Mask | Jeno āœ”ļø

Oleh blue_5ha

120K 12.8K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... Lebih Banyak

[1] Prolog
Cast
[2] Bali
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi āš 
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[18] Gara-Gara Miauw
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi āš 
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[39] Maaf?
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan āš ļø
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[48] Perpisahan dan Air Mata
[49] Apologize
[50] Perut Karet
[51] Salju Pertama di Bulan Desember
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch āš ļø
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[10] Lo Berubah, Jen

2.6K 339 24
Oleh blue_5ha

Semenjak Hyunjin mengatakan bahwa dirinya harus menjaga Zahra. Renjun selalu memikirkan mengapa kakaknya itu meminta hal yang seharusnya tidak perlu dikatakan, karena pada dasarnya, dirinya pasti akan melindungi gadis itu. Iya, gadis yang semenjak 1 tahun lalu kerap memenuhi pikirannya.

Bahkan, hanya dengan mendengar suara gadis itu dari telepon, sudah membuat Renjun semangat.

"Kira-kira Zahra ngapain ya? Kayaknya sih udah tidur. Ini udah jam 11 juga."

Renjun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menggunakan sebelah tangannya untuk bantal. Tatapannya kini menelaah ke langit-langit kamar.

Jujur, dia sempat marah saat melihat Zahra dekat dengan Jeno dan Hyunjin. Karena Renjun merasa kedua orang itu bersikap seakan memiliki perasaan pada gadis yang ia sukai itu.

Tapi karena Hyunjin mengatakan hal tadi, membuat Renjun berpikir kembali. Apakah Hyunjin sudah tidak menyukai Zahra? Ataukah Hyunjin hanya berpura-pura agar Renjun tak membencinya?

Tapi mengapa kakaknya itu menyuruhnya untuk menjaga Zahra?


Mask•





"Ma, Zahra berangkat ke kampus dulu ya," pamit Zahra setelah menyelesaikan sarapannya.

Gadis itu segera meraih tangan mamanya dan mengecup pelan punggung tangan wanita yang selama ini selalu mendukungnya dalam hal apapun.

"Hati-hati, jangan lupa makan siang nanti."

Zahra menganggukkan kepalanya dan bergegas berangkat.

"Assalamualaikum, Zahra pergi dulu."

"Waalaikumsalam."

Baru saja gadis itu membuka pintu, seorang pria dengan pakaian casual dan backpack di punggungnya dengan tali yang hanya melekat di sebelah tangannya membuat Zahra berhenti.

"Untung gak nabrak."

"Mau gue ketuk, lo udah keluar aja," ujar pria itu.

"Ngapain coba lo kesini?" Tanya Zahra.

"Ya jemput lah, mau ke kampus bareng."

"Emang lo gak ada kelas?"

Pria itu segera mengetuk pelan kening Zahra.

"Kan gue ambil kelas yang sama kayak lo."

"Yaudah cepetan, takut telat."

Renjun dan Zahra bergegas naik ke motor dan mulai melaju dengan kecepatan normal.

Sedikit cerita, Zahra dan ketujuh temannya memang berada di universitas yang sama. Hanya saja, Zahra, Renjun dan Jeno berada di kampus A dan yang lainnya di kampus B.

Itu karena Zahra memiliki Fakultas Kedokteran sedangkan dua pria itu memilih Fakultas Kedokteran Gigi, maka otomatis mereka berada dalam kampus yang sama.

Hanya butuh 20 menit hingga sampai di Kampus A. Terlihat mahasiswa baru yang sudah datang. Bagaimana bisa tau? Karen wajah-wajah mereka seperti pernah Zahra lihat saat pertemuan kemarin.

Oh ya, mulai tahun ini, tidak ada kegiatan Ospek. Hanya saja, kemarin, tepatnya hanya satu hari, para mahasiswa baru dikumpulkan di gedung pertemuan untuk pengenalan yang dilakukan oleh Rektor.

"Dosen lo, Bu Jennifer?" Tanya Zahra saat dirinya turun dari motor Renjun.

"Bukan, Pak Johnny."

"Gue serius." Terlihat Zahra yang menatap sebal sahabatnya itu.

"Iya Bu Jennifer."

Zahra hanya mengangguk. Gadis itu terlihat melihat jam pada tangan kirinya selagi menunggu Renjun turun dari motor.

Saat gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar, tanpa sengaja dia harus bertatapan dengan mata tajam itu. Terlihat sorot amarah pada mata itu, membuat Zahra terdiam sejenak.

Gadis itu melirik Renjun yang masih sibuk melipat jaketnya dan dimasukkan ke jok motornya.

"Em.. Njun, gue duluan aja ya," ucap Zahra

Baru saja akan melangkah pergi tangannya ditahan oleh Renjun.

"Kelas kita sama, barengan napa."

"G-Gue ke kamar mandi dulu. Emangnya lo mau ikut?"

"Boleh."

"Mata anda dua. Udah ah, gue ke toilet dulu."

Gadis itu melangkah pergi. Tujuannya bukan untuk ke toilet tapi untuk bisa cepat menghindari tatapan tajam pria tadi. Pria yang akan dengan mudahnya melukai fisiknya dan akan berubah menjadi lembut dalam waktu yang berdekatan.

"Kenapa sih? Kenapa Jeno natap gue kayak gitu? Kenapa juga gue harus takut," gumam gadis itu.

Zahra melangkah menyusuri lorong yang akan menghubungkannya dengan kelas yang akan mulai beberapa menit lagi.

Baru saja gadis itu akan masuk ke dalam ruangan kelas, tangannya ditarik oleh seseorang. Mau tidak mau Zahra mengikuti langkah laki-laki yang berjalan di depannya.

Saat sampai di tempat yang bisa dibilang lumayan sepi dari jangkauan para mahasiswa. Jeno, yang ternyata menariknya ke tempat ini segera melepaskan tangannya dari Zahra.

"Kenapa lo bisa berangkat sama Renjun?" tanya Jeno to the point.

Zahra hanya menatap pria di depannya ini dengan tatapan kesal.

"Jawab Ra."

"Apa salah gue berangkat sama sahabat gue?" jawab Zahra. Gadis itu tak suka jika Jeno sudah kembali posesif seperti ini.

Jeno tersenyum sinis.

"Sahabat? Oke, maksud lo sahabat yang lo manfaatin?" Zahra menatap heran ke Jeno.

Siapa yang memanfaatkan? Zahra? Memanfaatkan dalam bentuk apa? Gadis itu tak merasa memanfaatkan sahabatnya.

"Maksud lo apa, Jen?"

Jeno hanya mengangkat bahu acuh dan duduk di bangku yang tak jauh dari mereka.

"Gue punya tawaran buat lo," ucap Jeno sesaat setelah mereka saling diam.

"Jauhin Renjun dan jadi milik gue, atau-"

"Gue udah bilang kan, gue anggap kalian sahabat, gak lebih!" tukas Zahra memotong ucapan Jeno.

Mendengar ucapan Zahra membuat sesuatu dalam diri Jeno marah. Pria itu mencintai Zahra tetapi gadis itu hanya menganggapnya sahabat.

Jeno langsung berdiri dan memegang kedua bahu Zahra. Sedikit erat.

"Jangan lagi lo ngomong kalau lo anggep gue cuma sebagai sahabat," desis Jeno.

Keduanya saling menatap dengan tatapan yang lekat.

"Kenapa lo berubah?" lirih Zahra.

Jeno sempat terdiam mendengar pertanyaan Zahra, apalagi mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Perlahan tangan Jeno sedikit mengendur.

"Kenapa? Kenapa lo berubah kayak gini? Lo dulu baik, bahkan lo satu-satunya sahabat gue yang gak pernah bentak ataupun kasar ke gue," lirih gadis itu.

Zahra sudah menundukkan kepalanya. Terdengar isakan tipis yang keluar dari mulut gadis itu.

Tidak tahan melihat Zahra menangis, Jeno merengkuh Zahra ke dalam pelukannya. Lelaki itu tidak kuat jika harus melihat orang yang ia cintai menangis.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

82.1K 10.2K 35
@misochan_05 Banyak keanehan yang kami rasakan, mulai dari tangisan gadis, ketukan di pintu dan jendela setiap malam, Kami sangat terganggu. Namun h...
34.4K 2.5K 17
š— š—®š—¹š—®š—ŗ š—¶š˜š˜‚, š—š—®š—²š—µš˜†š˜‚š—» š—ŗš—²š—¹š—¶š—µš—®š˜ š˜€š—²š—¼š—暝—®š—»š—“ š˜„š—®š—»š—¶š˜š—® š˜†š—®š—»š—“ š—Æš—²š—暝—±š—¶š—暝—¶ š—øš—®š—øš˜‚ š˜€š—®š—ŗš—Æš—¶š—¹ š—ŗš—²š—»š—®š˜š—®š—½š—»š˜†š—®. š—›š—®...
4.9K 140 27
HALO SEMUANYA!! SELAMAT MEMBACA CERITA TENTANG PRADIKTA & LALA. Dia Pradikta Sastra Ajuar. Satu nama yang begitu meluas diberbagai sekolah, termasuk...
24.9K 1.4K 23
Shinyoung kembali ke kampung halamannya untuk mengubur segala kesialan yang datang padanya. Namun sepertinya kesialan itu mendatanginya lagi. -High...