Track 3 - Love Song

1.3K 348 104
                                    

Soal jatuh cinta, Jovan sudah banyak mendengar petuah-petuah sampai quotes yang dulu bisa membuatnya merinding. Namun, setelah akhirnya benar-benar merasakan jatuh cinta, apalagi pada pandangan pertama, ia mulai bisa relate atas semua quotes picisan yang dulu ia baca. Salah satunya adalah, and suddenly all the love songs were about you. Jovan yang dulu sudah pasti akan mual melihatnya, tapi Jovan yang sekarang?

"And I don't wanna be somebody without your body close to me. And if it wasn't you, I wouldn't want anybody close to me."

Sejak ia bangun tidur, bibirnya tidak bisa berhenti menyanyikan lagu-lagu cinta. Kepalanya tidak bisa berhenti mengulang bayangan wajah Lili. Senyuman lebar dan secerah mentari perempuan itu berhasil masuk dan tinggal di benaknya sejak pertemuan mereka di ruang kerjanya sebulan lalu.

"You look cheerful these few weeks, Sir," komentar Serafina yang heran karena dalam selang waktu empat jam ini mendengar Jovan tidak berhenti bernyanyi.

Jovan mengangkat pandangannya dari layar tablet untuk menatap Serafina. Sebuah senyum salah tingkah bersemi di bibirnya. Malu juga setelah menyadari bahwa perasaannya begitu mudah dibaca oleh orang lain.

"Really?"

Sekretaris pribadinya itu mengangguk. "Falling in love makes you look happier."

"Hah?"

Melihat ekspresi terkejut di wajah Jovan membuat Serafina mengangkat alisnya heran. "Sir, semua orang di gedung ini juga tahu kalau anda naksir berat sama copy writer baru kita."

"Come again?"

"Iya, semua orang even satpam gedung ini pun tahu. Well, cuma satu sih yang nggak tahu, the receiving end of your affection doesn't even know it."

Tawa Jovan akhirnya pecah. Setengah salah tingkah, setengah tidak habis pikir. Apakah ia benar-benar se-obvious itu?

"Thank you for the information, Serafina. Sekarang saya nggak yakin bisa jalan dengan tegap di depan orang-orang satu gedung ini."

"Why? It looks good on you, semua orang bilang anda terlihat jauh lebih enak dipandang karena sering tebar senyum sana-sini. Ya meskipun nggak sedikit juga karyawan perempuan yang patah hati."

Jovan kembali tertawa. "Udah-udah, saya malu ngomongin ginian sama kamu. Mending kamu bacain jadwal saya aja, saya lupa abis ini harus kemana."

Ya anda ingetnya cuma Lili doang, adalah sesuatu yang benar-benar ingin Serafina lontarkan saat itu juga. Tapi dia jelas masih ingat jabatannya sekarang dan dia tidak mungkin bersikap kurang ajar pada atasannya.

"Setelah makan siang nanti ada meeting di Blossom Café dengan Urban Wood. Berita baiknya, kali ini copy writer kita akan ikut serta."

"You're welcome, Sir," potong Serafina cepat saat melihat senyum lebar Jovan tertuju padanya.

🌸🌸🌸

Mengenal Lili selama sebulan ini semakin membuat Jovan bertekuk lutut akan pesona yang dimiliki perempuan itu. Semua yang dilakukan Lili membuatnya jatuh semakin dalam. Bahkan sampai ke hal sederhana seperti tulisan tangannya yang rapi pun bisa membuat Jovan menambahkan satu lagi alasan kenapa ia harus mendapatkan Lili.

Sebenarnya, persoalan mendapatkan hati perempuan bukan lagi hal yang sulit bagi Jovan. Dia tidak akan dipanggil Don Juan tanpa alasan. Permasalahannya adalah, Lili is dense as fuck. Berkat informasi dari Serafina, Jovan jadi tahu bahwa semua orang di kantornya sudah tahu soal perasaannya pada copy writer baru itu. Dan jika benar semua orang tahu, bukankah berarti itu artinya ia sangat mudah dibaca? Tapi kenapa hanya Lili yang tidak bisa membaca perasaannya?

bring me straight to youWhere stories live. Discover now