Possessive Samudera [Selesai]

By DAPU49

3M 190K 8.6K

"Aku gak suka kamu senyum sama dia!" "Ya Allah, masa aku gak boleh senyum sama pak Polisi sih? Waktu itu dia... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
DySam 💕
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71 💞 💍
72
73
74
Possessive Samudera
Sequel
Cerita Baru!!!

40

29.2K 1.9K 117
By DAPU49

"Foto cewek di galeri kamu itu siapa?"

Deggg ....

Dyba tersenyum masam melihat tubuh Sam yang menegang. Apakah Sam sudah menemukan penggantinya?

"Udah, kalau gak bisa jawab gak papa." Dyba mengambil helm yang ada di motor Sam. Ia langsung memakainya. "Ayo, aku capek, mau tidur."

"Sayang." Dyba tersenyum manis, tapi Sam tau itu senyum terpaksa.

"Ayo, pulang. Kalau memang mau jelasin nanti aja, aku mau istirahat dulu." Sam menghela nafas panjang. Ia mengangguk dan mulai memakai helmnya.

Sam menatap Dyba dari spion. "Pegangan, Dy, nanti kamu jatuh." Dyba mengangguk. Ia memegang bagian belakang motor Sam. Melihat itu Sam menghela nafas lagi, ia tau mungkin sekarang Dyba sedang salah paham. Tapi, ini tidak seperti yang Dyba pikirkan.

Sam melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia tidak mau Dyba jatuh. Sesekali Sam melihat spionnya untuk memastikan wajah Dyba. Ekspresi wajah itu menampilkan kegelisahan, kerinduan, dan kecemburuan.

Dyba memajukan wajahnya, ia berteriak, "Sam, cepetin, aku capek mau tidur."

"Kamu pegangan sama aku, jangan sama motor. Kamu nanti terbang." Dyba mengikuti perkataan Sam. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Sam, tetapi kepalanya tidak ia sandarkan di punggung Sam.

Dyba melepaskan pelukannya, ia menepuk-nepuk punggung Sam. "Mau kemana?"

"Apartemen aku."

Dyba menghela nafas kasar. "Aku capek, mau istirahat. Aku gak mau ke apartemen kamu!" Tidak ada jawaban dari Sam membuat Dyba memutar bola matanya malas.

Mereka sampai di parkiran apartemen, tetapi Dyba belum mau turun dari motor Sam juga. Sam menatap Dyba memelas. "Sayang, kamu juga bisa istirahat di apartemen aku, dia cuma temen aku, Dy."

"Aku mau pulang."

"Dyba." Sam menatap Dyba sendu. "Aku baru pulang loh, masa kamu gak mau sama aku dulu?"

Dyba membalas tatapan Sam. "Tapi, aku gak mau kamu gangguin dulu kalau aku di apartemen kamu."

"Siap!" Dyba menghela nafas lelah. Ia harus mengalah lagi dengan lelaki satu ini. Mungkin penjelasan Sam memanglah ia butuhkan. Ia juga perlu tau siapa perempuan yang foto berdua dengan Sam.

Dyba masuk ke dalam apartemen itu duluan, di belakangnya Sam mengikuti. Dyba memasukkan sandi apartemen yang sudah di hafalnya di luar kepala. 160117. Tanggal jadian mereka berdua.

Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat koper Sam yang Dyba yakin di letakkan Sam dengan asal dan jga paper bag beberapa brand ternama. Dyba merebahkan tubuhnya di sofa dan meletakkan tasnya di meja dengan asal.

"Lepas dulu sepatunya, sayang." Dyba tidak memperdulikan itu. Saat ini yang ia lakukan adalah menutup matanya dan mencari ketenangan, ia tidak memperdulikan Sam yang sedang melepas sepatunya itu.

Dyba membuka matanya saat ia merasakan tubuhnya melayang di gendongan Sam. Ia tidak melingkarkan tangannya di leher Sam, ia hanya memandangi lelaki itu dari bawah.

Dyba di letakkan Sam dengan perlahan di tengah kasur. Kemudian Sam membuka bajunya sendiri dan ikut bergabung dengan Dyba di atas kasur. Keadaan Sam yang shirtless membuat wajah Dyba memanas. "Pakai baju kamu, Sam! Ada cewek di sini!"

Sam terkekeh, ia memeluk Dyba dan menempatkan wajah perempuan itu tepat di depan dadanya. "Biasanya kamu gak pernah malu liat dadaku, ini kenapa mukanya merah coba? Dah tidur, nanti bangun tidur bakalan aku jelasin. Aku tau emosi kamu lagi gak stabil, aku tau kamu lagi dapet makannya kamu emosian."

Dyba diam, sadar tidak sadar Dyba memajukan wajahnya dan menempelkan wajahnya di dada bidang Sam. "Aku ngantuk, mau tidur dulu."

"Iya, sayang. Nanti aku yang bakalan kabarin bunda. Sleep tight, Beb."

Tangan Sam memeluk pinggang Dyba dan ia terus menciumi puncak kepala Dyba. Tangan Dyba melingkari leher Sam. "Sleep tight, Bae. Semoga penjelasan kamu gak buat aku kecewa."

***

"Kalau cuma temen kenapa fotonya gak kamu hapus? Selama ini perasaan kamu bukan tipikel orang yang mau nyimpen foto gitu, apalagi sama cewek."

"Dy...."

Dyba menggelengkan kepalanya. "Aku bener-bener gak habis pikir, dia sepenting itu sampai kamu gak mau ngehapus foto itu?"

Sam mengelus tangan Dyba, ia sekarang berjongkok di depan Dyba. "Sayang, percaya aku, aku sibuk sampe gak sempat ngehapus foto itu. Aku sibuk kuliah, habis itu langsung nyari oleh-oleh untuk kamu. Yang aku buka cuma WhatsApp sama Instagram aja, gak sempat-sempat aku buka galeri, Dy."

Melihat Dyba yang tidak mau menatapnya membuat Sam langsung memegang dagu Dyba. "Tatap aku, kamu ada lihat apa di mataku?"

Dyba menyelami tatapan itu, tatapannya masih sama, penuh cinta dan rasa rindu. Tetapi, kenapa secuil hati Dyba merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Sam dari tatapan itu. "Kamu gak bisa bohongin aku gitu aja, tatapanmu memang masih sama, tapi ada yang kamu sembunyikan."

Sam berdiri dari jongkoknya, ia memandang Dyba dengan lelah. "Dyba! Jangan buat masalah deh! Cuma gara-gara foto aja kamu sampe permasalahin kayak gini! Aku lagi capek, niatku pulang untuk ngasih suprise ke kamu, tapi kamu malah kayak gini!"

Dyba menggelengkan kepalanya mendengar bentakan Sam itu. Ia langsung mendorong Sam supaya tidak berada di depannya lagi. Ia dengan cepat berlari dari apartemen Sam. Tidak memperdulikan tas, ponsel, bahkan dompetnya yang masih ada di dalam apartemen Sam.

Baru sadar setelah pintu tertutup dengan keras, Sam menjambak rambutnya sendiri. "Gue salah!"

***

Dyba turun dari taxi itu setelah membayarnya dengan uang yang dipinjam dari pak Udin-- Satpam rumahnya.

"Dy, Sam mana? Katanya tadi kamu di apartemen dia." Dyba tidak menjawab pertanyaan mamanya itu, dia dengan cepat lari ke kamarnya.

"Nda, Dy kenapa?" Nia menaikkan kedua bahunya. "Gak tau, dia langsung lari gitu aja."

Gean mengerutkan keningnya, ia yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan adiknya itu. "Gean ke kamar Dy dulu, Nda."

Gean mengetuk pintu kamar itu, tidak ada jawaban membuat Gean langsung membukanya saja. Ia menghela nafas kasar saat melihat bahu adiknya yang naik turun itu. Ia menghampiri Dyba dan mengelus rambut Dyba. "Sayang, kenapa?"

"Abang." Dyba bangun dari tubuhnya dan langsung menubruk tubuh Gean, membuat Gean langsung terjatuh begitu saja dan Dyba yang menangis di dadanya.

Gean mengelus punggung yang bergetar itu. "Kenapa sayang? Ada masalah sama Sam? Kan Sam baru pulang kenapa malah ada masalah?"

"Kepercayaan Dy sama Sam berkurang. Dy lihat ada foto cewek di hp Sam. Foto mereka bukan foto biasa, Bang. Di foto itu pipi Sam di cium sama cewek itu. Dy takut Sam di sana udah dapat pengganti Dy."

Gean masih mengelus-elus punggung Dyba. Ia menghela nafas kasar. "Udah nanya sama Sam itu siapa?"

Dyba mengangguk. "Kata Sam itu cuma temennya Sam."

"Sayang, budaya kita sama mereka beda. Di luar ciuman pipi bahkan ciuman bibir itu tanda pertemanan, mereka udah biasa kayak gitu."

Dyba memukul dada Gean yang membuat Gean meringis. "Tapi, kenapa kalau cuma temenan sampe di foto, bahkan fotonya gak di hapus-hapus. Foto itu Dy lihat udah dari dua minggu yang lalu, masa sampai sekarang gak Sam hapus juga?"

"Dyba, hubungan jarak jauh perlu kepercayaan yang cukup tinggi. Abang tau rasanya susah, tapi harus dicoba. Masa hubungan kalian yang udah berjalan tiga tahun lebih harus hilang cuma gara-gara foto itu? Hubungan jarak jauh mengajarkan kalian untuk saling percaya, saling sabar dalam menanti kabar, dan intinya jangan sampe kalian sama-sama saling curiga. Percayain hatimu, tapi jangan sepenuhnya, manusia bisa khilaf dan melakukan kesalahan. Jangan juga kamu hanya sedikit percaya sama dia, yang ada kamu yang khilaf."

Gean mengangkat wajah Dyba dari dadanya, ia menghapus jejak air mata yang ada di pipi Dyba. "Perbaiki hubungan, jangan langsung nyimpulin sendiri gini. Semua hubungan yang dilandasi rasa egois dan nyimpulin sendiri gak bakalan bertahan lama lagi."

Dyba mengangguk. Ia memeluk Gean lagi. "Makasih abang."

"Dah, bobok ya? Abang temenin deh sampe kamu tidur." Dyba mengangguk dan tidak lama nafasnya sudah mulai teratur.

Gean memindahkan tubuh Dyba ke tengah kasur dengan hati-hati. "Have a nice dream, sayang. Semoga hubungan kamu sama Sam gak bakalan berantakan."

***

TBC....
Warning! Typo bertebaran....
Jangan lupa vote and comment ceritaku....
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment ceritaku....

02 Juni 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 46.4K 30
Lelaki tantrum itu akan bertemu dengan gadis yang memiliki sifat keras kepala. Ricardo Ace Austin dengan Aruna Naevandita yang memiliki sifat hampir...
762K 5.5K 5
{Penghapusan dalam rangka penerbitan} {End story} {Humor, spritual, romance} Cuma cerita biasa. Dari sesorang yang hina. Kisah yang lekat dengan kis...
3M 278K 73
"Iya iya ga marah lagi, maaf. Jangan pergi." Noah tersenyum puas mendengarnya. Sedetik kemudian ia menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh mungil Ara dan...
62.7K 3.1K 47
[Follow me first] Ini kisah tentang Reyhan dan Ayra yang sama-sama saling mencintai tapi dengan cara mereka sendiri. Bagi Ayra, Reyhan merupakan cowo...