Kamis,16 April 2020
Happy Reading :)
_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_
Kini Cyla sedang duduk di salah satu kursi kelasnya. Ia sedang membolak balik tanpa minat buku yang sedang ia pegang.
Badmood? Iya. Kenapa? Karena buku yang sedang ia baca itu bergenre romace. Isinya tuh ada yang lagi ciuman, pelukan, terus cowoknya dengan gentle ngelamar si cewe di depan ortunya.
Dia baper sendiri bacanya. Dan nasib, dia jomblo. Jadi gak ada orang yang bisa menuntaskan rasa bapernya. Nyesek sumpah.
"Wooyy wooyy... dosen dateeng."
Cyla langsung memasukan buku itu ke dalam tasnya. Kelas yang semula ramai menjadi hening setelah melihat seorang pria yang mereka yakini dosennya memasuki ruangan.
"Perkenalkan nama saya Raffi Daniel Agara. Kalian bisa panggil saya mr. Agara."
DEG.
Cyla terbengong menatap dosennya.
Cyla pov
Wajah flat, hidung mancung, kulit putih, rahang kekar, mata tajam, tubuh tinggi tegap dan...... wajah flat lagi.
Ituu... ituu ..
Iyaaa itu pak guru gans.
Omg... kita jodoh paak
Sejauh apapun bapak pergi nyatanya kita bertemu lagiiii...
Aku kembali merasakan getaran aneh yang sudah lama mati. Dan getaran itu ia rasakan oleh orang yang sama. Pak Raffi. Iyaaa pak Raffi...
Haduhhh kenapa aku bisa lupa sama namanya sihhh. Pantes kemaren itu aku kaya familiar sama namanyaaa.
"Ssssttt Cyl."
Elena menyenggol lenganku menyebabkan semua lamunanku buyar.
"Paan sih?"
"Itu lagi di absen. Barusan doi manggil nama lo. Lo gak nyaut."
Seluruh penghuni kelas menatapku. Lah baru ketemu aja aku udah bikin malu. Ilfeel kan dianya. Kelihatan begonya banget lagi aku.
"Casyla Cabella."
Ulangnya dengan menaikan oktaf suaranya.
"Saya pak."
Pak Raffi menatapku tajam. Aku cuma bisa nunduk lah. Yakali mau bales tatapannya. Kalo natapnya lembut ya aku bales. Nah ini. Natapnya aja kaya mau mutilasi aku.
"Saya tidak suka jika ada yang tidak konsen di kelas saya. Jika ada lebih baik tak usah ikut kelas saya."
Kelas menjadi hening. Pasti itu nyindir aku. Pasti laah. Rada malu sih. Tapi kan aku udah biasa malu maluin. Jadi ngapain harus malu.
"Dan untuk kamu."
Pak Raffi menunjuk ke arahku.
"Selesai kelas kamu ke ruangan saya."
Jackpot. Bodo amat kalo nanti disana aku dimarahin. Intinya bisa berduaan diruangan sama dia.
"Baik pak."
Aku memerhatikan gerak gerik pak Raffi saat tengah mengajar. Aku baru pernah ngelihat dia ngajar. Maklum lah pas SMP aku gapernah diajar sama dia.
Tapi nih ya. Dia ngajar tuh wajahnya flat pake banget. Gaada ekspresinya. Dan suaranya tuh datar se datar datarnya gunung. Ehh sedatar datarnya tanah.
Terus nih ya ngomongnya irit banget. Kalo ngomong tuh SPD. Singkat. Padat. Datar.
Kan rasanya pengen nonjok tuh wajah. Wajahnya datar kek gitu bikin emosi tau gak. Tapi tetep sih aku masih suka. Aku aja sampe bingung loh. Aku suka sama dia tuh dilihat dari mananya coba.
"Sekian dari saya. Dan kamu. Keruangan saya sekarang."
Pak Raffi langsung keluar kelas setelah menyuruhku untuk keruangannya. Sekelas menatapku horror.
"Kenapa?"
Mereka saling pandang pandangan.
"Cyl.. lo tau nggak kalo Mr. Agara itu dosen paling galak disini."
Ujar salah satu temanku namanya Jake.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Jangan terlena sama gansnya. Aslinya dia itu ganas." Sekarang Jeani yang bilang.
Lalu Elena menepuk pelan pundakku.
"Semangat sis..."
Mereka kompak menertawakanku.
"Kalo keluar udah tinggal nama doang nasib kamu ya Cyl."
Aku seketika merinding. Ini bener pak Raffi yang dulu seganas itu? Sampe sampe mahasiswi kampus gak tertarik sama parasnya yang aduhai itu?
Aku melangkahkan kakiku gontai kearah ruangan pak Raffi. Eh tunggu. Aku kan gatau ruangannya. Mampus lah.
Aku celingak celinguk kaya orang hilang. Lalu netraku menangkap seseorang yang sedang berjalan sendirian di lorong.
"Daniellll."
Daniel menoleh ke arahku.
"Hey Asyla. Ada apa?"
"Tau ruangannya Mr. Agara?"
Daniel mengangguk sambil tersenyum.
"Tau. Aku juga mau kesana. Bareng?"
Aku mengangguk antusias. Yakali mau nolak. Di tengah jalan kami berbincang banyak hal. Daniel ternyata semester 3. Dia seniorku.
"Ini ruangannya."
Kami berhenti di depan pintu bercat putih. Daniel mengetok pintu sebelum masuk.
"Masuk."
Daniel membuka pintu dan masuk ke ruangan pak Raffi. Aku? Aku ngekorin dia.
Pak Raffi mengalihkan perhatiannya ke arah kami. Eh.. ke Daniel deng.
"Pak saya mau mengumpulkan tugas bapak yang minggu lalu."
"Taruh saja di situ."
Daniel menaruh tumpukan kertas di atas meja pak Raffi.
"Kamu boleh keluar."
Daniel berjalan ke arah pintu. Saat melewatiku dia berujar sambil tersenyum.
"Duluan ya."
Aku mengangguk. Setelah Daniel keluar, aku mengalihkan pandanku ke arah pak Raffi.
"Duduk."
Aku mendaratkan badanku di sofa ruangan pak Raffi. Ia memandangiku dari atas sampai bawah. Apa jangan jangan dia inget aku?
"Pak. Bapak ingat saya gak? Ya walaupun bapak ga pernah ngajar saya tapi bapak pasti tau lah murid ini yang paling cantik."
Pak Raffi mengerutkan keningnya lalu mengangguk. Ngefly akuu. Pak Raffi inget akuu gaeess. OMG... dia ingeeett.
"Ya saya ingat. Kamu orang gila yang ada di depan komplek perumahan saya dulu."
JDEERRR
Bukannya merasa tersindir aku malah tertawa.
"Hahahahahahah."
Pak Raffi menatap ke arahku bingung.
"Saya tidak melawak."
Aku menghentikan tawaku. Lalu beralih menatap pak Raffi yang sedang menatapku tajam.
"Yakali pak ada orang gila secantik saya. Bapak kalo ngelawak mikir mikir dulu deh."
Pak Raffi menghela nafasnya gusar. Mungkin dia baru nemu spesies kaya aku deh. Soalnya kan semua mahasiswa/i pada takut ma dia. Gak kaya aku yang santuyy.
"Saya serius."
"Saya juga serius pak. Langsung ke KUA yuk. Kan udah sama sama serius." Ujarku dengan nada polos. Ehh bukan polos tapi sok polos.
Pak Raffi melotot. Wajahnya memang serem buanget. Tapi gatau kenapa aku ga takut. Malah pengen modusin lagi.
"Sudah kamu keluar dari ruangan saya. Bisa hipertensi saya kalau sama kamu."
Aku terkekeh geli melihat raut wajah kesal pak Raffi.
Aku bangkit dari sofa dan berjalan ke arah pintu. Tapi sebelum menutup pintu kembali, sempat sempatnya aku menggombal.
"Bapak jangan kangen saya ya. Nanti malam saya bakal dateng di mimpi bapak deh. Byee."
Aku langsung menutup pintu ruangan Pak Raffi.
Di dalam ruangannya, pak Raffi hanya melongo mendengar penuturan Cyla. Pasalnya ia baru pernah menemukan orang yang sama sekali tak takut dengannya. Biasanya seluruh mahasiswa/i yang ia panggil ke ruangannya akan tertunduk takut. Tapi tidak dengan yang satu ini.
Pak Raffi menggelengkan kepalanya pelan. Tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman yang sangat jarang ia tunjukan.
"Dasar aneh."
_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*
Part berikutnya Cyla udah gak mau jaga image lagi
Cyla bakal nunjukin kegilaan yang sebenarnya
Vote jangan lupa.
~^~AsylaChrystal~^~