My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

بواسطة Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... المزيد

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻07
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻16
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻40
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻52
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻55
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻58
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻62
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻39

65K 3.6K 263
بواسطة Niyahcomel

Happy reading🌹



Kini keduanya berada dalam dibilik toilet. Padahal ini toilet cewek, namun Arland keukeh ingin ikut masuk untuk menemaninya. Alle pun akhirnya mengizinkan dengan alasan nanti jika ada yang melihat mereka dan dikira mereka macam-macam cowok itu yang akan ia salahkan.

"Basah banget," ujar Alle menepuk-nepuk roknya yang sangat basah.

"Mau ganti aja? Gue beliin di kantin." tawar Arland ikut menatap rok Alle.

Gadis itu menggeleng. "Gak usah, nanti juga kering kok." kata Alle menegakan badannya kemudian mencuci tangannya.

Arland terus saja menatap gadisnya. Ia merasa bersalah karna tidak bisa menjaga gadis itu.

"All soal tadi gue bisa jelasin." ujar Arland kembali bicara.

Alle pun mengangguk. "Jelasin sekarang." pinta Alle. Sebenarnya ia tidak akan menuntut cowok itu untuk menjelaskannya, karna ia percaya kalau Arland tidak akan meninggalkannya.

"Gue sama Keyra emang dijodohin sejak kelas 1 SMA lebih tepatnya satu tahun yang lalu. Tapi gue udah nolak, tapi bokap maksa waktu itu. Jadi terpaksa gue terima." cerita Arland menatap Alle.

"Lo cinta sama dia?" tanya Alle ingin tahu.

Arland menggeleng tanda tidak. Sejak dulu ia tidak mencintai Keyra dan sampai sekarang.

"Yaudah, gue gak perlu khawatir. Toh lo juga gak cinta kan sama dia." kata Alle santai. Namun, dibalik itu ia ingin sekali bertanya tentang kelima foto yang ia liat dirumah Alex waktu lalu namun ia tidak berani. Ia yakin disalah satu gadis disana adalah Keyra, walaupun berbeda dengan sekarang tapi Alle yakin bahwa difoto itu adalah gadis itu.

Arland menatap Alle bingung."Lo gak cemburu?" tanya Arland memastikan.

Alle menggeleng polos."Gue percaya kalau lo gak mungkin nerima perjodohan itu." kata Alle dengan pedenya.

"Yakin banget," cibir Arland. Namun dalam hati ia pun membenarkan hal itu.

Alle lantas menatap cowok itu dengan senyuman manisnya. "Karna gue tau, lo udah cinta banget sama gue." kata Alle berkedip.

Sontak saja Arland tertawa kecil. "Cewek siapa sihh? Pede banget." kata Arland mengacak rambut Alle karna gemas akan gadis itu.

"Arland ih! Kebiasaan, rambut gue mulu yang diacak." ujar Alle melotot.

Laki-laki itu hanya terkekeh sambil memperbaiki tatanan rambut gadisnya. "Tanpa lo tebak gue udah cinta mati sama lo." bisik Arland ditelinga gadis itu.

"Katanya gak bisa gombal! Dasar cowok!" kata Alle memukul pundak cowok itu.

"Hahaha.."

•••

"Si tai senyum mulu, gitu ya kalau orang lagi jatuh cinta?" celetuk Panji menatap heran Arland dimatanya seperti orang bodoh.

Sepertinya, pelajaran sejarah sama sekali tidak menarik diketiga mata cowok itu. Arland yang melamun entah apa, Varel dan Panji hanya diam sesekali bergidik melihat cowok itu.

Sedangkan yang lain pura-pura mendengarkan dan ada juga yang tidur dengan buku yang berdiri diatas meja.

"Kaum sirik." toyor Varel pada cowok itu. Varel kemudian menoyor kepala Arland sehingga cowok itu tersentak.

"Masih waras kan lo?" tanya Varel seraya bergidik.

"Sialan lo, Rel." balas Arland menoyor kepala cowok itu.

"Gimana si ketos? Marah dia?" tanya Panji mencondongkan badannya sehingga keduanya bisa mendengar jelas perkataan cowok itu.

Arland menoleh kemudian menggeleng. "Dia malah biasa aja, malah gak keliatan marah sekali." ujar Arland mengingat reaksi gadisnya.

"Kata Mika emang gitu, Alle gak cemburuan. Malah kalau ada masalah dia minta jelasin." sahut Varel membenarkan.

"Gila sih cewek kek gitu, langka men!" sorak Panji mulai riuh, membuat Varel terpaksa membekap wajah cowok itu menggunakan buku.

Beruntung mereka duduk dibangku paling ujung. Jadi tidak kenatara jika tidak memperhatikan sama sekali.

"Makanya, cari pacar serius. Bukan buat pajangan status doang." sindir Varel.

Panji mencebik kesal karna diantara mereka bertiga dirinya lah yang paling susah buat serius. "Gue dalam mode tobat buat dapetin si Safira!" seru Panji mengepalkan tangannya ke udara.

Varel memutar bola matanya malas sedangkan Arland menatap datar cowok pecicilan itu.

"Temen bangsat lo berdua!" teriak Panji tanpa sadar akibat terlalu kesal.

"Siapa yang kamu bilang bangsat Panji Radhitya?!" seru Pak Opik menyambar seraya berkacak pinggang.

"Temen saya nih, Pak! Masa saya mau gebet cewek gak didukung sama sekali." jawab Panji tanpa sadar. Seakan-akan yang bertanya itu akan memberikan solusi masalahnya.

Varel melotot tajam sedangkan Arland memijat kepalanya mendadak pusing. Tawa semua orang dikelas pun meledak, melihat wajah Panji yang kini tengah cengengesan saat menyadari kesalahannya.

"Jadi sedari tadi kamu tidak mendengarkan penjelasan saya?!" hardik Pak Opik garang.

Panji menggeleng polos. "Bapak sih, masa lalu dijelasin ya mana ada yang mau denger." oceh Panji merasa paling benar.

"Nih ya, Pak. Ibaratnya mantan yang mau balikan, pasti bakalan ngejelasin sesuatu. Nah, lebih baik gak usah didengerin, penjelasan masa lalu." kata Panji berlagak seperti seorang ahli cinta.

"Ciaaa.. Nyolong kata-kata dimana, Pan?" celetuk Rafael menyahut.

"Nenek google!"

"Panji Radhitya keluar dari disini sekarang juga!" teriak Pak Opik nyaring.

"Siap laksanakan!" kata Panji dengan semangatnya. Laki-laki itu langsung bangkit dan memberi hormat pada Pak Opik.

"Jangan kangen, Pak." kata Panji mengedipkan matanya sebelah kemudian langsung mengacir sebelum penggaris panjang itu mengenai bokong seksinya.

"Dasar!" rutuk Pak Opik tak habis pikir. "Siapa lagi diantara kalian yang mau saya usir?!" kata Pak Opik sangar.

Semua orang yang ada dikelas mengangkat tangannya, kecuali Arland dan Varel.

"Heh apa-apan kaliann! Turun kan sekarang juga!"

"Bapak gimana sih, katanya siapa yang mau angkat tangan." cibir salah satu siswi.

"Tau nih bapak."

"Sudah! Sudah, kita ulangan sekarang!"

•••

Alle keluar dari bilik toilet setelah merapikan sedikit rambutnya. Saat gadis itu hendak mengambil tisu tangannya sudah lebih dulu dicekal oleh seseorang.

"Sini lo!" kata Thalia, orang yang sengaja membuntuti Alle saat masuk ke toilet tadi.

"Apaan sih Thal." tepis Alle langsung.

Thalia melipat tangan didada. "Oh ini pacarnya Arland? Pake pelet apa bisa dapetin dia?" kata Thalia sinis.

"Minggir Thal," ujar Alle tidak ingin meladeninya. Bukannya ia takut, hanya saja ia yakin pasti ini akan berujung perkelahian yang panjang.

"Apa sih kurangnya gue sampe-sampe Arland lebih milih cewek kaya lo." kata Thalia memandang remeh Alle.

Alle menghela nafas pelan. "Lo mau tau kurang lo dimana?" ujar Alle menatap balik gadis itu.

Thalia menggeram. Baginya ia tidak kekurangan apapun dalam bentuk fisik maupun yang lainnya.

"Harga diri. Secara gak langsung lo udah rendahin harga diri lo cuma buat ngejar cowok yang udah punya cewek." kata Alle tersenyum puas.

"Kayanya gue gak ada urusan lagi. Gue duluan." lanjut Alle menyenggol bahu gadis itu kemudian berlalu pergi.

"Sialan! Lo mau main-main sama gue hah?!" jerit Thalia tidak terima. Baginya tidak ada satupun orang yang berani merendahkannya.

Seketika Thalia tersentak saat pundaknya ditepuk oleh seseorang. "Ngapain lo?" tanya Thalia sinis.

Gadis itu malah tersenyum. "Mau kerja sama?" tawar gadis itu penuh maksud.

"Kerja sama apaan?!" ketus Thalia malas. Jujur saja ia masih kesal dengan gadis didepannya.

Gadis itu mendekat dan membisikan sesuatu. Thali langsung tersenyum miring dengan wajah puasnya.

"Bisa diandelin juga lo. Oke, gue setuju." balas Thalia tersenyum.

•••

"All, kita ada latihan basket nanti gak papa gak gue anter pulang?" ujar Arland yang tengah berdiri memandangi gadis yang sejak tadi sibuk menulis.

"Gak papa, Land. Lagian gue juga ada urusan osis entar." jawab Alle sekenanya.

Kini kelas Alle sudah kosong, kecuali gadis itu dan kedua sahabatnya.

"Besok aja ya ke tokonya? Hari ini gak bisa." itu suara Varel yang tengah ngobrol dengan Mika.

Mika mengangguk paham. "Besok janji ya?" Varel pun mengangguk seraya tersenyum.

Saat kedua sahabatnya asik berbicara dengan pasangannya masing-masing, Panji malah sok imut berdiri seraya memandangi Safira yang sama sekali tidak mau meliriknya.

Tunggu perjuangan ku cinta!  Seru Panji cekikikan dalam hatinya.

"Perasaan gue gak enak. Gue anter lo pulang dulu." kata Arland langsung.

Varel menggeleng heran melihat temannya itu yang nampak protektif. "Alle sama Mika sama Safira juga, Land. Mending kita pergi sekarang deh, dari pada nanti pulangnya larut banget." ujar Varel menatap cowok itu.

Saat ini mereka harus latihan untuk turmanen minggu depan. Maka dari itu mereka disuruh latihan ditempat yang sudah ditentukan.

"Iya lo pergi aja. Bentar lagi gue juga pulang kok." kata Alle telah selesai menulis.

Arland menghembuskan nafas kasarnya. Cowok itu mengusap rambut Alle lembut. "Yaudah gue pergi, kalau ada apa-apa hubungin gue." kata Arland berpamitan.

Alle pun mengangguk seraya tersenyum tipis. Setelah ketiganya pergi, tak lama kemudian ketiga gadis itu juga keluar dari kelas.

"Pinjem cacatan lo tadi, All." pinta Safira menyegir saat mengatakannya.

"Lo gak catet, Sapi?" kata Alle memincing.

"Pasti tidur nih anak." cibir Mika dan disambut kekehan Safira.

"Gue ngantuk makanya ketiduran, pinjem ya?" seru Safira langsung berdiri dibelakang Alle dan mengambil buku tulis milik Alle.

"Besok bawa, soalnya ada kuis nanti." peringat Alle.

Safira mengangguk paham. "Tenang bos ku!" seru Safira.

Saat dikoridor pun mereka pun hendak berpisah.

"All, lo pulang nanti sama siapa?" tanya Mika memberhentikan langkahnya.

"Naik angkot, kalian duluan aja." ujar Alle santai.

"Kita tungguin deh, lagian masih jam setengah lima." ujar Safira melirik jam ditangannya.

Alle lantas menggeleng. "Tugas gue banyak, kelarnya bisa lama. Kalian duluan aja." tolak Alle enggan.

Mika dan Safira pun saling pandang. "Gak papa nih kita tinggal?"

"Apasih kalian, udah deh pulang aja. Lagian ada Kak Liam nanti ke sini buat bantuin." kata Alle tanpa sadar.

"Parah, kalau Arland tau gimana?" kata Safira menggeleng.

Alle mendengus. "Cuma ngerjain tugas, gak lebih. Dahh, gue duluan." pamit Alle langsung berbelok menuju ruang osis. Dari pada ia meladeni kedua gadis itu tidak akan ada habis-habisnya nanti.

Sesampainya diruang itu Alle pun meletakan tasnya dan mulai berkutat dengan laptop didepannya. Ia sengaja men-silent ponselnya agar ia fokus.

Hampir setengah jam berlalu Liam tidak muncul-muncul, padahal katanya cowok itu ingin membantunya agar besok semuanya sudah selesai. Mengingat besok masih sekolahan, jadi Alle sangat malas jika harus berkutat lagi maka dari itu ia lebih memilih menyelesaikan sekarang.

Tok.

Tok

Alle lantas mendongak. Karna kaca osis dilapisi kaca buram, makanya ia tidak bisa melihat siapa yang ada diluar sana.

"Kalau Kak Liam ngapain ngetok segala." gumam Alle heran.

Tok.

Tok.

"Ah, mungkin Kak Liam kesusahan bawa berkas kali, makanya minta bukain." ujar Alle langsung berdiri dari kursinya dan melangkahkan kaki menuju pintu.

Setelah pintu dibuka, tidak ada siapa-siapa. "Gak ada orang," gumam Alle seketika takut. Namun, saat pundaknya ditepuk saat itu juga Alle berbalik.

"Hmmpp!!" Alle melotot saat mulutnya dibekap oleh seseorang dari arah belakang.

"Hmmp!"

Tubuh Alle seketika melemah. Penglihatannya buram seketika. Kemudian ia tidak bisa merasaka apa-apa lagi.

Alle pingsan.

•••

Alle merasakan kepalanya seperti dihantam batu yang teramat besar. Sangatlah sakit, gadis itu kemudian mengerjap-ngerjapkan matanya.

Seketika tubuh Alle menegang saat mengetahui bahwa dirinya ada disebuah gudang sekolah. Padahal gudang ini tidak ada lampu sama sekali, tapi entah kenapa ada sebuah lampu kecil yang menggantung diatas sana.

"HMMP!!" teriak Alle sekerasnya. Karna mulutnya saat ini tengah dilakban, maka dari itu ia tidak bisa berteriak.

Ya, Tuhan. Tolongin, Alle. Arland!! jerit Alle dengan air mata yang perlahan mulai mengalir.

Gadis itu terisak. Alle menatap baju sekolahnya yang kini sudah sangat kotor entah karena apa. Ia sama sekali tidak ingat bagaimana ia bisa disini, kecuali diruang osis tadi tiba-tiba ia pingsan.

Brak!

Alle lantas mendongak saat pintu dibuka dengan kasar. Alle tersenyum dibalik lakban yang membungkus mulutnya dan berharap bahwa orang itu melihatnya dan melepaskan dirinya.

"Hmmppp!! Hmp!!" kata Alle seraya memberontak dikursi yang mengikat seluruh dirinya.

Orang berbaju serba hitam itu menyerigai menatap Alle. Seluruh wajahnya ditutupi, kecuali mata.

Srek!

"Tolong! Tolong, lepasin." pinta Alle seketika saat lakban yang menutupi mulutnya terlepas. Ia sampai lupa rasa perih dimulutnya karna ingin segera dilepaskan sekarang juga.

"Minta dilepas ya? Kasian?"

Deg!

Itu suara laki-laki, tapi siapa? Bahkan Alle merasa asing dengan suara itu.

"Tolong lepasin gue, gue gak tak salah gue apa." kata Alle seketika memohon. Disini gelap, ia takut dan kenangan kelam itu seketika menghampiri benaknya.

Orang itu malah menyeringai dibalik topengnya. Kemudian ia mengambil gunting dari balik bajunya.

"Lo mau apa?" kata Alle was-was. Namun orang itu malah mendekat kemudian..

"Argh!" teriak Alle kesakitan saat orang itu menendang kursi yang mengikat dirinya sehingga terjatuh.

"TOLONG!!" teriak Alle menangis. Kini pipinya menempel dilantai dengan keadaan kursi yang masih mengikat wajahnya.

"Gimana kita main-main dulu." bisik orang itu terdengar tajam. Tangan itu terulur menyentuh bibir yang yang bergetar.

Alle menggeleng lirih. "Lepasin gue, gue mohon." pinta Alle sesenggukan.

"Kayanya kalau gue potong rambut lo gak masalah." kata orang itu memainkan gunting ditangannya seraya menyerigai.

Alle menggeleng-gelengkan kepalanya. "LEPAS! LEPASIN GUE!" teriak Alle saat orang itu malah menjambak rambutnya.

"BRENGSEK! LE--"

PLAK!

DUK!

"Argh! Sakit, l-epas." pinta Alle semakin ketakutan. Darah segar mengalir dari sudut bibir Alle seketika saat orang itu menamparnya.

Setelah puas menyiksa gadis itu. Orang itu tersenyum puas. "Selamat menikmati kegelapan." ujar orang itu kemudian tertawa puas.

"Enggak! Jangan!!" teriak Alle sekuat tenaga saat orang itu mematikan lampu minim itu.

Klik.

Seketika gelap. Alle terus memberontak agar bisa terlepas dari sini.

"TOLONG!!"

"Tolong siapapun," suara Alle mulai melemah. Ia tidak bisa melihat apapun selain gelap.

"Ar-land, to-longh."

Alle pingsan kembali.

•••

Arland berdecak kesal karna Alle sama sekali tidak mengangkat telpon darinya sejak setengah jam terakhir.

"Astaga All! Angkat!" kata Arland kesal karna sedari tadi gadis itu tidak mengangkatnya.

"Kenapa Land?" tanya Varel yang baru selesai main basket dan duduk disamping Arland.

"Alle gak angkat telpon gue. Padahal nyambung." kata Arland mengacak rambutnya gusar.

Panji yang baru bergabung pun menoleh."Coba telpon ke rumahnya, pasti udah pulang tuh ketos." kata Panji, mengingat hari sudah malam.

Arland pun langsung saja menghubungi Alisha, Mamanya Alle.

"Ha--

"Halo Arland, kamu lagi sama Alle kan?" cecar Alisha langsung. Terdengar nada khawatir dari sana.

Kini Arland yang semakin khawatir. Berarti Alle tidak ada dirumah. "Alle gak pulang, Tan?" tanya Arland hanya ingin memastikan.

"Loh? Berarti Alle gak lagi sama kamu? Terus Alle kemana Arland?" kata Alisha panik.

Varel dan Panji pun turut cemas. Varel langsung saja menghubungi Mika, sedangkan Panji mencoba menghubungi Safira kali aja diangkat.

"Tante maaf, ini salah Arland. Biar Arland cari Alle, Tante tenang aja." ujar Arland berusaha setenang mungkin.

"Cari Alle sampai dapat, bunda berharap sama kamu. Jangan lupa kabarin bunda."

"Baik, tan." tutup Arland setenang mungkin.

Arland langsung mendekati Varel. "Kata Mika mereka pulang duluan, gak bareng Alle." ujar Varel lebih dulu sebelum Arland hendak bertanya.

Arland semakin gusar. "Terus Alle dimana?!" teriak Arland tak terkendali.

"Si Safir juga panik pas tau Alle belum pulang. Katanya dia mau ke rumah Alle sama Mika, buat nemuin Mama'nya Alle." tutur Panji turur cemas. Bahkan cowok pecicilan itu tidak berani bercanda.

"Tunggu, ponsel Alle masih nyala kan?" kata Varel berbinar. Arland mengangguk lemah.

"Pan, kirim nomor Alle ke Bang Tio. Suruh dia lacak dimana posisi Alle saat ini."

"Mantap!" seru Panji langsung menghubungi Abang yang dimaksud oleh Varel. Selagi Panji menghubungi Tio. Varel menepuk pundak Arland menenangkan cowok itu.

"Tenang Land, mungkin Alle dalam perjalanan pulang." kata Varel.

Arland tidak menghiraukan. Cowok itu terlalu panik sehingga tak bisa berpikir panjang lagi.

"Gimana?" tanya Arland menodong Panji.

"Posisi Alle masih disekolahan. K-"

"Kita ke sana sekarang!" ujar Arland lebih dulu meluncur pergi.

"Land woy! Kita masih pakai baju basket!" teriak Panji yang sama sekali tidak digubris cowok itu.

"Ayo." kata Varel juga ikut menyusul.

•••

"Lo yakin masih disekolahan?" tanya Varel saat mereka berhasil membobol pagar sekolah agar bisa masuk ke dalam.

"Iya, nih kayanya belok sana." ujar Panji saat gps nya menyambung ke ponsel Alle.

"Ruang osis." tebak Varel yang memegang senter.

Arland langsung berlari bak orang kesetanan dn langsung mendobrak pintu osis.

"ALLE!!" teriak Arland menggema. "Sialan! Gak ada." kata Arland mengacak rambutnya.

"Nih tasnya sama hapenya. Jadi Alle masih disini," ujar Varel menyorot tas milik Alle.

"Mencar!" putus Arland lebih dulu keluar dari sini

"Gue toilet sama lantai atas!" teriak Panji yang mulai menjauh.

"Gue depan."

Berarti Arland belakang. Tanpa mau menunggu Arland langsung menuju taman belakang sekolah dengan senter kecil ditangannya.

"All!" teriak Arland berputar-putar.

"Alle! Lo dimana, All?!" teriak Arland kemudian berlari. Saat hendak kembali, matanya tak sengaja menangkap pintu gudang yang terbuka.

"All!" sepertinya Arland tidak peduli jika suaranya habis karna terlalu berteriak.

Bruk!

"ALLE!!"

Arland langsung membuang senter miliknya dan segera membuka ikatan tali yang menjerat gadisnya itu.

Rasanya Arland ingin menitikan air matanya saat ini juga. Diangkatnya kepala Alle ke pahanya.

"All," gumam Arland masih terlampau shock.

"All bangun! All!" jerit Arland langsung mendekap gadisnya.

"All! Sayang! Bangun!" teriak Arland seperti orang kesetanan.

Laki-laki itu pun langsung membopong tubuh lemah Alle. "Bertahan sayang, kita kerumah sakit sekarang." bisik Arland dan tanpa ia tahu air matanya pun menetes.


























TBC!!

Alle kenapa tuh😢Sumpah babang Arland sampe mau mewek liatnya:v

Vote sama komennya dong😙spam komen juga gak papa sesekali nyenengin author, ehe..

Salam hangat😙❤

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

MARSELANA بواسطة kiaa

قصص المراهقين

506K 23.8K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
TRANSMIGRASI REVAZA بواسطة liv_kh

قصص المراهقين

5.8M 273K 52
Follow sebelum membaca. Cerita sudah diterbitkan dan tersedia di Shopee. ||Sinopsis|| Menceritakan tentang kisah seorang gadis bernama Revaza Khansa...
851K 73.5K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
4.2M 250K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...