanya. Datar. "Hm" dehamnya.

"Noonamu ada di dalam. Kenapa kau ada di sini?"

Seokjin menghela nafas kasar. "Aku lupa bertanya di mana Penthouse kalian berada," jawabnya.

Pria di depannya ini terkekeh pelan. "Kajja. Ikut Hyung." ajaknya.

Seraya meninggalkan Seokjin yang menatapnya datar. Kakak iparnya ini memang sesuatu sekali. Bisa dibilang, Kakak iparnya sangat luar biasa lembut dan baik padanya.

Pernah sekali ia membentak dan memarahi Kakak kandungnya sendiri saat dirinya berada di rumah sakit, Pria ini tak marah sedikitpun padanya. Justru ia hanya tersenyum padanya.

Salut.

Ceklek

"Jieun-a! Ada tamu untukmu!" teriaknya dari pintu.

Sedangkan Seokjin hanya terdiam dengan pandangan terus menelisik seisi Penthouse milik sepasang Suami Istri ini. Tak lama terdengarlah langkah kaki cepat dari dalam menghampiri mereka.

"Siapa Op--"

Jieun seketika mematung. Raut terkejutnya tak bisa ia disembunyikan. Sepasang matanya berembun dan wajah sosok Adik yang ia tatap mengabur. Ia begitu bahagia melihat Adiknya tepat di depannya. Cairan bening tiba - tiba mengalih di pipinya.

Dalam diam, Jieun melangkah perlahan mendekati Seokjin yang bergeming. Ketika sampai di depannya, kedua tangan Jieun menangkup wajah sang Adik. Mengusap lembut kedua pipinya dengan kedua ibu jemari Jieun. Ia tersenyum lirih.

"Jin-a... Maafkan Noona yang meninggalkanmu saat itu. Tidak seharusnya Noona meninggalkan dirimu di Rumah dan membiarka--"

"Cukup Noona. Aku tidak ingin mendengar kejadian malam itu. Kejadian yang sangat mengerikan dan terpaksa aku melupakannya". potong Seokjin dingin.

Seketika Jieun membeku. Perkataan sang Adik begitu dingin. Apa selama ini Seokjin selalu bersikap seperti ini? Apa karena dirinya yang meninggalkannya atau--

"Noona tak perlu memikirkan sejak kapan aku menjadi dingin seperti ini sekarang."

Matanya membulat dan kepalanya seketika mendongak. Melongo tak percaya. Seokjin mengetahui isi pikirannya bak peramal yang bisa membaca pikirannya. Darimana Seokjin tahu jika dirinya tengah memikirkan itu saat ini fikirnya.

Begitu pula dengan Jingoo yang mengerutkan keningnya bingung.

Seokjin mendecih sejenak dan menatap datar sang Kakak. "Apa Noona tak membiarkanku masuk ke Penthousemu?" Pertanyaan ketus tersebut membuyarkan lamunannya.

"Mianhae. Noona tidak mempersilahkanmu masuk terlebih dahulu. Kajja, ikut Noona masuk."

Sedikit menyingkir, mempersilahkan Seokjin masuk terlebih dahulu. Mengenal memang Seokjin tamu kedua sepasang Suami Istri ini di sini.

Dan Seokjin melangkah memasuki Penthouse sepasang Suami Istri Kim ini. Dengan pandangan terus menelusuri seisinya.

"Hei. Jin-Ah Eonni. Bagaimana rencanamu saat ini? Apakah berhasil?" tanya seorang gadis berusia 26 tahun.

Sedangkan sosok gadis bernama Jin-Ah atau Nana ini hanya menatap gadis dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau tenang saja. Sebentar lagi harta warisan milik Changwook akan jatuh ke tanganku dan setelah itu kita akan pergi ke Luar Negeri. Hanya berdua. Tanpa Changryuk tentunya." Ucapannya diakhir dengan senyum miring. Sungguh menakutkan.

Senyum lebar terukir dibibir gadis di hadapan Nana. "Yes! Aku akan menunggunya Eonni! Sungguh tak sabar bisa berlibur berdua dengan Eonni!" senangnya.

Tangan kiri Nana terangkat. Mengusap lembut kepala gadis yang berstatuskan Adik bungsu di keluarga Im. Melihat sang Adik begitu bahagianya, ia tersenyum begitu tulus. Kebahagiaan sang Adik menjalar di relung hati seorang Jin-Ah.

Senyum sang Adik luntur tergantikan dengan wajah terkejutnya. Terlihat seperti melupakan sesuatu sebelumnya. "Oh ya Eonni. Bagaimana dengan Anak yang ada di kamar loteng itu? Bukankah Anak itu juga harus bertemu dengan Ibunya?" tanyanya.

"Aaahh... Putra tunggal dari pasangan Kim Changryuk dan Nam Jihyun? Biarkan saja dia di sana dulu sampai aku mendapatkan harta dari Kim Changwook."

"Eonni memang jjang! Sampai - sampai Eonni menculik Putra tunggal mereka. Yang terpenting Nam Jihyun itu tidak melaporkan kasus penculikan ini pada Polisi. Ini sudah lebih dari 2 bulan kita menculiknya."

"Tenang saja, aku sudah mengancamnya untuk tidak melaporkannya pada Polisi."

Sedangkan Anak yang berada di kamar loteng, kini tengah terdiam di ranjang. Termenung dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Jelas dirinya yang terlihat berantakan dan pipu berbekaskan air mata. Wajahnya tampak pucat sekali. Dengan kedua kaki yang terantai di ujung kasur. Hanya kaki saja tidak dengan kedua tangannya. Menekuk kedua kakinya, memeluknya dengan kedua tangan yang bergetar ketakutan. Wajahnya ia telungkupkan di sela - sela kedua lututnya.

"Apa mereka akan membunuhku? Aku takut..." gumamnya.

Tiba - tiba suara rendah menyambut gendang telinganya. "Kau tenang saja. Aku akan mengembalikanmu pada Ibumu jika harta Pamanmu, Kim Changwook jatuh ke tanganku. Tidak sudi aku membunuhmu. Itu hanya akan mengotori tanganku saja. Tak perlu khawatir eoh?"

Tawanya segera menggelegar di kamar loteng kedua anak kembar di hadapannya. Membuat Anak itu bergetar ketakutan.

===============

-The Twins-

*

Note: penampilan Kim Changryuk di sini lebih urakan dan berandal. Tapi setelah kakak kembarnya meninggal, dia merubah diri menjadi Kim Changwook.


To be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

11.5K 1K 18
[Complete ✔] "Sorry..." Started: 29 march 2020 Finished: 14 july 2020
121K 8.9K 32
Karena di awal awal saya menulis ini, ada penulisan yang amatir jadi beberapa chapter akan saya perbaharui. "Hyung jangan tinggalkan kami" "kembalila...
14.3K 992 13
{SELESAI} Dark....Masa Dimana perjanjian dan kutukan itu musnah ketika ketua kubu terang menyatukan cahanya Disaat yang lain membutuhkan mu, Disaat i...
186K 15.6K 22
[END] Follow sebelum membaca Seokjin mencoba berteman dengan takdir yang selalu mempermainkannya. Walaupun harus merasakan sakit berkali-kali, ia sel...