Fairytales

By paleocene

18.1K 769 1.2K

OS gadungan :'( More

Hi, Peri Cantik!
Pilih Kamu Aja
Pilih Kamu Aja (2)
Gen 4 With LuvπŸ’œ
Nasib LDR-an
Kang Gombal Cemburu
Bertemu
Bukan Dilan
My Beloved Bad Girl
Happy Birthday
Takkan Kemana
You
7 Days
(You) and I
Menjelang Patah Hati
Waiting For (You)
Patah Hati Sebenarnya
Masih Saling
Sosok Baru
Alasan
Congratulations
Sekali Ini Saja
Heart Shaker
Ribut
Hot Choccolate & Penyihir
One Step Closer
LDR Paling Jauh
Jinan Berulah
Si Jiban
Sweet Chaos
Ungkapan
Hari Bersamanya
Falling for You
Peri Cintaku
Beautiful
Sembuh
Berdua Bersama
Hug
Happy Jinan Day
Jinan vs Badrun
Aku Ramal..
Yessica, I Love You!
Dewata Island
Only Today
Balikan Yuk!
Downpour
Above The Sky
Jangan Hilangkan Dia
Jinan

Zona Nyaman Jinan

316 15 33
By paleocene

Jinan terbangun dengan masih setengah nyawa yang terkumpul ketika suara adzan subuh berkumandang. Ia mengucek matanya dan melihat ke arah jam dinding kamarnya. Pukul 4.35 WIB, itu artinya Jinan terlambat untuk bangun sahur lagi.

"Ayaaah, Bundaaa, Najwaaa Jinan ngga sahur lagi." rengek Jinan.

Ia kemudian membuka ponselnya, terdapat banyak sekali notifikasi di sana. 15 panggilan dari Najwa, Bunda, dan sang Ayah. 5 panggilan dan 10 pesan dari Cindy. Serta 20 panggilan dan 20 pesan dari sang pacar semua ia lewatkan. Semua notifikasi tersebut bertujuan untuk mengingatkan Jinan bangun sahur. Tapi tetap terlewat juga.

Lalu kemana Bunda, Ayah, dan sang Adik? Mereka telah mudik terlebih dahulu ke Solo. Jinan tak bisa ikut karena ia masih memiliki jadwal bersama JKT48, alhasil ia ditinggal dan disuruh menyusul jika jadwalnya sudah benar-benar selesai.

Ia kemudian bangkit dari kasurnya, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu beribadah.

Selesai melaksanakan ibadahnya, ia langsung tidur lagi. Tak berniat membalas pesan-pesan tersebut.

***

"Sore Tante." sapa Jinan pada seorang wanita paruh baya yang tengah menyiram tanaman.

"Sore Jinan. Mau ngapel?" Tanya wanita tersebut.

"Hehe, mau jemput dia buat ke teater bareng." Jinan nyengir.

"Yaudah masuk aja, anaknya di kamar paling."

"Yaudah Tante, Jinan masuk ya?"

"Iya silahkan."

Setelah mendapat ijin dari sang calon Mama, Jinan masuk dan bergegas menuju kamar sang pacar.

"Punteeennn.." Jinan mengetuk pintu kamar tersebut.

"Masuk, ngga dikunci." suara seorang gadis terdengar dari dalam.

Jinan membuka pintu kamar tersebut dan nampak lah gadis setengah malaikat sedang berada di meja riasnya.

"Lama ih, tinggal ni." ucap Jinan.

"Tinggal aja." jawab gadis tersebut enteng.

Jinan mendekat dan memeluk gadis tersebut dari belakang. Modus anjr, puasa juga Lo.

"Becanda tau, ngambeekk.." ujar Jinan.

"Lepas ih, modus!"

"Modus juga kamu suka, yakan?" Jinan menaik turunkan alisnya menggoda sang gadis.

"Katanya kalo puasa setannya dikurung kak?"

"Lah emang iya."

"Lah kok kamu di sini?"

"Heh! Enak aja!"

"Haha, abisan suka godain kaya setan."

"Haha serah kamu lah, udah siap belum? Yok berangkat."

"Udah kok. Oh iya, aku ijin ke Mama Papa buat nemenin kamu beberapa hari. Jadi ntar malem aku nginep di rumah kamu. Biar ngga telat sahur, biar ngga buka puasa pake junk food terus."

"Serius? Demi apa?"

"Mau ngga? Kalo gamau yaudah." gadis tersebut menyingkirkan lengan Jinan yang masih memeluknya.

"Ya mau dong, ehehe!" Jinan tertawa.

"Aww yakali ngga mau berduaan sama kamu doang di rumah😬"

"Yaudah yuk berangkat."

"Ayok!"

***

Selesai dengan kegiatan bersama JKT48 mereka berdua kemudian pulang ke rumah Jinan seperti rencana awal. Ya, Jinan akan ditemani sang pacar beberapa hari ke depan. Baik sekali memang gadis ini, mau-maunya direpotkan oleh manusia jelmaan kelinci ganjen itu.

"Mampir ke supermarket dulu ya, beli bahan buat masak sahur sama buka puasa kamu besok." ujar gadis di sampingnya.

"Ha? Masak? Kamu kan yang masak?" tanya Jinan was-was. Pasalnya, Jinan sangat malas jika harus memasak.

"Kita berdua!" Sang gadis menatap Jinan dengan tatapan tajamnya.

"Ehehehe, iya-iya kita berdua." Jinan kicep.

Keduanya lalu mampir ke supermarket terdekat dari rumah Jinan untuk berbelanja bahan makanan. Karena sang gadis tau, di dapur sang pacar itu pasti hanya ada telur dan mie instan. Itupun pasti masih utuh karena pacarnya itu pemalas dan lebih suka pesan makanan melalui ojek online.

Setelah sekitar tiga puluh menit berbelanja, keduanya melanjutkan perjalanan pulang yang hanya tak seberapa jauhnya itu.

"Bersih-bersih dulu gih kak, biar aku rapihin ini dulu."

"Eeh jangan, biar aku aja. Kamu capek nanti. Gih mandi, abis itu bobok di kamar aku." Jinan langsung mengambil alih kresek belanjaan di tangan sang pacar.

"Yaudah." gadis tersebut meninggalkan Jinan sendirian di dapur.

Jinan lalu menyusun beberapa bahan makanan ke dalam kulkasnya. Setelah selesai, ia bawa barang keperluan menginap si doi ke kamarnya.

Sepi. Jinan tak melihat siapapun di kamarnya. Namun tak berapa lama ia mendengar suara dari kamar mandinya. Mungkin dia sedang mandi, pikir Jinan. Jinan memilih rebahan sambil bermain games.

"Kak Jinaaaaan!" teriak seorang gadis yang baru keluar dari kamar mandi, namun ia masuk lagi.

"Apasi teriak-teriak?!" tanya Jinan sebal sambil menatap kepala sang gadis yang menyembul di sela pintu kamar mandi.

"Keluar sana! Mau ganti baju!"

"Yaudah ganti aja."

"Ya sana keluar dulu."

"Ngga liat kok, lagian kamu ganti aku masuk ke kamar mandi."

"Hmm.."

Gadis tersebut keluar dengan handuk yang menutupi tubuhnya dan rambut yang dicepol asal. Jinan yang tadinya berniat mandi, malah mematung di tempatnya.

Jinan mulai berpikir yang iya-iya. Leher jenjang dan putih gadis tersebut tak bisa lepas dari pandangannya.

"Mandi sana! Sekalian dipakein sabun otaknya biar ngga kotor!" Sang gadis melempar sebuah boneka bunny ke arah Jinan yang masih melongo.

"Eeh a-anu, itu Dev, eh apasih. Hehe yaudah Jinan mandi dulu." Jinan langsung ngacir ke kamar mandi. Sedangkan gadis tadi hanya menggelengkan kepalanya.

"Bisa-bisanya aku punya pacar kek kamu kak."

Selesai berganti pakaian, gadis tersebut merebahkan dirinya di kasur Jinan. Sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tak berapa lama, Jinan keluar dari kamar mandi dengan kaos putih dan celana training panjang.

Jinan langsung melompat ke arah kasurnya dan memeluk gadis tersebut erat hingga sang gadis kesulitan bernapas.

"KAKAAAAK!" teriak gadis tersebut.

"Adoohh adooh! sakit Dev, sakit! Ampun." rengek Jinan ketika kedua telinganya di jewer oleh Devi.
Iya Devi, Made Devi Ranita. Pacar si Jinan Safa Safira.

Devi melepaskan jewerannya ketika Jinan juga melepaskan pelukannya. Jinan nampak menggosok telinganya yang memerah sehabis dijewer oleh Devi.

"Sakit!" sungut Jinan.

"Bodoamat!" balas Devi.

"Jahat!" Jinan beranjak dari kasurnya.

"Mau kemana?" tanya Devi.

"Ambil minum." jawab Jinan.

"Bagus deh, nih bawa bantal sekalian!"

Devi melempar guling ke arah Jinan. Karena ia tau, Jinan sulit tidur jika tanpa bantal guling.

"Buat apa?" raut wajah Jinan bingung.

"Kamu bobok di luar! Hahaha!" tawa Devi. Ia lalu mendorong Jinan keluar kamar dan mengunci pintunya dari dalam.

"Jahat banget si Devi. Masa tidur di luar." Jinan memelas.

"Salah sendiri mikirnya macem-macem. Dah sana tidur, ntar ngga bisa bangun sahur."

Jinan menurut, percuma melawan si bocil Devi. Yang ada dia repot nantinya. Ia kemudian berjalan ke arah ruang keluarga, menyalakan tv karena memang ia belum mengantuk. Hingga berpuluh menit berlalu akhirnya Jinan tertidur.

Jinan terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara-suara kecil dari dapurnya. Ia lihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 3 pagi. Jinan berpikir siapa yang ada di dapurnya? Bukankah ia sendirian di rumah? Jangan-jangan..

Jinan bergegas menuju dapur untuk mengecek, setelah itu ia menepuk dahinya sendiri. Ia lupa jika Devi menemaninya. Terlihat gadis itu tengah sibuk dengan bahan masakannya.

"Dedek dedep, lagi apa?" tanya Jinan dengan setengah nyawanya.

Ia peluk devi dari belakang, lalu menempatkan dagunya di bahu kiri Devi.

"Masak lah." jawab Devi memutar bola matanya malas.

"Masak apa?"

"Nasi goreng sianida buat kakak kesayangan aku."

"Dasar malaikat hitam."

"Emang! Cuci muka sana, abis itu bantuin aku."

"Beli aja, ngga usah masak." Jinan makin mengeratkan pelukannya.

Devi berbalik dan menatap tajam Jinan. Tanpa ada bantahan lagi, Jinan menuju kamar mandi.

"Sini sini kak!" Devi melambai pada Jinan yang baru keluar dari kamar mandi.

"Ah males yang." jawab Jinan.

"Yaudah ngga sahur."

"Yaudah iyaaa!"

"Sabar Nan, tahan."

Jinan memotong-motong bawang merah dan beberapa buah cabai yang tadi diberikan Devi sambil mendumel di dalam hati pastinya.

"Dulu waktu gue pacaran sama cindy, pasti dia yang masak. Ngga pernah tuh gue dipaksa masak gini. Anjer lah!"

"Kakak?" panggil Devi pada Jinan.

"Iya apa?" Jinan menoleh ke arah Devi.

"Hahaha ya ampun kak." Devi tertawa melihat Jinan.

Mata yang berair dan keringat yang membanjiri dahinya sudah sangat menunjukkan bahwa Jinan memang tak pernah memasak. Lebay sekali memang, padahal cuma potong bawang.

Devi menghentikan sejenak aktivitasnya mencuci sayuran. Ia membasuh tangan lalu mengeringkannya.

"Haha, maafin aku ya kak. Aku cuma pengen kamu belajar. Biar seenggaknya kamu tau meskipun cuma masak nasi goreng. Maaf ya." ucap Devi tersenyum manis sambil menyeka peluh di dahi Jinan.

Jinan yang diperlakukan seperti itu hanya diam. Terlebih lagi menatap mata indah dan senyum manis Devi dari jarak sedekat ini. Membuat Jinan benar-benar merasa berada di zona nyaman yang tak pernah ingin ia tinggalkan.

"Makasih Dev, maaf Jinan nyusahin. Ngga bisa apa-apa." ucap Jinan menunduk.

"Engga kak, gapapa. Udah sana kamu tunggu di meja makan aja ya, biar Devi yang lanjutin."

"Makasih Devi." Jinan tersenyum manis.

Jinan berlalu dari dapur, menunggu Devi selesai di meja makan sambil memainkan game di ponselnya. Devi yang melihat itu dari dapur hanya bisa menggeleng.

"Emang kamu tuh udah paling bener main game sama mainin hati cewek aja kak. Disuruh kaya gini mah noob." gumam Devi.

Lima belas menit berlalu, Devi menghampiri Jinan di meja makan sambil membawa sepiring nasi goreng dan telur mata sapi. Tak lupa susu cokelat hangat.

Sungguh istri-able sekalee😍

"Udahan gamenya. Makan dulu, keburu waktunya abis." ucap Devi lembut.

Jinan mengangguk, ia duduk. Berdoa kemudian mulai memakan makanannya. Devi duduk di seberang Jinan, ia tersenyum melihat kakak kesayangannya itu.

"Enak Dev, tiap hari aja kamu di sini, masak."

"Jadi pembantu kamu maksudnya?"

"Jadi istri aku dong, haha."

"Ogah!"

"Ah yang bener Dev?" Jinan masih terus menggoda Devi.

"Udah ih makan, bawel banget."

Jinan tak menjawab, ia hanya tersenyum memandang Devi yang tengah merajuk lucu. Ia melanjutkan makannya.

Selesai makan, ia mencuci piringnya dan menunaikan ibadah ketika telah masuk waktunya.

Ia menghampiri Devi yang tengah menonton tv di ruang keluarga. Ia duduk di samping sang gadis. Dan perlahan menggenggam tangannya.

"Kok kamu ngga lanjut bobok?" tanya Jinan.

"Udah ngga ngantuk kak." jawab Devi masih fokus dengan tv, tapi ia membalas genggaman tangan Jinan.

"Sekarang ataupun nanti di kehidupan selanjutnya, aku mau terus sama kamu Devi. Semoga Tuhan kamu dan Tuhan aku mau mengabulkannya." ucap Jinan sambil menatap wajah samping Devi.

Devi menatap Jinan. Menatap aneh padanya.
"Aamiin kak. Kenapa ngomong gitu?"

"Because I love You."

"I love You too." Devi menghambur ke pelukan sang kakak kesayangan.

***

Jinan tersenyum ketika kenangan itu hadir kembali di pikirannya. Kenangan ramadhan dua tahun lalu bersama Devi. Gadis itu, yang selalu menjunjung tinggi toleransi dan gadis yang selalu memandang perbedaan sebagai keindahan.

Malam ini, akhirnya Jinan dapat melihat wajah cantik gadis itu. Mendengar suara lembut gadis itu lagi, dan melihat senyumnya lagi.

Ia baru saja selesai merayakan 5 tahun kebersamaannya dengan gen 4 melalui videocall. Sepanjang itu, tatapan Jinan tak pernah terlepas dari Devi. Seakan hanya Devi dan dirinya disana.

Sedalam itu memang rasa rindu Jinan pada gadis Bali tersebut. Gadis yang sampai saat ini masih menempati posisi tertinggi di hatinya. Jinan merindukan Devi lebih dari apapun. Dan untuk kali ini biarlah ia setuju dengan Dilan. Bahwa rindu itu memang berat.

Jinan menatap jam di kamar rawat inapnya. Pukul 12 malam, ia harus segera tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang belum benar-benar pulih.









Hallo👋

Bosen pasti saya update terus. Tapi ini dalam rangka merayakan fairytales yang udah satu tahun guys🎉

Makasih buat yg udh baca, vote, comment, yang sekedar mampir apapun itulah. Makasih ya.

Dengan ini, saya mengumumkan untuk hiatus..

Continue Reading

You'll Also Like

211K 7.4K 97
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
1.1M 30.1K 37
After the passing of Abigail Bentley's mother, she is now the only one responsible for her family's well-being. Her father, often too drunk to stand...
1.3M 57.7K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC