🍸 1. Cinta Sendiri 🍸

10K 1K 162
                                    

Assalamualaikum, teman 💜❤

"Saya terima nikahnya Aliya Naura dengan maskawin yang tersebut dibayar tunai."

"Sah ...."

"Sah ...."

Kalimat dan kata yang membuat Yasmin mengakhiri impian manisnya untuk bersanding dengan Mikail. Orang yang dia sukai dalam diam sepanjang masa remajanya hingga kini. Waktu tidak berpihak padanya sampai dirinya berada dalam titik balik hidupnya hari ini.

Sebuah kenyataan yang Yasmin tahu tidak akan mudah diterimanya. Dia akan memerlukan waktu panjang untuk memperbaiki hatinya yang sudah porak poranda seperti tumpukan daun kering dihempas angin. Tarikan napas panjangnya terdengar berkali-kali, jelas untuk sekedar menenangkan diri.

Hatinya trenyuh dengan pemandangan di depan sana. Mikail, cinta dalam diamnya, pria berwajah khas timur tengah terlihat sempurna dengan cambang tipis menyertai senyum yang tidak pernah tertuju padanya itu kini tersungging indah untuk wanita yang baru saja menjadi istrinya. Yasmin menunduk menyadari bahwa dia sudah di luar batas. Sungguh tidak pantas memandangi pria yang sudah menjadi suami orang lain.

Yasmin merana, ingin pergi dari sana tetapi tidak bisa. Posisinya sebagai penerima tamu mengharuskannya untuk berdiri tegar dan memasang senyum manis yang tidak bisa dilunturkan oleh apa pun termasuk kesedihannya. Sebuah pekerjaan yang dilakukannya dengan hati lara.

Dari pagi hingga siang tamu terus berdatangan, sementara Yasmin menegarkan diri, terus menarik napas panjang demi menahan air mata yang siap bergulir kapan saja. Situasi itu mengancam ketenangan diri yang sebenarnya sudah porak-poranda.

Yasmin berbalik dan melangkah pergi. Dia menahan desakan air yang sudah menggenangi matanya, menuntut untuk tertumpah. Sebisa mungkin dirinya berusaha supaya rasanya tetap tersimpan rapat seperti rahasia semua makhluk yang sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Dia hanya akan menjalani dan berusaha menghapus perih serta seluruh nestapa hatinya.

Keluar dari ruangan pun tidak membuat Yasmin merasa lebih baik. Dekorasi pernikahan yang didominasi warna ungu benar-benar telah mengejeknya. Warna yang menjadi kesukaannya di hari pernikahan pujaan hatinya. Seolah belum cukup kesakitannya, ini adalah hari ulang tahun Yasmin.

Tidakkah itu sebuah pukulan telak dan bertubi-tubi untuk hatinya yang sudah patah? Berserak terinjak dan mungkin akan tertiup angin dan terbang bersama kenangan masa lalu. Yasmin terpuruk dalam kesedihan tak terbentuk di tengah hati tercekat nestapa

"Yas!" Sebuah suara memanggil Yasmin.

Yasmin menoleh dan mendapati Umi Salma, ibu Mikail sedang berjalan cepat ke arahnya. Yasmin menarik napas lagi untuk menenangkan diri dan menghilangkan sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya.

"Ya, Umi," jawabnya sopan sambil menundukkan wajah ayunya.

"Mau ke mana?" tanya Umi Salma penasaran yang terlihat jelas.

Yasmin terdiam sejenak, berpikir jawaban apa yang akan dia berikan kepada Umi Salma. Bagaimanapun, dia tidak ingin mengecewakan hati wanita baik itu meski hatinya sendiri tengah berselimut duka. Menatap senyum teduh di wajah tua Umi Salma, Yasmin menutup perasaan sedih lalu menampilkan senyum yang dipaksakan.

"Mau dhuhur, Umi. Tadi Yasmin sudah mendengar adzan," kilah Yasmin halus.

Umi Salma tersenyum lagi seraya mengangguk. Perempuan itu mengusap kedua pipi Yasmin dengan penuh sayang. Sementara itu, Yasmin hanya bisa mencoba untuk mempertahankan air matanya supaya tidak tumpah lagi dan menampakkan semua kegundahan hatinya.

"Baiklah. Salatlah dulu! Nanti temui Umi kalau sudah selesai, ya," pinta Umi Salma sabar.

"Insya Allah, Umi. Yasmin ke masjid dulu," pamitnya kemudian.

Assalamualaikum, Zaujati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang