bring me straight to you

De kittenspawn

11K 1.8K 393

Jovan and Jerry's journey to win Lili's heart. A light romance based on NCT 127 - Neo Zone's Album Track List... Mai multe

Prelude
Track 2 - Boom
Track 3 - Love Song
Track 4 - Elevator

Track 1 - Day Dream

2.7K 402 38
De kittenspawn

Hari terhitung masih pagi ketika ruangan kaca kedap suara di salah satu gedung perkantoran itu diisi oleh kurang lebih dua belas orang. Salah satu di antara mereka berdiri di ujung meja panjang. Tubuhnya tinggi tegap berbalut kemeja tosca yang lengannya dilipat hingga siku. Tampilannya sangat stylish, cocok dengan jabatannya sebagai Creative Director di perusahaan tersebut.

Laki-laki itu bernama Jovan Azel Sadajiwa, atau yang kerap dipanggil Sir Jo oleh bawahannya. Ia menolak keras dipanggil dengan sebutan Pak atau sejenisnya dengan alasan bahwa ia belum setua itu untuk dipanggil begitu. Usianya menginjak angka 29, namun sudah menjabat sebagai Creative Director selama nyaris dua tahun. Orang-orang memandangnya sebagai prodigy, sehingga ia bisa dengan cepat menaiki tangga menuju jabatannya sekarang.

"Oke, saya harap arahan yang saya berikan sudah jelas. Briefing selesai, kalian bisa kembali," Jovan berujar, mengakhiri briefing pagi rutin untuk timnya.

Jovan berjalan keluar dari ruangan kaca kedap suara tersebut setelah melemparkan seulas senyum tipis pada bawahannya. Sekretaris pribadinya berjalan di sampingnya dengan iPad menyala dalam genggaman, menampilkan time table yang memuat seluruh jadwalnya hari ini. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. 09.27.

"Setelah ini jadwal saya apa, Ra?" tanyanya pada Serafina, sekretarisnya.

Tidak butuh waktu lama untuk Serafina menjawab, "Rapat dengan Mr. Anthony pukul sebelas di Daffodil Hotel kemudian dilanjut rapat dengan klien dari Parisian pukul dua di Kalon Resto, Sir."

"Oke. By the way, sudah dapat konfirmasi dari HR soal copy writer baru? Kira-kira kapan bisa masuk?" tanya Jovan.

"Dari HR sudah memastikan besok copy writer barunya sudah masuk kerja, Sir."

Jovan mengangguk puas. "Good."

"Ah iya, masih ada waktu luang sebelum meeting, saya mau keluar sebentar. Tolong handle dulu selama saya keluar," Jovan berujar santai.

"Siap, Sir."

🌸🌸🌸

Kantor biro advertising tempat Jovan bekerja berada pada sebuah kawasan bisnis di pusat kota. Kawasan tersebut berisi beberapa gedung perkantoran yang menjulang tinggi, kompleks apartemen yang terkenal eksklusif serta pusat perbelanjaan. Di antara semua gedung yang ada di sana, ada satu café yang menjadi favorit Jovan. Café itu terletak cukup dekat dengan gedung kantornya, membuat Jovan rajin mampir demi mendapatkan dosis kopi hariannya.

Tangan panjang Jovan terulur membuka pintu kaca café yang memiliki nama Day Dream tersebut. Aroma kopi yang pekat segera menyapa indera penciuman Jovan begitu ia masuk ke dalam café. Untuk ukuran café yang berada di pusat kawasan bisnis, desain interior tempat itu seperti oasis di tengah gurun pasir. Interior café itu didominasi oleh dinding putih bersih dan kombinasi bambu yang eco friendly. Beberapa pot tanaman hijau juga diletakkan di sudut-sudut ruangan, membuat tempat itu terlihat sangat nyaman dan menenangkan.

Seorang laki-laki berkalung apron yang berdiri di balik pantry melempar seulas senyum begitu mata mereka bertemu. Jovan mengenalnya sebagai Ken, pemilik sekaligus barista utama di Day Dream. Sejak bekerja di kantor advertising lima tahun belakangan, Jovan sudah menyandang gelar sebagai customer paling loyal di café itu.

"Taking your daily dose of caffeine?" tanya Ken yang sibuk di balik espresso machine.

"Yup," sahut Jovan sembari menyerahkan kartunya pada petugas kasir. "Can't live without caffeine in my blood."

Jovan memilih duduk di pantry yang berada tidak jauh dari Ken sembari menunggu pesanannya. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi Instagram dan segera mengetikkan username yang sudah ia hapal di luar kepala. Profil dengan nama anamcara muncul kemudian. Mata Jovan seketika tertuju pada postingan terbaru dari akun tersebut. Foto sebuah tunas succulent di dalam pot putih mungil dengan caption "I'm ready to grow and bloom with grace."

Bibir Jovan melengkung samar saat ia mengetuk layar sebanyak dua kali, meninggalkan tanda suka pada foto tersebut. Ia sudah lama mengikuti akun photography tersebut tanpa mengetahui pasti siapa pemiliknya. Akun itu hanya memposting hasil foto milik fotografernya, tanpa benar-benar menunjukkan siapa dibalik karya-karya minimalist dan indah itu.

Matanya mengedar ke penjuru café yang saat itu masih sepi pengunjung. Biasanya Day Dream akan ramai dari jam 10 puluh ke atas. Kebanyakan pelanggan adalah karyawan dari kantor-kantor yang berada di kawasan bisnis tersebut, entah untuk take away, atau sekedar mencuri waktu untuk menenangkan pikiran yang suntuk dengan pekerjaan.

Tepat ketika pandangannya jatuh pada pintu café, seorang perempuan berambut hitam panjang masuk. Jovan berani bersumpah, perempuan itu adalah perempuan paling menarik yang pernah ia lihat. Perempuan itu bertubuh kurus dan cukup tinggi. Kemeja biru muda dan rok hitam selutut membalut tubuh langsing perempuan itu. Rambut panjangnya diikat kuda dengan poni rata menutupi dahi. Benar-benar cantik.

Matanya tidak bisa lepas dari sosok yang kini tengah berjalan ke kasir itu. Jantung Jovan berdebar kencang ketika perempuan itu mengulas sebuah senyum di bibirnya.

"Inhale, exhale, calm your dick down, dude," bisik Ken yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan wajahnya.

"Dude," Jovan mendesis. Ia baru sadar bahwa pesanannya sudah berada di hadapannya. Ia membawa cangkir berisi espresso tersebut ke hadapan bibirnya. Disesapnya perlahan cairan hitam pekat tersebut sambil curi-curi pandang pada perempuan tadi yang kini sudah berdiri di depan konter pick up order.

"Ajak kenalan, lah! Jangan cupu," ledek Ken dengan senyum jahil.

Jovan jelas bukan orang awam soal urusan percintaan. Selama masa kuliahnya dulu ia bahkan mendapat julukan Don Juan karena track recordnya. Bertemu perempuan cantik dan berkenalan bukanlah hal yang sulit. Ia kerap melakukannya semasa kuliah dulu, entah itu di club atau pun di pesta yang rajin ia hadiri sebulan sekali. Tapi entah kenapa, kali ini keberanian Jovan menguap entah kemana.

Perempuan itu tidak terlihat mudah didekati seperti perempuan-perempuan lain di masa lalunya. Perempuan itu terkesan polos dan naif. Jovan belum pernah berurusan dengan perempuan polos dan naif. Dan di usianya yang sudah nyaris kepala tiga, Jovan jelas bukan lagi sosok yang akan bermain-main.

"Well forget it then, she already left,"

Ucapan Ken barusan akhirnya menyadarkan Jovan dari lamunannya. "Really? And you didn't tell me?"

"It's not my fault if you took too long to overthink everything," sahut Ken santai sambil mengedikkan bahu.

Fuck.

🌸🌸🌸

"Really Jer? Party? On a Thursday night?"

Jovan berjalan santai keluar dari ruang kerjanya dengan ponsel di telinga kirinya. Kantor sudah sepi mengingat ia baru keluar ketika matahari sudah terbenam. Seluruh anggota timnya sudah pulang terlebih dahulu setelah ia membubarkan mereka jam lima sore tadi.

Ia memijit hidungnya ketika mendengar Jeremy tertawa di seberang telepon. "Nggak semua orang punya jam kerja bebas kaya lo, Jer. And I'm one of them. I work from nine to five every week days."

"Salah sendiri lo nggak mau gabung sama tim gue waktu gue tawarin dulu," ujar Jeremy santai.

"Aduh nggak siap gue digilai banyak penggemar kalau gue jadi youtuber hits kaya lo."

"Lo belom pernah ngerasain sih." Jeremy menyanggah dengan cepat. "Anyway, come to my condo tonight. Gue nggak sabar mau dengerin cerita soal cinta pada pandangan pertama lo hari ini."

"I shouldn't even told you in the first place, huh. Fine. See you."

Jovan segera menutup telepon Jeremy setelah pintu lift di hadapannya terbuka.

So much for enjoying the night alone thinking about that girl from Day Dream.

🌸🌸🌸

Jovan bisa merasakan penyesalan yang akan datang begitu kakinya menginjak kondominium Jeremy yang sudah ramai oleh puluhan orang. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang terkenal di dunia entertainmen. Jovan yakin pernah melihat beberapa wajah mereka di televisi meskipun tidak mengenal orang-orang tersebut secara personal.

"Yoooo look who's coming? The busy prodigy is here!"

Seketika pusat perhatian terarah padanya begitu Yuta berteriak sembari merangkul bahunya. Jovan tidak sempat mengatakan apa pun, Yuta sudah terlebih dahulu menyeretnya untuk bergabung dengan Doie dan Jeremy yang berada di pantry.

Beberapa pitcher berisi cairan yang Jovan curigai adalah hasil racikan Yuta dan Jeremy berada di atas meja. Beberapa mangkuk berisi camilan juga turut menemani. Oh, dan jangan lupakan asbak yang hampir penuh di hadapan Jeremy. Right, Jovan's gonna really regret coming here later.

"Wah, Don Juan dateng juga akhirnya," sapa Doie yang berdiri dari duduknya untuk memberikan pelukan singkat pada Jovan.

Mereka berempat dulunya kenal semasa awal kuliah. Mereka ditempatkan dalam satu kelompok ospek yang sama and the rest was history. Yuta sekarang bekerja sebagai Desainer Animasi 3D untuk sebuah rumah produksi skala internasional yang berbasis di Indonesia. Doie sendiri sekarang bekerja pada salah satu stasiun televisi swasta. Jeremy sendiri adalah satu-satunya influencer terkenal di antara mereka.

"'Sup lover boy?" goda Jeremy sesaat setelah Jovan duduk di sampingnya.

"Apaan anjir?" sahut Jovan ketus.

"Gimana nih gimana? Apakah Don Juan kita akhirnya menemukan pelabuhan terakhirnya setelah setahun lebih menyendiri?" Yuta ikut-ikutan mencuit.

"Who's the girl? Siapa nih cewek yang akhirnya berhasil bikin Jo selingkuh dari kerjaannya?"

Jovan mendecak malas. Ia tidak langsung menjawab. Tangannya meraih kaleng cola yang tersedia dan membukanya.

Ia baru menjawab setelah menenggak cola tersebut. "Honestly? I don't even know her name. Gue cuma ngelihat dia sekilas di Day Dream."

"What?! Lo nggak ngajak dia kenalan?" Yuta setengah berteriak saat mendengar jawaban Jovan.

Jovan mengedikkan bahu acuh, membuat ketiga temannya saling melempar pandang.

"Wah ada yang nggak beres, nih. Kemana kemampuan lo yang selama ini berhasil ngajak cewek pulang dalam sekali kedipan mata?"

"I don't know, she doesn't give the impression of that kind of girl. She looks innocent and pure? The type you want to protect?" Jovan mencoba menjelaskan sebisanya.

"Damn, lo kayanya bener-bener berubah. Gue penasaran cewek mana yang bisa bikin lo mikir begini," ucap Jeremy penuh rasa ingin tahu.

"Alah percuma juga, sih kalo lo aja nggak ngajak dia kenalan," sahut Doie skeptis.

Jovan kembali menenggak colanya. "They said, jodoh nggak bakal kemana."

"Anjing, gue merinding, bangsat. Wah gila kepala lo sakit beneran nih kayanya. Sejak kapan lo kenal konsep jodoh, hey?" Yuta memekik jijik.

Tawa Jovan pecah. "Man, we all have to realize that we're getting old. And I want to get married."

"Wah bener kata Yuta, otak lo kayanya konslet. Kemana Jovan yang dulu cuma butuh temen bobok?" Jeremy ikut-ikutan menyoraki.

"Tobat setelah ketemu bakal calon masa depannya. Itu juga kalo dia beneran ketemu lagi sama cewek itu," sahut Doie santai sembari mengupas kacang.

Jovan tersenyum simpul tanpa benar-benar menjawab.

Ketemu, pasti ketemu. I believe the universe are working on it.

🌸🌸🌸

Belum diedit lagi setelah jadi, tapi udah gak sabar mau posting. I spent days writing this chapter. Semoga chapter berikutnya nggak butuh waktu lama.

Hope you like it.

Saluti,

K💞

Continuă lectura

O să-ți placă și

7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
533K 20.4K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
1.8M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
788K 74.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...