DRAMIONE : DON'T HURT MY DEAT...

By ImQueeniesya

111K 13.7K 2.5K

"Lucius Malfoy. Dengan semua tindak kejahatan yang kau lakukan, berdasarkan keputusan persidangan Wizengamot... More

(1) Ketidakadilan Yang Nyata
(2) Belas Kasihan
(3) Sang Pembunuh
(4) Dalam pelarian
(6) Sebuah Kebenaran?
(7) Penderitaan
(8) Pahlawan Atau Pembunuh
(9) Dia Bukan Dia
(10) Hocrux Bisa Mati?
(11) Rasa Peduli
(12) Di Mana Sebuah Rahasia Disembunyikan
(13) Dia Adalah DIA
(14) Fiendfyre
(15) Dia Benar Hocrux
(16) Rencana
(17) Bangkit
(18) Raga yang baru
(19) Berhdapan Dengan Maut
(20) Kekuatan Lain
(21) Sesuatu Yang Terlewatkan
(22) Telah Dibuat
(23) Kembali berjuang
(24) Kembali Ke Perang
(25) Masa Kemenangan
(26) Sendiri Di Dunia Baru
(27) Bukan Milikku END

(5) Kebencian

3.8K 482 38
By ImQueeniesya

Hermione duduk lemas di tepi makam orang tuanya. Matanya yang sembab menatap kosong di pusara.

Dua tahun ia tidak bertemu orangtuanya. Dua tahun! Dan saat bertemu dengan mereka, ia hanya menemukan dua jasad dengan mata terbuka tanpa kehidupan.

Baju hitamnya kotor terkena tanah yang basah karena langit pun sedang ikut menangis merasakan kesedihan Hermione Granger.

Harry dan Ron berdiri di belakang gadis itu dan memayunginya.

Harry menyentuh pelan bahu Hermione. "Mione, ini sudah dua jam kau berada di sini."

"Leave me alone." Bisik Hermione parau.

"Mione." Ron membujuk.

"I said, LEAVE ME ALONE!" Hermione berteriak dan mendorong dua sahabatnya dengan sihirnya hingga dua orang tersebut mundur karena tekanan sihir marah Hermione.

Harry dan Ron berpandangan khawatir. "Kami akan menunggumu di The Burrow, Mione." Setelah mengusap lembut rambut Hermione, Ron dan Harry pergi meninggalkan pemakaman dan berapparate.

Hermione duduk di bawah rintik hujan dengan raut kosong. Walapun begitu, otaknya masih bekerja memikirkan kejadian-kejadian hari ini, salah satunya perkataan Ron.

"Aku tahu satu orang yang memakai tongkat ini, Kingsley." Jawab Ron penuh kebencian. "Dan melihat tulisan di dinding itu, aku yakin siapa si pembunuh keji ini."

Kingsley mengankat alisnya bertanya. "Siapa Mr. Weasley?"

"Draco Malfoy."

"Harry benar, tak ada alasan untuk berbelas kasihan pada orang sepertimu." Bisik Hermione penuh kebencian di setiap katanya. Matanya penuh amarah dingin mematikan.

"Darah harus dibayar darah, nyawa harus dibayar nyawa, kematian harus dibayar kematian."

《◇◇◇》


Draco menimang anaknya dengan botol susu di tangannya. Dua mata perak itu saling menatap. Mata perak yang lebih muda sudah mulai terayun mengantuk. Draco berjalan dengan pelan membentuk pola ayunan sambil menyanyikan lagu penghantar tidur untuk anaknya.

"Ketika kau berada di sini sebelumnya...

Aku tidak bisa menatap matamu...

Aku tak bisa mengenggam tanganmu...

Kau adalah yang teristimewa...

Kau seperti malaikat bagiku...

Kau seperti cahaya di duniaku yang gelap...

Temani... Temani aku di setiap detik waktu..."

Mata anak itu akhirnya tertutup menggemaskan saat Draco selesai dengan Lullabynya.

Draco tersenyum, hatinya menghangat melihat wajah bayi di pelukannya. Sudah sejak lama ia terakhir merasakan kehangatan di hatinya seperti ini.

Mungkin kemarin sudah kehilangan bayak dari orang yang ia pedulikan. Ayah baptisnya, Severus. Beberapa sahabatnya, orangtuanya yang ia cinta dan yang terakhir adalah ibu dari anaknya. Ia tahu, mereka pasti akan membunuh Asroria. Pelahap maut atau bukan, pembunuh atau bukan, jika ia terlibat pasti akan mendapatkan hukuman keji itu.

Setelah perang berakhir, palahap maut di masukan ke dalam Azkaban dan menunggu hukuman mereka masing-masing. Satu persatu pelahap maut di bawa dari Azkaban untuk menjalani hukuman mereka. Draco tahu, ia akan dihukum mati bersama orangtuanya. Tapi entah mengapa ia merasa kematian akan lebih baik dari kehidupan. Masa mudanya sudah hancur karena ayahnya memilih jalan yang salah. Keluarganya sudah tak dihormati lagi. Apa yang tersisa untuknya? Tidak ada.

Sampai ia merasakan sebuah ikatan sihir dalam tubuhnya. Dan ia tahu, kesalahan lampau yang ia perbuat bersama Greengrass muda telah berbuah menjadi suatu kehidupan yang harus diperjuangkan.

Namun ia masih meragukan hal itu, sampai peri rumah keluarga Greengrass memeberi kabar kelahiran seoang anak laki-laki. Anaknya.

Saat itu ia tengah bersandar putus asa di dinding batu kotor Azkaban. Ia sudah menyerah. Hanya menunggu Auror membawanya kepada kematian. Sudah tidak ada lagi yang perlu di perjuangkan. Ia berpikir seperti itu, sampai Winty, peri rumah itu memberi kabar tersebut. Dan akhirnya ia punya alasan untuk bertahan hidup, Untuk kembali berjuang.

Hatinya mengepal sakit saat mengingat orangtuanya sudah meninggal. Tapi tidak apa-apa, ia masih punya bayi ini sebagai harta berharganya.

Draco tidak memberi nama anak itu, karena jika ia memberi nama, itu sama dengan menyerahkan anaknya pada malaikat maut. Namanya akan langsung terdaftar di masyarakat dunia sihir secara hukum sihir. Jadi terpaksa ia belum menamainya, walaupun ada nama yang ingin ia berikan jika waktunya sudah tiba.

Draco meletakan anaknya di tempat tidur ukuran sedang. Ia bersyukur masih memiliki tempat tinggal yang aman walau tak selamanya aman.

Ini merupakan rumah masa kecil ayah babtisnya. Tidak ada satupun yang tahu letaknya kecuali keluarga Malfoy dan pamannya sendiri. Rumah ini kecil dan suram, tidak terkejud mengingat siapa pemiliknya. Tapi setidaknya ia bisa memberikan kehangat rumah untuk bayi kecilnya.

Draco tahu, ia sedang dalam pencarian. Dan dia tidak bisa lama tinggal di sini. Tak menunggu lama sampai Auror menemukan dia dan bayinya.

Ia berpikir untuk berapparate ke dalam Malfoy Manor, namun terlalu beresiko mengingat pasti istana megahnya itu di kelilingi belasan Auror. Mereka pasti akan menyadari ada seseorang di dalam sana. Mungkin Ia akan membuat rencana kemana selanjutnya ia pergi. Ia tahu, nyawanya sedang di ujung tebing kematian jika ia sampai ditemukan Auror.

Namun ia akan berkorban apa saja untuk keselamatan anaknya. Ia tidak tahu sampai kapan ia dalam pelarian seperti ini. Ia juga tidak yakin kapan berakhirnya. Tapi yang ia pastikan, Trah Malfoy tidak boleh berakhir sampai di sini.

Tapi untuk hari ini, ia akan beristirahat sejenak dari kekejam yang ada. Ia merebahkan tubuhnya di samping bayi itu dan menutup matanya mencoba melupakan segala kesakitan di dalam dirinya.

《◇◇◇》

Hermione duduk di ruang tengah rumahnya dengan sebotol anggur. Ia tidak biasa untuk mabuk, tapi untuk kali ini ia membutuhkan sesuatu yang bisa mengalihkannya dari rasa kehilangan yang menyakitkan.

Lampu ruangan itu ia padamkan, hanya ada cahanya perapian yang berderak membentuk harmoni menenangkan.

Ia kembali menyesap anggur dari gelasnya. Hermione merasa kosong, merasa sepi, merasa sendiri.

Saat di The Burrow, ia kira akan merasakan kehadiran seseorang dari para sahabatnya, ternyata tidak. Jika dulu tidak akan kesepian jika berasama sahabatnya, tidak kali ini. Kehadiran Harry dan Ron tidak cukup membuatnya merasa ditemani.

Suara pintu terbuka membuat ia tersentak dari lamunannya. Namun ia tidak ada keinginan untuk bergerak. Ia kembali melanjutkan keheningannya sendiri.

"Merlin, Mione. Kau seperti ditelan kegelapan." Ron berseru melambaikan tongkatnya dan lampu menyala.

Harry, dan Kepala Auror Oliver Wood memasuki ruang tengah di mana Hermione berada.

Harry dan Ron mengambil tempat duduk di sebelah Hermione, sedang Oliver Wood duduk di sofa sebrang mereka.

"Ms. Granger, Malfoy terlihat di Spinner's End. Kami tidak tahu apa yang dilakukannya di sana. Kami masih menunggu informasi yang lebih jelas, dan setelah itu baru kami akan menyergapnya." Jelas Oliver Wood. "Kami belum menemukan pasti di mana tepatnya ia berada, tapi kami kami akan segera mendapatkannya agar ia menerima hukuman yang setimpal."

"Aku akan ikut." Hermione menyatakan datar. Matanya masih menatap kosong ke arah gelas anggur di tangannya.

"Hermione, aku tak mengizinkanmu. Ku pikir kau masih butuh waktu untuk dirimu sendiri, biar Malfoy jadi urusan kami." Ujar Harry.

"Tidak ada yang minta izinmu, Harry." Hermione bangkit dari duduknya. "Aku akan tidur." Setelah mengucapkan itu, Hermione bergegas menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua.

Ia memasuki kamar dan menutup pintunya. Hermione duduk di tepi jendela kamarnya. Matanya menatap kegelapan malam di luar sana.

"Spinner's End?" Hermione mendengus dengan benci.

"Bersembunyi di lubang tikuspun aku akan menemukannu, Malfoy."

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

80K 11.2K 25
Jika diminta untuk mendeskripsikan satu kata tentang hidupku, maka aku akan menjawab biasa. Aku bukan siswa cantik seperti Ino yang hampir digilai o...
62.4K 7.4K 29
Hermione tidak tahan sekaligus muak dengan Draco Malfoy yang selalu bertingkah seenaknya. Hingga, Ia memutuskan untuk melakukan hal gila dengan dasar...
18.8K 444 6
Pendakian yang tak di rencanakan berbuah mala petaka. Ketika tak lagi mengindahkan larangan. ketika tak lagi menaati aturan. Bertindak sesuka hati d...
799K 82.5K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...