NEW WORLD ON THE EARTH

By shivaazwar26

4.5K 1.7K 6.2K

"Kupikir kamu gak normal" Ejek Azra pada Aron "Apa maksud kamu?" "Ternyata kamu bisa menyukaiku juga," Kini... More

Keinginan
Tak Terlihat
Awal Petualangan
Bawah tanah
Benih?
Pengetesan Bela Diri
Kehilangan
Hari pertama
Mencari Markas Utama
Berkenalan ..

Hutan Aneh

517 219 738
By shivaazwar26

Setelah perbincangan berakhir, mereka segera keluar gerbang dengan mudah. Karena cctv nya sudah dimatikan oleh Aron, dan langsung menaiki hauless milik Surya menuju ke hutan liar. Disisi lain, mereka tidak menyadari ada seorang gadis yang mendengar obrolan mereka dan mengikuti mereka ke hutan liar dengan mengendarai sportbike nya.

Selama di perjalanan, Saat Aron hendak tertidur. Terdengar ada suara dibelakang jok nya, dan ternyata itu suara Bagas.

"Sur, maneh teh bawa kita ke sini gasalah? Gelap gini njir! Jangan bilang kalo maneh bawa urang kesini teh karna dendam karena wajah kamu  jadi bonyok. Gila! ini pohon-pohonnya apaan anjir gede banget daunnya nutupin langit." (maneh =  kamu, urang = aku) 

Bagas tak henti-hentinya bertanya pada Surya membuat Surya jengkel dibuatnya. Lalu menekan tombol mode otomatis di sisi kanan atasnya dan menekan tombol arah yang dituju pada peta layarnya untuk membuat hauless ini jalan sendiri tanpa perlu dikemudi. Saat menengok ke arah Aron dan Bagas, Surya tidak habis pikir melihat 2 teman terbaiknya berubah seperti mayat hidup yang takutnya sudah tingkat malaikat. 

Pucat disertai keringat dingin.

"Ih napa si lebay banget kalian? Sumpah muak liatnya! Gausah pias gitu atuh bentar lagi nyampe! Cuma pohon yang gede-gede aja takut!" (pias = pucat)

"Ya sia mah beda. Udah sering liat jurig jadi biasa aja! Lah kita ma nonton pilem horor dibioskop juga nagis-nangis mo pulang." (sia = kamu *kasar, jurig = hantu)

"Ya ga gitu juga atuh, sekarang teh bukan posisinya bercanda! Jangan bikin urang yang tadinya ga takut jadi tiba-tiba takut juga gas. Urang kesini baru sekali terus yang ini yang kedua kalinya, Gas." (urang = saya)

"Jadi sebenernya maneh ge penakut, Sur?" (ge = juga)

"Ga juga ah, urang biasa aja tuh mun ningali hantu yang aneh-aneh. Ga kaya sia!" (mun/lamun = kalau)

"Elah dasar babi montok!"

"Ngomong naon sia?!" (naon= apa)

"Untung kupingnya bonge,"(bonge = tuli)

"Anjing! Babi ngepet dasar!"

"Sia monyet biadab!" (kamu = kasar)

Pertengkaran antar Suya vs Bagas berhenti tiba-saat merasa haulessnya Surya menghantam sesuatu yang sangat keras hingga mereka sedikit oleng karena keberatan muatan.

"ANJING! Naon eta gusti naon eta naha buruk rupa, astagfirullah ... Hayang balik ah hayang balik, huhu. Naon eta naon," Aron menutup matanya dan menagis. (Apa itu apa kenapa buruk rupa, astagfirullah ... Pengen pulang ah pengen pulang, huhu. Apa itu apa,)

Surya masih menengok ke belakang arah Bagas dan itu membuat Bagas tak bisa melihat apa yang terjadi sebab terhalang oleh Surya. Dan membuat mereka saling pandang kebingungan melihat Aron yang tiba-tiba mengumpat kasar dan ketakutan. Saat Surya membalikkan tubuhnya untuk melihat kedepan apa yang mereka tabrak, mata Surya melotot terkejut dan Bagas berteriak seperti Aron tadi.

"Anjing! Babi! Monyet! Tolol anjing itu apa anjing! Goblok! Astagfirullah monyettt! Anjing Surya eta naon ih Suryaaaa maneh bawa kita ke sarang setan?!!" (eta = itu, maneh = kamu)

"Anjing aing juga kaget ai sia!" Surya segera menekan tombol pelindung hauless. Karena dengan menekan tombol itu sebuah kaca pelindung lain dari bagian luar keluar dan segera menutupi bagian luar secara otomatis yang dapat membuat apapun dan tak bia menyentuh hauless sedikitpun. Pelindung ini cukup untuk membuat hantu itu pergi dan takkan datang lagi.   

Kejadian barusan bukan karena hauless Surya menabrak sesuatu, melainkan ada yang sengaja mengirimkan hantu itu untuk mengganggu perjalan mereka. Hantu itu buruk rupa terlihat seperti seorang wanita yang rambutnya setelinga berantakan dengan kulit sepenuhnya hitam seperti terbakar. Dan mata yang terbuka berwarna merah darah.

"Anjing kenapa tadi hantunya namplok gitu anjing! Kaya cicak peliharaan maneh! Aing ga sanggup liat ga sanggup! Usir sur, usir pliss!!" Perbacotan Bagas tiada hentinya ditambah dengan bumbu-bumbu ejekan kepada Surya. Dan tidak ingit memperlihatkan wajah yang bersembunyi di tangannya, begitupula dengan Aron.

"Ah surya! Aing gapernah liat jurig secara live!! Aing gabisa liat jurig napa tiba-tiba ada jurig namplok gini anjirr!!" Kali ini Aron yang bersuara. (jurig = hantu)

Surya menahan kesal melihat temannya yang terus-terusan mnyalahkan dirinya, dan tidak menggubris lagi perkataan mereka sampai tiba di rumah mbah.

"Berisik anjing kalian! Buka matanya tolol! Dah nyampe,"

"Bo'ong anjing!" ucap Bagas masih kesal dengan Surya yang telah membawa mereka ke tempat perkumpulan setan.

"Ah anjing serah! Aing turun duluan, awas aja kalo hantunya ganggu kalian aing gaakan nolong!"

Aron dan Bagas perlahan-lahan membuka matanya, dan sangat takjub melihat pemandangan di hutan ini. Memang tadinya gelap seperti tidak ada kehidupan, tapi saat sudah tiba mereka langsung dimanjakan dengan pemandangan indah. Dan memberanikan diri keluar dari hauless.

"Wah ..." ucap Aron dengan mata yang berbinar-binar.

"Edan bagus gini!!" ucap Bagas yang matanya sudah lebih berbinar-binar melebihi Aron. ternyata Surya tidak sejahat yang ia kira. Surya membawa mereka ke taman surga dunia yang sangat-sangat asri seperti tidak pernah diinjak oleh kaum manusia.

"Kalian mau minum apa?" 

Aron dan Bagas serempak menoleh ke pemilik suara serak itu. Dan terkejut melihat rupa dari wajah pemilik suara tersebut. Berbadan kecil dengan kulit agak keriput, memiliki hidung yang besar dan segitiga serta kepala botak disertai telinga lebar dan panjang.

"Uwaaa!!! apaan itu anjir, Gas!" Aron tak bisa menutupi rasa ketakutannya saat melihat peri rumah milik mbah Utap.

"Itu cuma peri rumah da gaakan gigit, kalem. Hahaha," Bagas menertawakan tingkah Aron yang kini sedang memeluknya. (kalem = tenang)

"Gausah takut, saya gabisa apa-apa kecuali disuruh Tuan Utap. Oh iya, kenalin saya Popi. Penjaga rumah tuan Utap,"

Aron melepas pelukannya dari Bagas dan melihat Popi sekali lagi dengan rasa takut yang masih tersisa. Tentu saja, di zaman modern seperti ini siapa yang tidak terkejut melihat sosok Popi? Ya mungkin terkecuali dengan Bagas, itu membuat Aron bertanya-tanya mengapa Bagas tidak terkejut melihat Popi. Bagas bersuara setelah melihat sorot mata Aron yang bertanya-tanya seakan-akan Bagas mendengar pertanyaan Aron didalam hatinya

"Urang pernah nonton Harry Potter, di pilem itu Popi mirip sama Dobby yang nolongin Harry Potter. Jadi biasa aja ga setakut tadi pas dihutan gelap," penjelasan Bagas kepada Aron yang dibalas dengan anggukan kepala.

"Saya Aron, dan ini Bagas. Kami teman Surya dan kesini karena ada kepentingan dengan mbah Utap"

"Iya, saya tau kok. Tuan Surya kan sudah berbicara dengan tuan Utap dan saya ga nanya itu ke kalian."

"Nyebelin juga ternyata." ceplos Bagas.

"Kan saya nanya nya juga kalian mau minum apa?"

"Yang enak tapi tidak beracun pokoknya, ada?" ucap bagas sekali lagi.

"Ada, tunggu ya duduk aja disini."

Poppy menunjuk lahan kosong lalu menjentikan jarinya dan keluarlah meja serta kursi dan minuman yang menggugah selera Bagas dan Aron. Saat menjentikan jarinya, Popi menyadari ada seorang gadis yang mengikuti mereka dari awal hingga sekarang, sedang bersembunyi dibalik pohon yang cukup besar. Tapi Popi tidak menghiraukannya dan memberi tau kepada mbah Utap lewat interaksi batin.

"Wahh, ajaib. Ga boong kan kalo ini gaada racunnya?"

"Gaada tuan bagas. Kalo ga percaya sekarang saya minum juga," Popi meminum segelas minuman milik Bagas habis dan Bagas kecewa.

"Katanya itu buat aku, tapi kamu habisin. Jahat!" Bagas memanyunkan bibirnya memelas.

"Kan saya sebagai pembuktian bahwa minuman ini tak beracun,"

"Yaudah tinggal kamu siapain lagi aja minumannya Popi, bisa kan?" kali ini Aron yang bersuara.

"Bisa tuan Aron, ini sangat mudah." Dengan jentikan tangan minuman itu muncul kembali. Aron dan Bagas mencicipi minuman itu.

"Ih enak bangett, hebat kamu bikin minumannya!" Puji Aron 

"Saya suka sama tuan Aron, terimakasih pujiannya tuan."

"Wah, jarang-jarang ya Popi memuji orang baru, pasti kamu anak baik." ucap seseorang yang keluar dari sebuah rumah bersama Surya. Kali ini Aron dan Bagas tidak terkejut karena pemilik suara itu sama-sama manusia.

"Aron bagas, ini Mbah Utap yang bakal buka mata batin kalian. Dan Mbah Utap, ini teman saya yang tadi kita bicarakan."

"Iya, sebelumnya saya akan menjelaskan hantu yang tadi merasuki kalian disekolah itu kiriman dari seorang penyihir termasuk hantu yang tadi menubrukkan dirinya di hauless Surya," Perkataan mbah Utap membuat Aron, Bagas, dan Surya bungkam terkejut. Masih pagi sudah disuguhi para hantu, dan lebih parahnya ini kiriman dari penyihir.

"Tapi kenapa mbah bisa tau? Saya yakin Surya cuma menjelaskan tujuan kita kemari." tanya Aron, ia begitu penasaran.

"Ya, para hantu yang dikirim oleh penyihir itu adalah teman saya. Mereka bilang kesaya siapa yang akan diganggui kali ini, yang saya kagetkan mengapa dikirimnya oleh penyihir? Apa kalian ada masalah dengan penyihir?"

"Tidak, sama sekali tidak." jawab Surya dan bagas serempak dan meyakinkan.

"Kalo begitu kita buka mata batinnya dulu, kalian makanlah buah ini. Buah yang telah saya campuri dengan ramuan yang membuat kalian bisa melihat hantu selamanya tanpa perlu susah payah dengan mantra," mbah Utap menunjuk buah persik yang dibawa oleh Popi dan menyuguhkannya.

Aron dan Bagas memakan buah itu perlahan, rasanya tidak ada yang berubah. Buah ini manis, tapi beberapa detik kemudian mereka pingsan dan segera dibawa ke kamar tamu Mbah Utap. Setelah sadar, mereka dapat melihat hantu-hantu yang ada dirumah Mbah Utap dan berteriak histeris mengingat mereka takut pada hantu.

"Tenang-tenang hantu disini cuma penasaran ke kalian, tidak akan berbuat apa-apa kok."

"Te-ternyata ini yang dari tadi kamu liat Sur? Ga bilang bilang," ucap Bagas kesal.

"Kalo kalian liat hantu dimanapun, jangan liat matanya. nanti mereka tau kamu bisa liat mereka dan kamu bakal digangguin. Terus pura-pura ga terjadi apa-apa aja buat pagi ini." penjelasan Surya membuat Aron dan Bagas terdiam kesekian kalinya. "Kayanya kalian masih syok, kita ke danau aja gimana? Disana gada hantu," sambungnya, dan disetujui dengan anggukan kedua sahabatnya itu.

Setibanya di danau mata mereka di suguhkan dengan keindahan hutan dan air yang sangat bening bersih, dan melihat ekor ikan berwarna paduan biru dan merah yang besar dan cantik.

"Wah apa itu?" ucap Bagas pada Surya.

"Gatau," jawab Surya

"Gede ih ekornya, jangan bilang kalo itu hantu yang jadi ikan," ucap Bagas sekali lagi.

"Bukan! It-itu mah kaya putri duyung!" ucap Aron. Aron melihat pemandangan itu sangat terkejut sekaligus takjub ia melihat duyung secara langsung yang tadinya ia tidak percaya sama sekali. "Kamu tau disini ada duyung, Sur?" sambungnya. Surya menggelengkan kepala.

"Wah cantik juga wajahnya, biasanya duyung pemalu terus lebih sensitif kalo ada orang baru. Tapi kok ini ga?" Perkataan Bagas benar, Aron dan Surya menyetujui itu. Lalu duyung itu menghampiri mereka dan berkata.

"Kamu Aron? Kenalin aku Putri Sisca, panggil aja Sisca. Ternyata aslinya kamu lebih tampan, ya."

Bagas dan Surya saling menengok, tidak percaya duyung ini berbicara dan memuji Aron sekaligus, bagaimana bisa duyung ini kenal dengan Aron? Dan bagaimana bisa seekor duyung berbicara bahasa Indonesia?

"Kamu tau aku? Ko bisa?" 

"Kamu terkenal dihutan ini, kamu dan ayahmu itu kan incaran penyihir jahat."

"Hahh??" Kali ini Surya dan Bagas bersuara kompak karena terkejut. Bagaimana bisa temannya jadi incaran penyihir?

"Nama penyihir itu siapa? Kenapa aku sama ayah yang jadi incarannya?" Aron serius bertanya karena ini sudah menyangkut pautkan dengan ayahnya.

"Aku jelasinnya besok atau kapan-kapan aja, waktu kamu sama temanmu kesini lagi, ya? sekarang sudah siang, perjalanan kalian pulang itu jauh. Aku tau kamu ada janji sama Seira, kan? Jangan ingkari itu Aron dan pulanglah. Dahh." Duyung itu berenang ke dasar danau yang semakin lama semakin tak terlihat dan hilang.

"Kamu beneran ada janji ama Seira, Ron?" Bagas sangat jarang memanggil sahabatnya dengan sebutan 'kamu' mungkin efek perbincangan dengan Popi, mbah Utap dan duyung tadi menyebabkan bahasa sehari-hari mereka hilang saat ini.

"Iya ada,"

"Kok dia bisa tau? Terus penyihir? Maksudnya gimana?"

"Udahlah Gas, Aron sendiri bingung nanggepinnya. Aku aja gatau apalagi Aron, yaudah yuk pulang sekarang. Pamitan dulu ke mbah Utap," ucap surya dan diikuti oleh 2 temannya untuk kembali ke rumah mbah Utap.

"mbah kita pulang dulu ya," ucap Aron.

"iya hati-hati, jangan kaget ya soalnya dirumah kalian pasti ada hantu," mendengar mbah Utap berbicara seperti itu mengingatkan mereka bahwa Aron dan Bagas sudah dibuka mata batinnya dan menelan salivanya dengan susah payah.

"Mbah, ada duyung di danau." ucap Surya tanpa basa basi, karena sebentar lagi mereka pulang dan Surya masih penasaran akan hal itu. "Dia tau Aron dan bilang kalo ayah Aron sama Aron itu jadi incaran penyihir," sambungnya.

"Iya, semua yang disini kenal kalian terutama Aron, karena Aron dan ayahnya bisa membunuh penyihir itu, ini merupakan harapan besar bagi penghuni hutan disini. Mereka tak tahan dengan penyihir itu yang semena-mena pada mereka." Bagas dan Aron masih tidak percaya, sedangkan Surya mengangguk-anggukkan kepalanya dan menaiki hauless. "Yaudah, kami pulang dulu mbah makasi bantuannya."

"Iya mbah makasi juga udah disuguhin," ucap Bagas.

"Makasi mbah udah bantu kita, kami pulang dulu."

"Iya sama-sama hati-hati dijalan."

Selama perjalanan Aron, Bagas dan Surya asik berbincang dan melupakan mereka sudah bisa melihat hantu. Surya mengantarkan Aron terlebih dahulu, kemudian megantarkan bagas dan pulang. 

Sesampainya dirumah, Aron memanggil Seira saat pintu belum dibuka.

"Seiraaa ... Seiraa .. aa pulang," teriaknya

ceklek

"Aa! Seila kangen, asik! Bisa maen ama aa," Seira memeluk Aron dan dibalas Aron dengan mengusap kepala Seira. Aron sangat sangat sangat menyayangi adik kecilnya itu.

Aron terkejut melihat sepasang kaki pucat disebelah seira, dan berusaha tidak melihat matanya. Dengan muka yang mulai pucat karena terkejut melihat sosok itu, Aron membawa Seira masuk dan bermain dengannya sesuai janji tadi pagi sebelum berangkat sekolah.

Aron dan Seira bermain bersama dan berusaha tidak terlihat ketakutan karena mereka bermain bertiga dengan hantu. Aron tidak ingin Seira tau bahwa aron sudah bisa melihat hantu sama seperti adiknya.

Sedangkan disisi lain ...

Bagas tak henti-hentinya menangis karena melihat sosok yang tidak ingin dilihat olehnya dan memanggil beberapa ustad untuk mengusir para hantu itu.

"Huwaaa, mak!! Emak!! Ada hantunya lagi!" Rengekan seorang Bagas.

udah cape ah hehehe, sampai jumpa senin depan!! maapin ya buat sehari dicerita doang ampe 3 part:( minggu depan gaakan kaya gini lagi, diusahain. mohon saran nya para readers soalnya aku masi newbie:) oh iya, sunda partnya cuma waktu Surya, Aron Bagas lagi barengan aja ya .. takut nya kalian ga ngerti :)

Continue Reading

You'll Also Like

560K 28.2K 39
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
111K 13K 54
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
108K 11.1K 61
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
685K 49.4K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...