Assalamualaikum, Zaujati

By nonimukti

77.7K 6.8K 1.5K

Kekasih hatinya menikah dengan orang lain tepat di hari ulang tahunnya. Telanjur berharap membuatnya kecewa d... More

๐Ÿธ PROLOG ๐Ÿธ
๐Ÿธ 2. Menguatkan hati ๐Ÿธ
๐Ÿธ 3. Masih ingat ๐Ÿธ
๐Ÿธ 4. Menolak Taaruf ๐Ÿธ
๐Ÿธ 5. Beranjak Pulang ๐Ÿธ
๐Ÿธ 6. Sambutan Hangat ๐Ÿธ
๐Ÿธ 7. Berserah ๐Ÿธ

๐Ÿธ 1. Cinta Sendiri ๐Ÿธ

10K 1K 162
By nonimukti

Assalamualaikum, teman 💜❤

"Saya terima nikahnya Aliya Naura dengan maskawin yang tersebut dibayar tunai."

"Sah ...."

"Sah ...."

Kalimat dan kata yang membuat Yasmin mengakhiri impian manisnya untuk bersanding dengan Mikail. Orang yang dia sukai dalam diam sepanjang masa remajanya hingga kini. Waktu tidak berpihak padanya sampai dirinya berada dalam titik balik hidupnya hari ini.

Sebuah kenyataan yang Yasmin tahu tidak akan mudah diterimanya. Dia akan memerlukan waktu panjang untuk memperbaiki hatinya yang sudah porak poranda seperti tumpukan daun kering dihempas angin. Tarikan napas panjangnya terdengar berkali-kali, jelas untuk sekedar menenangkan diri.

Hatinya trenyuh dengan pemandangan di depan sana. Mikail, cinta dalam diamnya, pria berwajah khas timur tengah terlihat sempurna dengan cambang tipis menyertai senyum yang tidak pernah tertuju padanya itu kini tersungging indah untuk wanita yang baru saja menjadi istrinya. Yasmin menunduk menyadari bahwa dia sudah di luar batas. Sungguh tidak pantas memandangi pria yang sudah menjadi suami orang lain.

Yasmin merana, ingin pergi dari sana tetapi tidak bisa. Posisinya sebagai penerima tamu mengharuskannya untuk berdiri tegar dan memasang senyum manis yang tidak bisa dilunturkan oleh apa pun termasuk kesedihannya. Sebuah pekerjaan yang dilakukannya dengan hati lara.

Dari pagi hingga siang tamu terus berdatangan, sementara Yasmin menegarkan diri, terus menarik napas panjang demi menahan air mata yang siap bergulir kapan saja. Situasi itu mengancam ketenangan diri yang sebenarnya sudah porak-poranda.

Yasmin berbalik dan melangkah pergi. Dia menahan desakan air yang sudah menggenangi matanya, menuntut untuk tertumpah. Sebisa mungkin dirinya berusaha supaya rasanya tetap tersimpan rapat seperti rahasia semua makhluk yang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Dia hanya akan menjalani dan berusaha menghapus perih serta seluruh nestapa hatinya.

Keluar dari ruangan pun tidak membuat Yasmin merasa lebih baik. Dekorasi pernikahan yang didominasi warna ungu benar-benar telah mengejeknya. Warna yang menjadi kesukaannya di hari pernikahan pujaan hatinya. Seolah belum cukup kesakitannya, ini adalah hari ulang tahun Yasmin.

Tidakkah itu sebuah pukulan telak dan bertubi-tubi untuk hatinya yang sudah patah? Berserak terinjak dan mungkin akan tertiup angin dan terbang bersama kenangan masa lalu. Yasmin terpuruk dalam kesedihan tak terbentuk di tengah hati tercekat nestapa

"Yas!" Sebuah suara memanggil Yasmin.

Yasmin menoleh dan mendapati Umi Salma, ibu Mikail sedang berjalan cepat ke arahnya. Yasmin menarik napas lagi untuk menenangkan diri dan menghilangkan sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya.

"Ya, Umi," jawabnya sopan sambil menundukkan wajah ayunya.

"Mau ke mana?" tanya Umi Salma penasaran yang terlihat jelas.

Yasmin terdiam sejenak, berpikir jawaban apa yang akan dia berikan kepada Umi Salma. Bagaimanapun, dia tidak ingin mengecewakan hati wanita baik itu meski hatinya sendiri tengah berselimut duka. Menatap senyum teduh di wajah tua Umi Salma, Yasmin menutup perasaan sedih lalu menampilkan senyum yang dipaksakan.

"Mau dhuhur, Umi. Tadi Yasmin sudah mendengar adzan," kilah Yasmin halus.

Umi Salma tersenyum lagi seraya mengangguk. Perempuan itu mengusap kedua pipi Yasmin dengan penuh sayang. Sementara itu, Yasmin hanya bisa mencoba untuk mempertahankan air matanya supaya tidak tumpah lagi dan menampakkan semua kegundahan hatinya.

"Baiklah. Salatlah dulu! Nanti temui Umi kalau sudah selesai, ya," pinta Umi Salma sabar.

"Insya Allah, Umi. Yasmin ke masjid dulu," pamitnya kemudian.

Yasmin melangkah meninggalkan tempat pernikahan itu secepat mungkin sebelum seseorang tahu dan mengurungkan niatnya untuk pergi. Hari ulang tahunnya yang ke 18 akan menjadi hari yang tidak akan pernah dia lupakan. Hari bersejarah yang telah menorehkan luka mendalam.

Yasmin bersimpuh mengadukan segala kesakitan kepada Rabb-nya. Menundukkan wajah dalam sujud panjang, memohon ampunan atas segala khilaf hingga terjadi perasaan yang di luar kehendaknya.

Air mata Yasmin bercucuran dalam doa. Napasnya tersengal karena emosi yang sedikit di luar kendali. Hanya di atas sajadahlah Yasmin bisa bebas mengadu tentang semua keluh kesahnya.

***

Selesai dengan kewajibannya, Yasmin keluar dari masjid dan berjalan ke arah taman. Dekat dengan kediaman bapaknya di mana dia dibesarkan. Berdiri di tempat itu, dia bisa melihat keseluruhan bangunan pesantren.

Pandangannya dimulai dari pintu gerbang lalu masuk sepanjang 50 meter di mana ada bangunan di sebelah kanan yang merupakan gedung serbaguna tempat pernikahan Mikail diadakan. Sebelah kiri adalah tempat parkir luas beserta toserba yang di kelola pengurus pesantren. Ada juga masjid tepat di tengah lahan beserta sekolah dasar hingga sekolah menengah.

Pandangan Yasmin bergerak mengamati pohon palem yang banyak terdapat di sana, mengisi beberapa titik selain flamboyan di setiap sudut. Rumpun melati turut memperindah taman dengan harum yang menguar di udara kala berbunga.

Ya Allah, aku tidak ingin mempermalukan orang tua, tetapi hatiku memang sudah telah berlabuh di dermaga yang salah. Tidak akan baik untukku terus mempertahankan rasa sepihak ini. Terus berpegang pada tautan yang sebenarnya tidak pernah terhubung.

Ya Rabb, bagaimana aku harus menyikapi ini? Tunjukkanlah jalan mana yang harus kutempuh untuk berproses menyembuhkan hati yang sudah retak ini.

Meski tanpa suara, ucapan Yasmin dalam hatinya tetap terasa sesak. Bahkan lebih sesak dari yang sudah-sudah. Seperti ada beban ratusan kilo yang menimpanya dan dia butuh pertolongan segera sebelum napasnya habis karena oksigen yang terus terkikis.

"Yas." Sebuah panggilan dengan suara dalam dan dikenalinya terdengar.

Yasmin menoleh cepat, mendapati Ibrahim, kakak satu-satunya melangkah pelan dengan senyum lebar tersungging. Yasmin membalas senyum kakaknya ketika pria jangkung itu berhenti melangkah. Kakak kandungnya, masihlah pria yang suka memakai baju koko meski dslam acara hajatan seperti saat ini.

"Mas Ibrahim mau ke mana?" tanya Yasmin manis.

"Menemuimu. Apa kamu baik-baik saja, Dek?" jawab Ibrahim sekaligus bertanya.

"Mengapa aku harus tidak baik-baik saja?" Yasmin tidak mengerti.

"Cinta itu fitrah hati. Wajar dialami oleh semua umat manusia. Halalkanlah agar semua menjadi benar atau lupakanlah agar tidak menjadi beban pikiran," ucap Ibrahim.

Yasmin tertegun menatap wajah Ibrahim. Bagaimana mungkin kakaknya berkata seperti itu jika dia tidak tahu apa yang terjadi? Yasmin menunduk dengan mata berkaca-kaca.

"Pergilah. Bilang pada ayah dan ibu kalau kamu akan sekolah di Malang. Sudah diterima juga, 'kan? Aku akan memulai pembicaraan ini nanti malam. Kamu mau, Yas?"

Yasmin mengangguk menahan desakan air matanya. Menunduk sembari terus mengangguk dalam isak lirih di hadapan Ibrahim. Sementara Ibrahim hanya mengusap kepala Yasmin yang tertutup hijab.

Yasmin memandang keseluruhan bangunan yang ada. Kediaman bapaknya ada di sisi terpisah, lurus dengan pintu gerbang, tetapi perlu berjalan melingkar dan melewati depan masjid untuk menjangkaunya. Di sanalah tempatnya dibesarkan dengan penuh perhatian dan seluruh norma keislaman tentang bagaimana menjadi seorang perempuan.

Terlahir sebagai anak Ustaz Abdurrahman dan Ustazah Humaira, Yasmin dididik ketat tentang batas keras antara laki-laki dan perempuan. Diajarkan bagaimana menjaga diri sebagai perempuan dan bagaimana agama sangat memuliakan perempuan sehingga memberikan cara pandang yang lurus dalam menjalani hari-harinya.

"Jangan memikirkan apa pun, Yas! Mantapkanlah hatimu dan tatalah masa depanmu. Tidak akan baik bagimu untuk terus di sini sementara dia ada di tempat yang sama setiap harinya," nasihat Ibrahim.

Yasmin duduk di bawah rimbunnya pohon angsana. Merasakan semilir angin yang berembus sepoi-sepoi dan mengirimkan lagi kenangan akan sosok Mikail kepadanya. Kenangan itu sebenarnya tidak ingin dia relakan untuk pergi begitu saja lalu sirna bersama waktu yang berlalu. Namun, untuk apa memaksa rasa ketika semuanya sudah tidak lagi sama?

"Iya, Mas. Aku mengerti."

Cinta yang tumbuh di dalam hati Yasmin kepada Mikail nyatanya hanyalah harapan kosong. Seperti bibit bunga yang ditanam dalam tanah tandus, tanpa air, terpapar panas, lalu pelahan mengering dan hilang menyatu dalam tanah gersang. Tak ada harapan sama sekali.

Ya Allah, maafkan atas kekhilafan hamba sebagai manusia yang tak luput dari segala kefanaan, bisik hati Yasmin dengan air mata menggenang di kelopak matanya.

Masih terlintas jelas dalam ingatan Yasmin bagaimana cara Mikail tersenyum di suatu sore ketika ustaz itu sedang menyimak tahfidz dari beberapa santri. Yasmin termasuk satu di antaranya. Tanpa sengaja, matanya menatap Mikail yang sore itu mendadak terseyum lalu memuji semua santri yang sudah menghafal dengan baik.

Hati Yasmin kian nyeri mengingat semuanya. Tidak ada satu pun cara yang menunjukkan niatnya untuk dipersunting oleh Mikail. Bunga cintanya layu sebelum membentuk tunas dan berbunga indah.

Rabb-ku, jika masih diperkenankan berharap, aku ingin waktu kembali diputar ke belakang supaya mata ini tidak pernah melihat Ustaz Mikail dan hanya mengenal dia sewajarnya, ucap Yasmin lagi di dalam hatinya.

Yasmin memantapkan hati untuk pergi memperbaiki diri sebelum semuanya menjadi semakin terlambat dan perlahan menenggelamkan dirinya dalam sakitnya sebuah pengharapan.

Semoga suka iaa. Minta vote sama komennya boleh dong, kea biasanya.
Love, Rain❤

Continue Reading

You'll Also Like

286K 23.7K 79
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
50.1K 1.4K 26
Semua akan indah pada waktunya percayalah. Mungkin saat ini dirimu sedang di beri Allah ujian dengan berkali kali kekecewaan sebagai peringatan bahwa...
1.9K 492 15
Setinggi tembok peraturan di penjara suci Syifaul Qolbi, setinggi itu pula rasa cinta yang Aira Falikha tanamkan untuk Ustadz Fadly. Lelaki penuh wib...
101K 1.7K 46
Sisilah keluarga yang rumit Baca aja yu sedikit bocoranโฌ‡๏ธ ________________ "Rambut nya udah kering? " Bisik Hana di telinga Gilang, dengan...