Erotomania [Tamat]

De triviaindriani

171K 22.5K 2K

Pernah dengar erotomania? Atau sindroma de Clerambault? Istilah sederhananya adalah delusi jatuh cinta. Salah... Mais

1. Merinding
2. Arvin Itu Gila
3. Kebenaran
4. Cobaan Hari Pertama
5. Sebuah Pengakuan
6. Hadiah Kecil
7. Masalah
8. Kenangan yang Tersimpan
9. Perjuangan
10. Ciuman Pertama
11. Detak Jantung
12. Terbongkar
13. Goyah
14. Merawat Arvin
15. Penyihir
16. Ketakutan Besar
17. Posesif
18. Benar atau Salah
19. Sisi Tergelap
20. Berakhir
21. Kehidupan Baru
22. Tentang Masa Lalu
23. Lisan dan Nurani
24. Hilang Arah
25. Kesempatan Terakhir

26. Terima Kasih, Erotomania [End]

11.4K 951 66
De triviaindriani

Tok ... tok ....

Lova membuang napas kasar. Dia bangkit dari duduknya dan segera menarik kenop pintu. "Apa lagi sih, Gus?" Bola mata Lova membilas seketika saat mendapati bukanlah Agus yang ada di depan pintu. "Kak Arvin?"

"Iya, ini aku, Arvin. Kamu berharap cowok ngondek itu yang ketuk pintu?" Sewot Arvin sambil menyelonong masuk ke dalam rumah Lova. Meskipun kemarin dia juga datang ke rumah ini, tetapi rasa rindu itu masih begitu besar. Dan tanpa dipersilakan, Arvin sudah mendaratkan bokongnya di sofa. "Agus ke sini barusan?"

Ikut bergabung dengan Arvin, Lova juga duduk di sofa, tepat di samping Arvin. Dia mengambil sesuatu dari atas meja. "Iya, ngasih undangan tunangan dia." Lova tersenyum melihat ekspresi Arvin yang tampak terkejut. Bahkan, dia juga merebut undangan berwarna merah muda itu dan membolak-baliknya berulang kali. "Jadi, jangan sebut dia cowok ngondek lagi. Dia udah jadi gentleman sekarang, udah mau seriusin anak orang."

Dengan perlahan, Arvin menurunkan undangan itu. Dia menatap Lova dengan penuh goda. Arvin juga sengaja menaik turunkan alisnya. "Kode, nih? Mau kapan?"

"Kalau aku udah lulus dan Kak Arvin udah kerja," jawab Lova dengan mantap. Hubungan mereka baru pulih seminggu yang lalu, Arvin sudah membahas masalah ini saja. Baru saja Arvin hendak kembali bicara, Lova malah memintanya untuk diam. "Sssut ... jangan ngomong dulu. Kak Julian telepon. Ada hal penting yang mau dibahas." Lova menggeser ikon hijau di layar ponselnya, lalu meletakkan benda pipih itu ke daun telinganya. "Hallo? Gimana? Sukses?"

"Sukses, dong. Masa seorang Julian gagal?" jawab Julian di seberang sana dengan begitu percaya diri. "Tapi, Cil, ada hal lain. Ponakan Dania mau disunat sebulan lagi. Dan mereka setuju buat pakai jasa katering kita. Cuma ... gue bilang ... gratis."

Mendengar itu, Lova langsung berdiri dari duduknya. Dia berhasil membuat Arvin terlonjak di tempat. Apalagi mendengar teriakannya selanjutnya. "Kak Julian gila?! Gratis?! Ya ampun, Kak, kasih makan satu keluarga itu bisa berapa? Belum lagi sama tamunya! Enggak bisa! Pokoknya harus tetep bayar!"

"Katanya, lo mau bantu gue deket sama cewek. Diminta katering gratis malah teriak-teriak sampau bikin gue budek."

Lova memijat pangkal hidungnya. Iya, dia yang paling bersemangat untuk menjodohkan Julian dengan mahasiswi paling cantik di kelasnya. Dia mau Julian mulai membuka hati pada orang lain, tidak lagi menempel dengan Lova dan terus membuat orang lain salah paham. Lagipula, Lova juga pernah dengan kalau Dania juga menyukai Julian. Lova sudah kembali dengan Arvin, Agus akan bertunangan dengan kekasihnya, akan sangat memprihatinkan jika Julian masih melajang. Namun, tidak sampai membuat buntung usaha katering mereka segala.

"Aku potong gaji Kak Julian sampai biaya produksi kateringnya lunas," final Lova pada akhirnya. Dia bisa mendengar Julian mendengkus di seberang sana. "Oke, gratis. Itung-itung bayar jasa udah bikin aku balikan sama Kak Arvin."

"Nah, gitu, dong! Kan, sama-sama enak kalau begini ceritanya." Suara Julian berubah sumringah. Lalu, terdengar suara Dania yang memanggil Julian di sana. "Eh, udah dulu. Gue mau usaha lagi, nih. Bye, Cil!"

Arvin bisa merasakan kalau sofanya bergerak, pertanda Lova kembali duduk di sampingnya. Dia setia memperhatikan ekspresi kekasihnya itu, yang sedang membaca isi undangan Agus. Arvin sudah dengar tentang usaha Julian untuk mendekati teman sekelas Lova itu. Di sisi lain dia senang, karena Julian juga harus memiliki pasangan supaya Arvin tenang. Namun, di sisi lain, Arvin juga merasa kasihan. Julian memendam perasaannya, supaya hubungan semua orang tetap berjalan semestinya.

Tiba-tiba, Lova menoleh pada Arvin setelah mendengar suara ribut dari luar. "Kak Arvin denger itu?" Arvin menggeleng, merasa tidak mendengar apa pun. "Kakak enggak lupa tutup pagarnya, 'kan?"

"Gue lupa!" Arvin menepuk jidatnya.

Secepat kilat, Lova berlari ke teras, disusul oleh Arvin di belakang. Mereka berdua tampak terkejut melihat keadaan motor kesayangan Arvin yang sudah dilumuri lumpur dengan sempurna. Beralih ke arah pagar, seorang perempuan dengan dandanan yang sangat berantakan berlari sambil tertawa riang. Rambutnya gimbal, bajunya dihiasi bunga warna-warni, di lehernya terdapat kalung tali jemuran yang berbelit-belit.

"Lov?" Arvin melirik Lova, meminta penjelasan.

"Dia Marimar, orang gila di sini," jawab Lova sambil mempersiapkan air keran dan selang untuk membersihkan motor Arvin. Arvin masih syok, tetapi tetap bergerak mengikuti Lova. Motor kesayangannya yang selalu tampil gagah dan mengkilap, kini seperti kue cokelat berukuran besar. "Dia suka masuk ke halaman rumah yang pagarnya enggak ditutup. Untung cuma dibalut lumpur kayak gini. Pernah ada yang kaca mobilnya pecah karena ulah Marimar."

Kaki Arvin terasa lemas mendengar penuturan Lova. Untung saja, dia berpegangan pada motornya, jadi tidak terjatuh. Dan selanjutnya, mereka membersihkan tubuh motor berdua. Lova yang bagian menghilangkan lumpurnya, sementara Arvin membasuhnya menggunakan sabun. Sederhana, tapi menurut Arvin, ini sangat romantis.

"Kenapa, Va?" Bu Arumi baru keluar dari rumah. Beliau mendapati putrinya dan Arvin sedang sibuk. "Ulah Marimar?"

"Iya, Bun. Tadi pagarnya lupa ditutup," jawab Lova sambil berdiri memperhatikan Arvin yang sedang membersihkan bagian bawah motor.

Bu Arumi mengangguk. Lalu mendudukkan diri di kursi teras. "Mas Arvin mau tahu sesuatu, enggak?" Arvin langsung menghentikan pergerakannya. Dia berdiri dan mengangguk penuh antusias. "Dulu, Lova pernah bilang Mas Arvin gila, kayak Marimar. Waktu Mas Arvin pertama kali jemput Lova itu, lho."

Nasi sudah menjadi bubur, Lova gagal membuat bundanya tidak mengungkit masalah lama itu. Dia nyengir kuda saat Arvin menatapnya. "Hehe ... itu dulu, Kak." Arvin sepertinya sulit diajak berdamai, Lova berpura-pura marah pada bundanya. "Bunda ini pakai bongkar rahasia segala. Jadi kayak gini, 'kan?"

Dengan polos, Bu Arumi mengangkat bahunya acuh, lalu kembali masuk setelah menciptakan potensi perdebatan dua sejoli yang baru berdamai. Beliau percaya, ucapannya itu tidak akan sampai membuat mereka kembali berpisah. Beliau berharap, hubungan mereka kali ini jauh lebih kuat dan lebih dewasa dari sebelumnya. Supaya Lova bisa terus bahagia. Mengingat bagaimana menyedihkannya Lova dulu-saat hubungannya kandas tidak jelas dengan Arvin-Bu Arini tidak tega.

"Kak, yang penting sekarang aku enggak bilang kayak gitu, 'kan?"

Cup!

Arvin mencuri kesempatan untuk mencium singkat pipi Lova. "Aku masih gila, kok. Karena kamu."

Lova tidak bisa menahan diri untuk tidak meledakkan tawanya. Bukannya membuat pipi Lova merona, justru terdengar seperti lawakan manjur untuk hiburan. Belum lagi dengan cara bicara Arvin yang berubah, menjadi aku-kamu. Itu bukan Lova yang meminta, tetapi inisiatif Arvin sendiri. Katanya, tidak enak jika masih menggunakan cara bicara yang dulu di depan keluarga Lova. Nanti, dikira Arvin tidak berubah, akan menyakiti Lova lagi.

Arvin juga jadi lebih dewasa sekarang. Dia tidak lagi posesif, tidak mudah marah, dan lebih tenang dalam situasi tertentu. Buktinya, Arvin tidak menanyakan apa saja yang dibicarakan Lova dan Julian di panggilan tadi. Arvin juga malah meminta penjelasan Lova daripada meneriaki Marimar yang membuat motornya kotor. Arvin bukan lagi pemaksa atau pengekang, dia selalu menanyakan pendapat Lova untuk hubungan mereka berdua. Contoh paling kecilnya adalah mendiskusikan film apa yang nanti malam akan mereka tonton.

Tidak sedetik pun Arvin lewati untuk tidak menikmati cantiknya Lova saat tertawa. Begitu indah di mata Arvin. Saat Lova benar-benar berhenti, barulah dia menyuarakan pertanyaannya. "Kamu enggak apa-apa kita LDR?"

"Enggak apa-apa. Toh, cuma setahun." Setelah puas tertawa, Lova kembali fokus dengan pekerjaannya. "Lagian, Desember nanti juga aku mau ke Seoul. Mau nagih janji Kak Arvin." Lova mendapati kening Arvin mengernyit. Mungkin harus kembali diingatkan. "Kak Arvin dulu pernah janji buat ajak aku nonton konser. Tapi, kita malah putus. Jadi, Desember ini aja tepati janjinya."

"Anything for you, Lov." Seperti 4 tahun yang lalu. Jawaban itu selalu berhasil membuat Lova tersenyum bahagia. "Pilih gue atau boyband kesukaan lo?"

Lova tampak berpikir. "Dua-duanya."

"Satu, dong."

"Aku mau dua-duanya."

"Satu, Lov. Aku minta kamu buat pilih."

"Gak bisa, Kak. Aku suka kalian semua."

Semakin Lova berusaha menjauh dari Arvin, semakin Arvin gencar mendekatinya. Air keran yang tadinya untuk menyelesaikan ulah Marimar kini malah berganti fungsi untuk peperangan mereka. Baju Lova basah, apalagi dengan Arvin. Mereka tertawa bersama sambil bermain kejar-kejaran.

Ini bukan akhirnya, justru awal dari kisah cinta mereka yang baru. Meninggalkan masa lalu yang menyakitkan dan melangkah maju sambil bergandengan tangan, itu keputusan Lova dan Arvin. Pasti akan lebih sulit dari kisah yang dulu. Lika-likunya pasti akan lebih menantang, gelombangnya akan lebih keras, ujiannya akan lebih sulit. Tapi mereka tidak sendiri. Ada banyak orang yang mendukung mereka, yang akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan mereka. Lova dan Arvin sangat berterima kasih pada keluarga dan sahabat mereka. Terutama, pada sesuatu yang menjadi awal mula kisah mereka, erotomania.

Berkat erotomania, takdir mereka bertemu. Mereka mengerti arti jatuh cinta, berjuang bersama, pengorbanan untuk kebahagiaan, rindu yang menyiksa, patah hati terbesar, dan arti mengikhlaskan. Erotomania, delusi menyeramkan yang akhirnya membawa kebahagiaan, untuk Lova dan untuk Arvin.

*
*
*
Yee, akhirnya ending juga ....
Makasih banyak ya udah nemenin dari awal sampe akhir, udah bantu revisi typo, kasih kritik dan saran. Tunggu cerita selanjutnya yaa!

Bini Ceye,
22 April 2020
Repost : 24 Oktober 2020

Continue lendo

Você também vai gostar

MARSELANA De kiaa

Ficção Adolescente

1.6M 53.7K 24
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.6M 113K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
Tricks To Break Up De srh.s

Ficção Adolescente

220K 21.5K 26
Rania Syafrani. Panggil saja aku Rara. Keinginan ku hanya satu, putus dengan pacarku sekarang. Jika kalian tanya mengapa? Ya kalian simpulkan saja se...
350K 23.2K 36
Kisah para anak konglomerat yang disatukan dalam sebuah sekolah bernama Harton Academy. Warning!! 1. contain a lot of English 2. tidak wajib, tapi ji...