Our Happiness (BELUM REVISI)

By En_Sof

268 39 22

"Hidup Gue drama banget sih?!, jadi bete!" _Violin Stephanie Marvindo "Violin, You and Me forever oke? " _Dio... More

PART 2
PART 3
Visual Tokoh Utama
PART 4

PART 1

86 12 3
By En_Sof

Happy reading

🎬 🎬 🎬

"Dio! Udah capek! " Gadis itu berkata dengan nafas terengah-engah.

Sedangkan Dio, sang kekasih malah tertawa sambil mempercepat larinya. Kemudian dia menyergap sang gadis dan mereka tertawa bersama.

"Apa aku bilang? Aku bisa nangkep kamu kan?gaya sih, sok minta di kejar. Akhirnya capek sendiri kamunya." Dio mengusap dahi gadisnya dengan lembut,

"Kamu juga nggak mau ngalah. Di pelan-pelanin kek larinya." Si gadis mencebik sebal.

"Iya-iya, maaf. Udah yuk pulang. Udah sepi nih sekolahnya," Ajak Dio.

Kemudian mereka berjalan sambil bergandengan tangan menuju tempat parkir yang ada di dekat gerbang.

Tapi ada sesuatu yang membuat mereka menatap gerbang dengan heran, yaitu sebuah mobil Toyota Alphard hitam dengan enam orang pria sangar di sekitarnya.

"Mereka siapa Di? Penampilan nya kok kayak bodyguard," Gadis putih abu-abu itu bertanya dengan nada takut karena merasa pria-pria kekar itu memandang ke arahnya.

"Udah! , biarin aja. Mungkin mereka bodyguard pak kepsek," Kata Dio menenangkan.

"Dio.." Si gadis mengeratkan pegangannya pada Dio ketika menyadari pria-pria kekar itu berjalan mendekat.

"Nona Violin? " Salah satu di antara mereka bertanya sambil menunjuk gadis yang bersama Dio.

"S-saya? "Gadis tersebut bertanya gugup.

" Iya. Anda harap ikut kami sekarang. "

" Tunggu Pak,"sela Dio.

Semua yang ada di situ memandang Dio.

"Ada apa?!" Salah satu di antara pria tersebut bertanya galak.

"Dia memang bernama Violin. Tapi nama Violin di sini banyak. Mungkin yang Bapak maksud bukan pacar saya ini," Dio mencoba untuk menjelaskan secara baik-baik meskipun dirinya mulai tersulut emosi.

"Anda harap jangan menghalangi tugas kami Tuan Alexander. Kami tahu yang ada di sebelah Anda adalah Nona Violin Stephanie Marvindo," Tegas salah satu pria itu yang Author duga adalah ketuanya.

Dio menoleh saat menyadari Violin berdiri dengan gelisah dan semakin mengeratkan pegangannya.

"Violin.. Kamu kenal mereka?" Tanya Dio lembut.

Violin hanya menggeleng dengan dahinya yang semakin berkeringat.

"Maaf, bukannya melarang. Tapi Violin sendiri bilang tidak mengenal Anda-anda semua," Ucap Dio.

Tanpa babibu, dua pria di antara mereka tiba-tiba mencengkram lengan Dio, dan dua lainnya menggiring Violin menuju mobil.

"Ih! Apa-apa sih?! Gue gak mau ikut! " Teriak Violin sekeras mungkin berharap ada yang mendengar dan menolong mereka berdua.

"Heh! Apa-apaan kalian?! Lepasin Vio-ku!" Kesabaran Dio mulai habis.

Tapi sebelum Dio kembali berteriak, dua pria yang tersisa sudah menghajarnya habis-habisan.

"AKHHH!! " Violin berteriak kaget saat merasakan jarum suntik berisi obat bius menembus permukaan kulitnya.

Dan semuanya berubah gelap bagi Violin.

🎬 🎬 🎬

Violin terbangun dan merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Sepertinya dia tertidur cukup lama. Tangannya bergerak memijat keningnya pelan.

"Kamu sudah bangun?"

DEG!

Jantung Violin nyaris copot mendengar sebuah suara yang tidak feminin. Seketika matanya terbuka lebar, dia mengedarkan pandangannya dan baru menyadari ruangan bercat krem ini bukan kamar di rumahnya. Kemudian netranya tak sengaja menemukan keberadaan seorang pria yang sedang menyandarkan bahu kirinya di kusen pintu menuju balkon. Kedua tangannya terlipat di dada dengan wajah angkuh.

Violin terpaku. Dia tidak sadar mulutnya terbuka saking terpesona nya pada mahakarya Tuhan di depannya.

Benarkah yang ada di hadapan nya ini manusia? Atau malaikat yang sedang rekreasi di dunia?

Bahkan dalam suasana remang-remang pun pria itu tetap terlihat tampan.

" Terpesona,heh?"Ucapan pria itu menyadarkan Violin dari khayalan nya.

" Cih! Ge-er!" Elak Violin meski nyata-nyata dia memang terpesona. Dia beranjak bangun dari ranjang saat menyadari dirinya lapar berat.

" Kau mau kemana?" Tanya pria itu tanpa beranjak dari tempatnya.

" Lo pikir Gue mau kemana?! Pulanglah! Pao lu!" Violin memelankan dua kata terakhir nya.

" Aku mendengar nya," sahut pria itu.

" Serah lo! Bukan urusan Gue juga!" Kemudian Violin berjalan menuju pintu keluar dan berusaha untuk membukanya.

"Ih!! Kok susah di buka sih?! Lo kunci ya?!" Violin memandang pria dewasa di depan nya tajam.

Sedangkan pria jelmaan Dewa Yunani (?) itu tidak menampilkan ekspresi apa-apa.

"Mana kuncinya?" Sergah Violin tak sabar.

"Sudah ku buang?" Si pria menjawab dengan nada menjengkelkan ples watados nya membuat Violin ingin merayakan ulang tahun(?)

Mata Violin sudah melotot lebar. Dia menghentakkan kakinya berjalan menuju pintu balkon (sepertinya) tempat pria itu bersandar.

Dari jarak dua meter Violin bisa mencium aroma musk yang menguar dari tubuh pria tersebut.

Pria itu memperhatikan Violin yang sudah nyaris mencapai pembatas balkon di luar kamar.

"Mau mencoba meloncat Sweety?" pria itu bertanya dengan nada fals nya.

"Nggak usah nanya hal yang gak penting!" ketus Violin sembari merapikan rambutnya yang terkena terpaan angin malam.

" Hm.. Baiklah. Sekedar informasi, kita sekarang berada di lantai lima dan di bawah sana adalah kebun bunga mawar yang sela-sela jalannya adalah lantai beton," pria itu berkata masih dengan wajah datarnya.

Violin yang tidak percaya pun tetap mendekat ke tepi balkon. Dan benar saja, pemandangan di bawah terlihat lebih kecil dari yang seharusnya. Gadis itu kini berbalik menatap sang pria sekaligus bersandar di balkon.

"Gue boleh gampar lo gak sih Om?!"

" Up to you?"

Ah sudahlah nada bicara pria itu mungkin memang begitu.

" Hhhhhh" Violin menghembuskan napas dalam-dalam dan menghembuskannya lagi, berharap semua stok kesabaran di bumi terhirup lubang hidung nya yang imut. Dia kembali menatap langit dan memposisikan tangannya sebagai corong, bersiap untuk berteriak,

"GUE LAPER BERAT OOOOOOMMM!!! NGERTIIN DOOOOOONG!! LO NGGAK NGASIH GUE MAKAN SETENGAH HARIIIIIII!! KALO GUE MATI GIMANAAA!! GUE PENGEN MAKAAAAN!! SEKARAAAAAAANG!!!"

" Selapar itu? Sampai tidak melihat ada makanan di nakas sebelah ranjang."

"Ck! Ngomong kek dari tadi! Gue kan nggak harus teriak-teriak," Gerutu Violin sembari masuk kembali ke dalam kamar. Netra hitamnya menangkap pemandangan burger dan segelas cola.(awalnya Violin mengira begitu, tapi ternyata bukan cola, melainkan es teh ).

Violin segera memakannya dengan cepat seolah takut kalau pria itu nimbrung makan.

"Gak usah liatin kek gitu om. Kalo pengen beli aja," Violin berkata tanpa menghentikan acara makannya .

Tapi pria itu tidak bergeming sama sekali .

"Ah...," Violin menikmati kesegaran es teh yang segera habis dalam waktu tujuh detik .

"Oh ya Om, ngemeng-ngemeng lo nih siapa sih? Kok nempel gue mulu? Kayaknya gue pernah liat? Atau karena muka Om pasaran?" Violin duduk di sofa dan memasang wajah polosnya .

Sedangkan si pria hanya mengangkat sebelah alisnya. Tentu saja dia heran. Tidak ada dalam sejarah peradaban manusia seorang pria tampan berkarisma sepertinya menempel pada gadis tengil kurang asupan seperti Violin.

"Om, Om siapa?" desak Violin .

" Reinhord," pria itu menjawab datar dan singkat .

Violin berpikir sejenak sebelum membelalakkan mata biasa aja nya.

Reinhord? Itu kan marga salah satu keluarga milyarder di Indonesia?

"Kau mengenalku Sweety?" Pria itu bertanya saat melihat wajah shock Violin.

Violin tidak sebodoh itu. Tentu saja dia sangat tahu reputasi keluarga tersebut. Nyaris semua teman-teman gadisnya memuja generasi ketiga keluarga Reinhord. Pewaris tunggal yang katanya setampan Malaikat (Izrail) dan masih lajang. Namanya Alessandro Karl Reinhord, Violin pernah beberapa kali melihat wajahnya di majalah fashion maupun bisnis.

"K-kamu,Reinhord?!" tanya Violin gugup,kata gantinya pun mendadak berubah kamu.

Pria itu hanya diam.Dia tidak berniat mengulang kalimatnya.

"Ap-apa,apa nam-nama,namamu,apa-",

"Karl" Pria itu berkata singkat.

Violin menelan salivanya susah payah. Jadi sejak tadi dia memarahi idola teman-temannya?

Ya ampun, Violin semakin gugup saat Karl akhirnya menghidupkan lampu utama ruangan tersebut.Tampaklah wajah sempurna nya yang selalu tampan meskipun ruangan temaram seperti tadi. Karl memakai celana jeans hitam dan kemeja putih yang sudah berantakan,dasinya yang berwarna hitam juga sudah mengendur.

"Om-",

"Berhenti memanggilku Om. Aku bukan Om-mu dan tidak berminat menikah dengan Bibimu!"

Violin mendengus saat lagi-lagi pria itu berkata datar terkesan jutek. Violin salah apa sih?! Baru kenal juga udah di jutekin aja!

"Up to you deh. Jadi gue mau nanya, lo nyulik gue? Buat apa? Kita kan gak saling kenal. Pacar gue bilang, gue gak bakal di culik seumur hidup gue soalnya gue nyusahin. Lo mau-maunya nyusahin diri sendiri," tanpa sadar, Violin kembali berlo-gue.

Pria itu menatap Violin tajam membuat Violin sedikit bergidik, sedikit doang.

"Aku tidak menculikmu. Your father sold you to me.So,now you are mine,Dear."

Violin sempat bungkam sebelum tergelak.

"Gak lucu sumpah! Lo kira gue apaan?! Jangan-jangan lo terobsesi sama Tante gue lagi?!" Violin sempat berpikir sebelum kemudian teringat kalau dia tidak punya Tante, SAMA SEKALI.

"Hentikan bahasa lo gue mu! Aku tidak suka! Dan satu lagi, ini bukan lelucon!"Entah kenapa suara serak Karl terdengar semakin mengintimidasi.

Violin menghela napas saat tiba-tiba dadanya terasa sesak.

"Lantas apa?".

"It is real".

TBC

Salam #tidur aja di rumah sepanjang hari 😙😙

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 358K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
1.2M 104K 51
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข ๐Ÿ) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€สŸแด€ษดษดสแด€ แด„แด‡ส€ษชแด›แด€โ™ฅ๏ธŽ โš  ๏ฟฝ...
272K 825 11
CERITA DEWASA KARANGAN AUTHOR โ— PLIS STOP REPORT KARENA INI BUKAN BUAT BACAAN KAMU ๐Ÿคก SEKALI LAGI INI PERINGATAN CERITA DEWASA ๐Ÿ”ž
213K 543 20
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya