Mask | Jeno βœ”οΈ

By blue_5ha

121K 12.9K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... More

[1] Prolog
Cast
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[10] Lo Berubah, Jen
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi ⚠
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[18] Gara-Gara Miauw
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi ⚠
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[39] Maaf?
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan ⚠️
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[48] Perpisahan dan Air Mata
[49] Apologize
[50] Perut Karet
[51] Salju Pertama di Bulan Desember
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch ⚠️
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[2] Bali

7K 619 101
By blue_5ha


Bagaimana perasaan kalian, jika berteman dengan tujuh lelaki yang memiliki sifat yang berbeda-beda?

Inilah yang Zahra alami, mereka berteman sejak berada di satu SMA yang sama. Saat ini, mereka sedang liburan di Bali, tepatnya di rumah milik Renjun.

Renjun Atha Maliq, biasa dipanggil Renjun, atau Njun. Dia selalu mewujudkan keinginan Zahra, tidak ada satupun yang ia tolak, bisa dikatakan laki-laki berdarah China itu bucin.

Tapi, baik Zahra maupun Renjun, keduanya selalu bertengkar setiap saat. Bukan bertengkar secara fisik, tetapi, mereka selalu adu mulut setiap bertemu, tidak ada yang mau menghentikan adu mulut keduanya, bahkan anak OD memilih menjadi penonton Zahra dan Renjun.

Kalian mungkin bingung, siapa anak OD? Apa hubungannya dengan Renjun dan Zahra? Oke, sedikit cerita, OD adalah singkatan dari One Dreams yang merupakan nama sebutan untuk persahabatan mereka. Bukan geng seperti anak SMA saat ini, mereka bersahabat sejak kelas 11 dan sudah menganggap seperti saudara.

Mereka bukan kumpulan anak famous yang akan melakukan bully, tetapi mereka kumpulan anak pintar yang tidak ambisius.

"Njun, pinjem handphone dong," pinta Zahra.

Renjun yang duduk di sampingnya melihat dari sudut matanya, dan sedetik kemudian memberikan ponselnya pada Zahra.

"Jangan dibuat aneh aneh."

Zahra hanya menjawab dengan acungan jempol.

"Anjir nih anak. Perasaan kemarin handphonenya bukan ini deh. Baru lagi," gerutu Zahra.

Saat sibuk memainkan ponsel, tiba-tiba saja muncul layar bertuliskan,

Mama♡ is Calling....

"Renjun, mama lo nelpon nih," teriak Zahra.

Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari lelaki itu. Zahra-pun memilih meletakkan ponsel Renjun di meja. Gadis itu sedang malas untuk sekedar berjalan ke area taman belakang, dimana Renjun berada.

"Buat lo," ucap Mark setelah meletakkan segelas susu cokelat dingin di atas meja sofa.

"Thanks Mark. Panggilin Renjun dong, mamanya telpon. Gue mager buat jalan," pinta Zahra dengan wajah tanpa dosanya.

"Mager terus, jangan hidup sekalian deh Ra."

Karena Zahra terlalu sibuk meminum susu cokelat yang diberikan oleh Mark tadi. Tanpa ia sadari ternyata tetesan air dari gelas yang ada di genggamannya jatuh di atas layar ponsel Renjun.

"Renjun, kamu dari mana aja, lama banget angkat telpon mama."

"Mama cuma mau tanya, kamu beli tiket ke Bali buat apa? Siapa yang kamu ajak ke Bali kali ini?"

Mama Renjun terus bertanya di seberang sana.

"Lah, keangkat. Apa gue jawab aja ya?"

"Eh, tapi gak sopan jawab telpon orang."

"Tapi kan, daripada mamanya Renjun ngomong sendiri, ntar dikira gila."

"Jawab aja deh."

Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, tangan Zahra bergerak untuk mengambil ponsel Renjun. Belum saja tersentuh, Renjun mengambil alih dan mematikan sambungan telpon mamanya.

"Eh, Njun, itu mama lo telpon tadi," ucap Zahra dengan cengiran khasnya.

"Kalau ada telpon tuh kasih tau gue. Jangan sembarangan diangkat! Gak sopan!"

"Ya kan niatnya gue gak mau angkat, nunggu Mark manggil lo. Salah siapa lo dipanggil gak denger," ujar Zahra dengan gak santai. Kalau sudah begini pasti mereka akan bertengkar.

"Zahra! Meskipun lo teriak sekeras apapun. Kalau gue lagi di taman belakang gak bakal denger kali. Jarak ruang tamu sama taman belakang jauh!"

"Ya gausah ngegas! Mana gue tau kalau sejauh itu jaraknya. Gue kira bakal denger. Lagian tadi tuh udah niat gak gue angkat. Tapi ada air yang jatuh di handphone lo. Jadinya keangkat sendiri tuh telpon!"

Karena Zahra tersulut emosi hingga dia mengatakan dengan nada tak santai.

"Ini pada kemana sih orang-orang. Kok gak ada yang mau pisahin gue sama Renjun," pikir Zahra.

"Udahlah capek ngomong sama lo, lain kali gak akan lagi gue minjemin lo handphone!"

"Gak peduli! Gue juga gak akan minjem handphone lo! dan yang gue bilang tadi itu bukan alasan tapi kenyataan!" teriak Zahra dengan dirinya yang mengikuti Renjun hingga sampai di pintu taman belakang.

Terlihat Renjun sedang duduk di kursi taman dengan ponsel yang sudah menempel di telinga kanannya.

"Percuma dong, gue ngomel kalau dia sibuk telponan. Ngeselin," gerutu gadis itu.

Zahra pun berniat mencari anak anak yang lain. Merasa bosan karena tidak ada game yang bisa ia mainkan. Pasalnya ponsel Zahra disita oleh Chenle.

Zhong Chenle Abraham, biasa dipanggil Lele. Lelaki itu, saat Zahra marah kepadanya terkadang Chenle juga ikut marah. Tapi, Zahra tidak pernah berani marah berlebihan dengan lelaki itu, pasalnya Chenle akan menyita ponselnya jikalau Zahra memarahinya. Aneh bukan?

Contohnya seperti kemarin, Zahra berniat ingin mengirim pesan kepada orang tuanya, bahwa gadis itu sudah sampai di Bali dengan selamat. Tetapi, saat sedang asik-asiknya mengirimkan pesan, tiba-tiba ponsel Zahra diambil alih oleh Chenle.

"Le, gue mau kabarin ortu, jangan diambil!" ucap Zahra dengan nada tidak santai.

"Gak."

"Le, gue tuh mau ngabarin kalau gue sampe dengan selamat di rumah Renjun," eluh Zahra.

"Gak akan gue balikin. Kita kesini niatnya kan buat Qtime. Lah lu malah asik main handphone."

"Iya gue gak main handphone deh, tapi balikin handphonenya. Nanti kalau mama gue tanya kabar gak ada yang balas, terus khawatir gimana?"

"Nanti gue yang balas pesannya, sana masuk kamar!"

Dengan terpaksa Zahra pun menuruti perintah Chenle.

"Yah Kasian yang handphonenya disita," ejek Haechan.

Kamar Zahra, Haechan, Jeno dan Jisung ada di lantai dua, sedangkan kamar Renjun, Mark, Jaemin, Chenle ada di lantai bawah.

Mendengar ejekan Haechan, Zahra lebih memilih diam, gadis itu sedang tidak semangat untuk beradu argumen.

"Hape lo disita bang Chenle, Ra?"

Jisung yang baru saja keluar dari kamarnya dengan Jeno, melihat Zahra yang ditertawakan oleh Haechan.

Tanpa menjawab pertanyaan Jisung, gadis itu lebih memilih untuk menarik tangan Jeno untuk masuk ke dalam kamarnya. Zahra tak mengatakan apapun kepada Jeno, gadis itu langsung merebahkan dirinya di tempat tidur dan menatap langit-langit.

"Kenapa Ra?" Jeno mendekat dan duduk di tempat tidur tepat disamping kepala Zahra.

"Kesel sama Chenle."

Memang Zahra lebih dekat dengan Jeno daripada dengan yang lainnya, karena Jeno selalu menjadi tempat gadis itu meluapkan keluh kesahnya tentang sekolah, teman, maupun keluarganya.

Tangan Jeno terulur mengusap rambut Zahra, "Pakai handphone gue dulu, kalau memang penting."

"Lo emang sahabat terbaik gue," ucap Zahra seraya mencubit pipi lelaki itu.

"Jangan gitu, kalau gue baper, lo mau tanggung jawab?"

Seketika Zahra menarik tangannya dari pipi Jeno dan mengalihkan pandangannya membuat Jeno tertawa hingga matanya lelaki itu membentuk sabit.

Continue Reading

You'll Also Like

32.7K 3.7K 46
17+ Blurb : Mereka seharusnya tidak pernah bertemu. Andai waktu dapat terulang kembali, mungkin Bulan memilih untuk tak bertemu dengan Shaka. Pertemu...
407 61 4
Demi menyelamatkan sahabatnya yang menghilang tanpa jejak, ia rela pergi ke masa lalu untuk mencari sahabatnya dengan ponsel aneh yang diberikan oleh...
1.8M 192K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
28.8K 4.4K 77
"Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur keseng...