Track 1 - Day Dream

2.7K 401 38
                                    

Hari terhitung masih pagi ketika ruangan kaca kedap suara di salah satu gedung perkantoran itu diisi oleh kurang lebih dua belas orang. Salah satu di antara mereka berdiri di ujung meja panjang. Tubuhnya tinggi tegap berbalut kemeja tosca yang lengannya dilipat hingga siku. Tampilannya sangat stylish, cocok dengan jabatannya sebagai Creative Director di perusahaan tersebut.

Laki-laki itu bernama Jovan Azel Sadajiwa, atau yang kerap dipanggil Sir Jo oleh bawahannya. Ia menolak keras dipanggil dengan sebutan Pak atau sejenisnya dengan alasan bahwa ia belum setua itu untuk dipanggil begitu. Usianya menginjak angka 29, namun sudah menjabat sebagai Creative Director selama nyaris dua tahun. Orang-orang memandangnya sebagai prodigy, sehingga ia bisa dengan cepat menaiki tangga menuju jabatannya sekarang.

"Oke, saya harap arahan yang saya berikan sudah jelas. Briefing selesai, kalian bisa kembali," Jovan berujar, mengakhiri briefing pagi rutin untuk timnya.

Jovan berjalan keluar dari ruangan kaca kedap suara tersebut setelah melemparkan seulas senyum tipis pada bawahannya. Sekretaris pribadinya berjalan di sampingnya dengan iPad menyala dalam genggaman, menampilkan time table yang memuat seluruh jadwalnya hari ini. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. 09.27.

"Setelah ini jadwal saya apa, Ra?" tanyanya pada Serafina, sekretarisnya.

Tidak butuh waktu lama untuk Serafina menjawab, "Rapat dengan Mr. Anthony pukul sebelas di Daffodil Hotel kemudian dilanjut rapat dengan klien dari Parisian pukul dua di Kalon Resto, Sir."

"Oke. By the way, sudah dapat konfirmasi dari HR soal copy writer baru? Kira-kira kapan bisa masuk?" tanya Jovan.

"Dari HR sudah memastikan besok copy writer barunya sudah masuk kerja, Sir."

Jovan mengangguk puas. "Good."

"Ah iya, masih ada waktu luang sebelum meeting, saya mau keluar sebentar. Tolong handle dulu selama saya keluar," Jovan berujar santai.

"Siap, Sir."

🌸🌸🌸

Kantor biro advertising tempat Jovan bekerja berada pada sebuah kawasan bisnis di pusat kota. Kawasan tersebut berisi beberapa gedung perkantoran yang menjulang tinggi, kompleks apartemen yang terkenal eksklusif serta pusat perbelanjaan. Di antara semua gedung yang ada di sana, ada satu café yang menjadi favorit Jovan. Café itu terletak cukup dekat dengan gedung kantornya, membuat Jovan rajin mampir demi mendapatkan dosis kopi hariannya.

Tangan panjang Jovan terulur membuka pintu kaca café yang memiliki nama Day Dream tersebut. Aroma kopi yang pekat segera menyapa indera penciuman Jovan begitu ia masuk ke dalam café. Untuk ukuran café yang berada di pusat kawasan bisnis, desain interior tempat itu seperti oasis di tengah gurun pasir. Interior café itu didominasi oleh dinding putih bersih dan kombinasi bambu yang eco friendly. Beberapa pot tanaman hijau juga diletakkan di sudut-sudut ruangan, membuat tempat itu terlihat sangat nyaman dan menenangkan.

Seorang laki-laki berkalung apron yang berdiri di balik pantry melempar seulas senyum begitu mata mereka bertemu. Jovan mengenalnya sebagai Ken, pemilik sekaligus barista utama di Day Dream. Sejak bekerja di kantor advertising lima tahun belakangan, Jovan sudah menyandang gelar sebagai customer paling loyal di café itu.

"Taking your daily dose of caffeine?" tanya Ken yang sibuk di balik espresso machine.

"Yup," sahut Jovan sembari menyerahkan kartunya pada petugas kasir. "Can't live without caffeine in my blood."

bring me straight to youWhere stories live. Discover now