My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

By Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... More

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻07
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻16
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻39
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻52
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻55
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻58
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻62
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻40

62.5K 3.6K 111
By Niyahcomel

Happy reading🌹


Saat harusnya ditengah malam seperti ini orang dengan tidur dengan nyenyak nya, kini semua orang yang tengah berkumpul nampak panik dan bersitegang didepan pintu rawat seseorang.

Semuanya tidak ada yang berani membuka suara. Mereka pun bingung dengan apa yang tiba-tiba terjadi saat ini. Semua diluar dugaan mereka.

Suara tangis wanita paruh baya bersahut-sahutan dengan kedua remaja yang tengah menenangkan wanita itu.

"Bunda tenang. Alle bakal baik-baik aja," disini hanya Mika yang mampu bersuara disela tangisnya. Sedangkan Safira sejak tadi terus menangis seraya memeluk Alisha.

Ketiga laki-laki yang tengah berdiri dan bersandar di dinding rumah sakit pun sama cemasnya tidak tahu lagi harus bagaimana. Terutama Arland yang terus menyalahkan dirinya sendiri atas insiden tiba-tiba ini.

Arland pun kemudian berjalan pelan menuju Alisha dan berjongkok didepan wanita itu.

"Tan, maafin Arland. Arland gak bisa jagain Alle," ujar Arland berlutut dihadapan Alisha.

Alisha menggeleng seraya menyeka air matanya. "Bukan salah kamu, Nak." kata Alisha mengusap rambut lebat Arland.

Ceklek!

Semua orang langsung menoleh dan lantas berdiri serempak.

Alisha lebih dulu maju menghampiri dokter wanita itu. "Dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Alisha cemas.

"Anak ibu kurang baik, perlu perawatan lebih dalam lagi. Terutama untuk mentalnya yang sedikit tertekan." kata Dokter itu jujur.

Tangis Alisha kembali pecah. Mika dan Safira pun kembali serempak memeluk Alisha. Sedangkan para lelaki mematung, terutama Arland.

"Tapi gak ada luka serius kan, dok?" giliran Varel yang membuka suara.

Dokter itu menggeleng. "Lukanya tidak terlalu parah dan bisa diobati." jawab dokter itu.

"Kita boleh masuk?" kata Arland gugup.

Dokter itu mengangguk. "Tapi harap jangan berisik, pasein baru saja sadar." pinta dokter kemudian berpamitan pergi.

Alisha lebih dulu masuk dengan langkah besarnya. Dilihatnya Alle yang terbaring dengan perban yang melekat dikepala gadis itu, dan beberapa luka yang sudah diobati. Mata gadis itu masih terpejam.

Semuanya berdiri disamping kanan dan kiri sisi ranjang. "Sayang," panggil Alisha mengusap pelan rambut Alle.

Tangan Arland pun terulur untuk mengusap tangan yang nampak dingin itu. "All," panggil Arland lirih.

Semua orang pun menunggu kapan gadis itu membuka matanya. Dan tak lama kemudian gadis itu pun mulai mengerjap, menyesuaikan cahaya lampu yang menyorot mata indahnya.

"Alle sayang, apa yang sakit nak?" tanya Alisha tersenyum haru melihat anaknya akhirnya siuman.

Alle masih berusaha memperjelas penglihatannya yang buram seraya memegangi kepalanya.

Arland tersenyum senang dan langsung saja memeluk gadis itu dari samping. "All," kata Arland terlampau senang melihat gadisnya sudah siuman.

Alle sontak menoleh dan seketika pupil matanya membesar. "GAK! PERGII!" teriak Alle seketika memberontak. Infus yang menempel ditangan gadis itu langsung terlepas membuat darah langsung mengalir ditangan gadis itu.

Semua orang langsung tercengang dan dibuat bingung. Terutama Alisha yang kembali menangis saat melihat anaknya yang seperti itu.

"All ini, aku." kata Arland lembut dan terus berusaha memeluk gadisnya. Mata iris kehijauan itu berubah menjadi kelam, persis seperti waktu diapartemen waktu itu.

"ENGGAK! PERGII!" jerit Alle terus saja memberontak agar pelukan itu terlepas. Bahkan Alle tak segan-segan menggoreskan kuku-kuku panjangnya ke wajah Arland, sehingga pipi dan rahang Arland tergores.

PRANG!

"PERGII!! BUNDA!!" teriak gadis itu melempari apa saja yang ada didekatnya. Arland pun langsung beringsut mundur saat Alisha mengambil alih.

"Sayang, stt.. Ini bunda, sayang." bisik Alisha berusaha memeluk gadis itu, namun Alle terus memberontak dan menggeleng keras.

"GAK!! BUNDA HIKS, DIA JAHAT BUNDA!!" raung Alle tidak sadarkan diri. Gadis itu merasa dia ada didalam kegelapan yang sangat menyeramkan.

"Panggilin dokter!" seru Mika ditengah kepanikan semua orang. Panji lebih dulu keluar bahkan berlari guna memanggil dokter.

"All tenang. Ini Mika." kata Mika mengusap-usap rambut Alle pelan. Sedangkan Varel dan Arland mengesampingkan diri. Arland terus menatap gadisnya yang seperti orang kesetanan.

"BUNDA TOLONG!! GELAP BUN, ALLE GAK BISA LIAT!" racau Alle terus saja memberontak.

Dokter pun langsung datang dengan langkah besarnya. "Semuanya keluar dulu, biar saya periksa pasien." titah sang dokter itu.

Dan akhirnya, dengan berat hati mereka pun keluar dari sini dan meninggalkan Alle yang kini sudah ditangani beberapa suster.

"Sus, ambilkan suntikan bius!" kata Dokter itu. Dengan setengah kasar dokter itu pun membaringkan Alle dan menyuntikan cairan bening itu ke lengan Alle. Dan seketika gadis itu tidak sadarkan diri.

Semua yang ada diluar kembali bersitegang. Alisha pun tak henti-hentinya menangis bersama Mika dan Safira.

"Sumpah, gak tega gue liatnya." bisik Panji disamping Varel.

Varel pun mengangguk. "Semoga aja Alle baik-baik aja." kata Varel penuh harap. Dan diangguki oleh Panji.

Dokter pun langsung keluar setelah beberapa saat memeriksa Alle yang saat ini sudah pingsan akibat obat bius.

"Dokter anak saya! Anak saya baik-baik aja kan?" cecar Alisha kembali.

"Maaf bu, seperti yang sudah saya bilang mental pasein sedikit terganggu. Mungkin ada kejadian-kejadian kelam yang pernah pasein alami. Maka dari itu saat pasein mengalami sedikit saja bagian dari kejadian kelam itu, reaksinya akan seperti ini." jelas sang dokter turut khawatir.

Alisha semakin sesenggukan. "Terus gimana dok?" tanya Alisha menggeleng pasrah.

"Kita bisa melakukan tahap medis besok pagi sekaligus sedikit pengobatan untuk menghilangkan sedikit rasa takut pasein pada seseorang, terutama pada laki-laki." kata dokter memberi saran.

"Dan saya harap, jangan ada laki-laki yang masuk sampai besok pagi karna itu akan sedikit mengganggu konsentrasi pasein untuk berpikir." lanjut dokter itu tersenyum tipis.

"Lakukan dok, apapun yang terbaik untuk anak saya. Lakukan." pinta Alisha dengan cepat.

Dokter itu pun mengangguk setuju. "Baiklah, saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa ibu bisa panggil saya," kata dokter itu kemudian pamit kembali.

Setelah kepergian sang dokter, Alisha kembali terduduk dibangku besi didepan pintu ruang itu.

"Bunda tenang ya. Alle bakal baik-baik aja," kata Safira memeluk Alisha erat.

"Iya bun. Besok kita bakal liat Alle sembuh," ujar Mika tersenyum cerah.

Alisha mengangguk paham. Wanita paruh baya itu lantas mengusap air matanya dan menatap semuanya. "Kalian pulang aja, biar bunda yang jagain Alle." kata Alisha tersenyum.

Mika dan Safira serempak menggeleng. "Kita mau temenin bunda disini." ujar Mika langsung.

"Iya bun. Sekalian jagain Alle." sambung Safira tersenyum, walau air matanya terus menetes pelan.

"Gak usah, nanti orang tua kalian cariin. Mending kalian pulang." kata Alisha berusaha menolak.

"Kita udah izin kok bun. Kata Mama gak papa, nanti Mama juga bakal kesini besok." kata Mika menggeleng.

Alisha pun akhirnya mengangguk. "Kalian pulang aja, makasih ya udah bantuin bunda cariin Alle." ujar Alisha menatap ketiga pemuda yang nampak berkeringat dan lelah.

"Sama-sama tan," jawab Varel dan Panji serempak.

Alisha pun tersenyum. "Panggil bunda aja. Biar sama kaya yang lain," kata Alisha.

Keduanya pun mengangguk dan tersenyum.

"Bun, Arland juga mau ikut jagain Alle." pinta Arland tiba-tiba. Bahkan laki-laki itu sengaja memanggil Alisha dengan sebutan bunda supaya di izinkan.

Varel dan Panji sontak saling pandang. Apakah Arland tidak mendengar larangan dokter tadi.

"Gak usah, Nak. Biar bunda sama Mika, Safira aja. Kamu pulang aja, nanti pagi kesini." tutur Alisha lembut.

Arland menarik nafas kasar. Sebenarnya ia bisa saja menunggu diluar agar terus bisa melihat gadisnya.

"Pulang aja Land, besok pagi kalian ke sini. Kalian juga pasti capek, mana masih pake baju basket." kata Mika menatap ketiganya.

"Pulang kuylah, besok pagi entar kita ke sini." timbrung Panji merangkul Arland yang sepertinya masih enggan beranjak.

Akhirnya Arland terpaksa mengangguk karna semuanya memaksa dirinya untuk pulang. Namun, sebelum itu ia sempat melirik ke pintu kaca ruang gadisnya sebelum akhirnya pergi.

•••

Kini tak terasa mentari mulai menjemput. Alisha, Mika, dan juga Safira tidak bisa tidur semalaman karna menjaga Alle yang sering terbangun dan berteriak ketakutan hanya karna lampu yang mati 5 menit.

Dan tahap pengobatan pun dimulai sejak setengah jam yang lalu. Ketiganya pun terpaksa harus menunggu diluar dengan harap cemas.

"Bunda tenang, doa semoga Alle baik-baik aja." kata Mika mengusap punggung wanita itu.

Alisha pun mengangguk. "Amin." ujar Alisha penuh harap.

Safira pun terus menatap dibalik pintu kaca itu. Mata gadis itu sembab karna kebanyakan menangis, sedangkan Mika dan Alisha tidak terlalu sembab karna mereka masih bisa mengontrol tangisnya.

"Wajar trauma Alle balik, dia dikurung digudang sekolah. Gak mikir apa tuh orang disana gelapnya kaya apa." desis Mika berbisik pada Safira, takut Alisha semakin shock saat mendengarnya.

"Gila! Siapa pun orangnya gak bakal terlepas dari kita semua." tekan Safira tajam.

Dan setelah memakan waktu hampir 2 jam lebih akhirnya dokter keluar bersama suster-suster lainnya.

Dokter itu membuka maskernya dan tersenyum. "Kondisi pasein mulai membaik, tidak sehisteris seperti malam tadi ketika melihat lawan jenisnya. Dan semoga saja ini perkembangan yang baik." tutur dokter wanita itu membuka suara.

Ketiganya lantas bersyukur dan tersenyum bersamaan. "Jadi Alle sudah sembuh dok?" tanya Mika senang.

"Belum tentu, pasein bisa kembali trauma jika melihat gelap. Dan untuk saat ini tolong rahasian kejadian malam tadi karna pasein tidak akan bisa mengingat apa-apa, karna rekaman itu sudah kita hilangkan saat terapi tadi." jelas dokter itu.

Mika dan Safira saling pandang. "Jadi Alle gak akan inget kejadian malam tadi?" ujar Safira memperjelas.

Dokter itu mengangguk. "Iya, hanya memori jahat itu yang kita coba hilangkan untuk sementara. Namun, trauma akibat kejadian masa lalu belum bisa. Semoga membantu."

"Terimakasih dok, terimakasih." ucap Alisha sangat senang.

"Sama-sama ibu. Kalau begitu saya permisi." pamit sang dokter.

Ketiganya pun langsung masuk ke ruangan Alle. Dilihatnya gadis itu masih terbaring dengan mata yang masih tertutup.

Ketiganya pun berdiri dimasing-maasing sisi ranjang. "Bunda pulang aja dulu, bersih-bersih. Nanti gantian sama kita." ujar Mika membuka suara.

Alisha mendongak. "Kalian aja yang pulang, kalian pasti capek. Biar bunda aja disini." tolak Alisha.

"Bunda duluan, kita tunggu disini. Lagian pasti bunda banyak yang harus di urus dulu, nanti gantian sama kita." kata Safira kini.

Alisha memijat kepalanya pusing. Belum lagi tokonya yang saat ini belum dibuka, pasti para pegawai susah untuk masuk.

"Yaudah, kalian jagain Alle ya. Bunda pulang dulu," kata Alisha akhirnya.

"Baik bun," ucap Mika dan Safira bersamaan.

•••

"Lo bawa mobil apa bawa becak sih? Buruan!" desak laki-laki yang sedari tadi tidak sabar ingin sampai dirumah sakit.

"Sabar napa!" kata Panji juga ikut ngengas. Laki-laki berkaus biru itu langsung saja menancapkan gasnya brutal.

"Woy tai! Pelan-pelan napa." kata Varel menoyor kepala cowok itu.

Panji tidak menghiraukan dan setelahnya mereka pun sampai diparkiran rumah sakit. Arland yang berada dibelakang langsung turun dan setengah berlari.

"Woy kampret! Rumah sakitnya gak bakalan lari juga tai!" sorak Panji yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Arland.

"Biarin udah," kata Varel yang mengekor dibelakang Arland.

Sejak semalam Arland tidak bisa tidur dengan nyenyak. Pikirannya terus tertuju pada Alle saat itu dan sampai sekarang.

Senyum Arland mengembang saat melihat ruang rawat gadisnya. Tanpa mengetuk pintu Arland pun langsung masuk, dilihatnya Mika dan Safira yang tengah duduk disofa dengan mata yang sedikit mengantuk.

"Eh, Land. Lo sendiri?" tanya Safira menegakan badannya.

"Sama kita'lah cinta," sambar Panji yang baru masuk bersama Varel. Safira langsung bergidik dan membuang muka.

"Gimana? Alle gak papa kan? Dia udah sadar?" cecar Arland yang berdiri disamping sisi Alle.

"Belum, kata dokter mungkin sebentar lagi. Karna obat tidurnya belum habis." tutur Mika beranjak.

"Tapi tolong, kalau Alle udah sadar jangan kasih tau soalnya kejadian malam itu, karna Alle gak bakalan inget apa-apa." jelas Mika kembali membuka suara.

Ketiga lelaki itu saling pandang.

"Maksudnya Alle hilang ingatan, gitu?" ujar Panji melirik Alle.

"Bukan, cuma ingatan itu sengaja dihilangin supaya gak memperburuk mental Alle. Luka-luka yang ada pun udah gak ada lagi, cuma bekas doang, itupun gak terlalu kentara. Takutnya nanti Alle nanyain kenapa dia luka." jelas Mika panjang lebar.

Panji pun mengangguk paham dan diikuti yang lainnya.

"Tante Alisha pulang ya?" tanya Varel merangkul tunangannya.

"Humm.. Katanya bakal kesini lagi kok." ujar Mika bersandar pada bahu Varel.

Panji lantas bergidik. Antara ingin juga atau risih.

"Kalian pulang aja anterin mereka berdua, biar gue yang jagain Alle." kata Arland menatap Mika dan Safira bergantian.

"Mau pulang?" tawar Varel.

Mika pun mengangguk. "Yaudah, nanti ke sini lagi ya." pinta Mika dan diangguki cowok itu.

"Pi, ayo pulang." kata Mika mengambil tasnya.

"Land duluan," ujar Safira dan diikuti yang lainnya.

Arland pun mengangguk singkat saat teman-temannya berlalu pergi meninggalkan dirinya berdua dengan gadisnya yang masih belum tersadar.

Arland pun menarik kursi disamping bankar dan duduk disisi ranjang gadisnya. Luka gores entah apa masih tercetak jelas diwajah mulus Alle, membuat tangan Arland mengepal seketika.

"All ini aku, bangun sayang." kata Arland mengusap rambut panjang Alle. Tidak ada keinginan untuk menangis, namun entah kenapa Arland merasa cengeng jika berhadapan dengan gadis yang bisa membuatnya teringat akan sang ibu.

Iris kehijauan yang biasanya menatap tajam kini hanya memperlihatkan redup seperti tak bernyawa.

Baru saja ingin mencium pipi gadis itu, Arland sontak terkejut saat bulu mata lentik itu membuka matanya. Perlahan-lahan mengerjap dan akhirnya terbuka sempurna.

"All," panggil Arland menangkup pipi Alle.

Mata Alle seketika membola. Dan kepalanya mendadak sakit. Gadis itu langsung beringsut mundur seraya mencengkram kuat-kuat rambut lebatnya.

"All ini aku, tenang." kata Arland lembut agar tidak mengagetkan gadisnya.

Alle terus beringsut mundur seperti orang ketakutan. Hampir saja gadis itu memekik saat wajahnya diangkat ke atas oleh laki-laki didepannya.

"Ini aku sayang. Tenang, okey." pinta Arland terus menatap mata gadis itu.

Tubuh Alle akhirnya tidak setegang tadi. Gadis itu mulai memberanikan diri menatap mata lekaki didepannya. "A-rland." ucap Alle dengan nafas yang masih tersendat.

Langsung saja Arland memeluk gadisnya. "Iya, ini aku All." kata Arland senang bukan main.

Alle langsung tersadar jika saat ini ia tidak berada dirumah melainkan dirumah sakit. Sungguh ia benci rumah sakit, apalagi bau obat-obatan yang menyengat dihidungnya.

"All, apa yang sakit? Mau aku panggilin dokter?" ujar Arland mengurai pelukannya.

Alle menggeleng seraya terus menatap Arland. "Lo--"

"Kamu sayang," koreksi Arland langsung menutup mulut gadisnya.

"Kenapa gue bisa disini?" kata Alle tidak menghiruakan Arland yang kini tengah memandangnya kesal.

"Aku All, bukan gue." kata Arland menjepit kedua pipi Alle kesal.

"Ihh sakit," rengek Alle mendengus.

Arland pun langsung kaget. Ia tersadar bahwa pipi Alle bekas tamparan. Namun, tidak ada yang berbekas."Maaf, gak sengaja." kata Arland mengusap lembut pipi Alle.

Alle baru tersadar jika wajah lelaki didepannya penuh luka gores. Dan darahnya saja masih terlihat ada. "Lo--" Alle memejamkan matanya sebentar. "K-kamu kenapa?" ujar Alle akhirnya menuruti kemauan cowok itu.

Arland tersenyum senang kemudian menggeleng. "Gak papa, kamu mau makan apa? Aku beliin ya? Kalau gak, aku pan--"

"Aku cuma butuh kamu," sela Alle membelai lembut rahang laki-laki didepannya seraya tersenyum.

"Aku disini, Everything for my dear." ucap Arland mengecup kening gadisnya.

"Aku ngantuk, dan setelah aku bangun nanti, kamu hutang penjelasan sama aku kenapa aku bisa disini." kata Alle malah bersandar pada dada Arland.

Arland terkekeh dan mengusap rambut Alle. "Tidur dikasur," kata Arland lembut.

Alle malah menggeleng. "Gak mau," tolak Alle malah memeluk pinggang cowok itu.

Arland pun menyukai sisi manja gadisnya. Akhirnya, Arland pun membiarkan Alle tertidur didadanya.

























TBC!!

Yihaa author cambekk.... Hihihii..masih pada stay kan? Tentunya masih dong ya😙

Ciee yang udah aku kamuan😂ucul banget siih.

Vomentnya jangan lupa😙salam hangat❤

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 221K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
3.1M 261K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
4.2M 251K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
962K 47.2K 62
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...