Ketos Ansos [REUPLOAD] βœ…

Par MairaMizuka

8.2K 1.4K 858

#𝐁𝐉𝐇𝐒 π’π„π‘πˆπ„π’ 𝟏 Menyendiri dan menjauhi orang-orang. Hanya itu yang membuat Lyo bahagia. Dia tidak... Plus

ATTENTION: REVISI
Ansos, OSIS, Lyo
01. Ketum Galak!
02. Arka vs Lyo
03. Konsekuensi
04. Terpilih dan Good bye, galak!
05. Tertolak
06. Alasan
07. Untuk Pertama Kali
08. Tragedi
09. Ada apa?
10. Nata dan Dilema Lyo
11. Kebenaran
12. Belum Sepenuhnya (RE-UP KARAMEL)
13. Arka kembali
14. Our Day
15. Kejar-kejaran
16. Suka
17. Harus Sanggup
18. Awal Mula Jatuh Hati
19. Penolakan
20. Kejutan
21. Kalung dan Ponsel
22. 5 cm bagai 5 km
😺Spesial 1k [CAST]😺
24. Namanya Siapa?
Bahagia, A, Lyo
THANK YOU!!

23. Left Behind

120 41 17
Par MairaMizuka

Halo aku Nathan :) Ingat aku?
-N

Tangan gue meraih kertas yang entah bagaimana caranya mendadak ada di kolong meja gue. Kertasnya yang mulai menguning menandakan kertas itu cukup lama berada di sana. Tapi, kenapa selama nyaris 6 bulan di kelas 11 tangan gue tak pernah menggapai kertas itu.

Mungkin pelakunya adalah kakak kelas yang suka menaruh pesan singkat untuk generasi selanjutnya dan sengaja ditaruh di tempat yang cukup dalam.

"Arleen!" panggil gue. Arleen tengah berbicara dengan Tama langsung menghampiri gue. Memiringkan kepalanya kebingungan.

"Apaan?" Gue memberikan kertas itu kepadanya. Kertas yang sempat gue remas karena gue berpikiran untuk langsung membuangnya, tapi gue rasa Arleen perlu baca.

"Lihat. Lo kenal nggak, sih, Nathan itu siapa?" Arleen menyatukan keningnya tanpa berkomentar. Dia membukanya lalu terkesiap karena meilhat pulpen itu luntur.

"Anjir ... ini pulpennnya baru. Ngeri gue, taro-taro!"

"Emang kenapa?"

"Gue jadi keinget aja sama setan Nathan. Kurang terkenal cuma si Tama pernah cerita dan itu ngeri banget. HIIIYYY!" jeritnya dengan berperangai seakan ketakutan hiperbola. 

Arleen menceritakan legenda itu. Katanya, dahulu pada era '90-an ada anak kelas sebelah namanya Nathan nggak sengaja menjatuhkan sebuah barang keramat milik wali kelasnya.

Ya, wali kelas sebelah emang sedikit nyentrik.

Lanjut-lanjut, kata Arleen guru itu menyumpahkan kepada Nathan untuk mendapatkan sial dan nggak berapa lama setelahnya si Nathan jadi korban kejahilan temannya yang nggak sengaja lempar sesuatu yang mengenai kaca saat dia lagi mau kabur dari kejaran wali kelasnya lewat jendela.

Sebenarnya cerita itu sedikit tidak asing. Namun, kabarnya masih rumor jadi gue tidak begitu percaya.

Gue justru lebih percaya kalau emang setan yang taruh surat ini, setannya adalah Nata. 

Selain dia orang yang suka teka-teki, nama Nathan dan Nata juga sedikit mirip.

Emang beneran setan nggak tahu diri dia. Deketin eh tahunya mau menikung.

Gue mengambil surat itu kembali kemudian mengamatinya kembali. Sebaiknya jangan overthinking dengan surat itu dulu lah! Biarkan orang dengan nama Nathan atau setan Nathan itu mengirim surat ini. 

Melipat kembali dan meletakkan ditempat yang sama adalah pilihan terakhir gue.

"Lo bakal taro gitu aja? Ngg-"

"Lo tipe gampang diculik banget, ya? Gitu aja percaya. Bu Endah nggak se-aneh itu sampe punya benda keramat. Cepet abisin susu moka lo bentar lagi pelajaran Pak Johan."

"Eh iya juga, HAHAHA! Kasian duit Tama gue pake, susunya malah nggak diabisin. Eh, BTW nanti ada rapat pembahasan awal pensi, kan?"

"Iya ad-TUH, UDAH BEL. PAK JOHAN NGGAK KASIH MAKAN ATAU MINUM SELAIN AIR DI KELAS."

***

Dengan langkah terburu-buru, gue keluar dari toilet. Rambut gue masih setengah jadi, gue bingung rambutnya diapakan agar tidak membuat gue risih selama rapat. Sudah 10 menit gue habiskan di toilet hanya untuk menyisir rambut yang kusut. "Duh! 

OSIS terkece didikan Ketos Ansos [55]

janetherlows
Lyooo mana lo. @adhelyo

adhit.gristantya
@adhelyo

charleen_ty
@adhelyo

dhtama.wibi
@adhelyo

devanoarkan
Rapat ngab

natalianya_
Ngab-ngab, SKSD lo.

devanoarkan
Lho, SKSD kan penting dalam kekeluargaan organisasi.

charleen_ty
Udah-udah, abis dari toilet ini gue cari dia.

Eh gais. Tunggu, ya. 

Lo gausah repot, Leen, soalnya gue di toilet atas.

Sebuah tangan yang secara tiba-tiba merangkul bahu gue langsung membuat gue meloncat kaget hingga ponselnya terjatuh. "Kocak lo. Untung gue tangkep." Suara Arka berhasil membuat gue mengelus dada sebal. Gue melepaskan diri dari rangkulannya dan menatap sinis.

"Kalo ada yang liat gimana?"

"Sumpah, rambut lo tuh cantik diapa ajain."

"KALO ADA YANG LIAT GIMANA?!" Gue memelotot; maju kepadanya beberapa langkah dengan kaki tersentak.

"WEH, SANTAI-SANTAI." Dia memberikan isyarat untuk mundur lalu Arka menarik karet kunciran dari pergelangan tangan gue. Hampir saja memecahkan amarah, Arka malah bertindak manis mengikatkan rambut gue dengan gayanya sendiri.

"Biasa gue iketin Arleen kayak gini kalo dia belajar nggak fokus. Cara dari Bunda."  Gue menyentuh hasil kerja Arka itu dan langsung tersenyum. Memunculkan semburat merah di pipi gue salah tingkah.

"Dah sana rapat. Nggak lucu dipergok guru atau anak OSIS lain. Good luck, love."

Apa yang dia katakan? Good luck, love?

Ngacakin hati orang banget, ya? Gue melambaikan tangan ke arah Arka. Dia membalasnya disertai senyuman. Setlah cukup jauh, gue menghela napas lega dan bejalan dengan santai menuju ruangan OSIS yang berjarak tidak jauh lagi.

Namun, kali ini Nata muncul di hadapan gue.

Kalo orang ini sama sekali sudah tidak ditunggu kehadirannya! 

"Mau apa? Gue mau rapat, Nat."

"Iya tau, gue minta waktunya sebentar boleh?"

"Nggak ada gue udah telat. Nanti, ya? Kalo nggak, nggak usah deh. Emang apa, sih? Lo masih mau berusaha dengan gue? Udah gue tolak. Mau sampai berapakali banyaknya? Nyerahlah, Nat."

Dia menatap lantai sendu. "Lo pinter ngebaca situasi, ya, sekarang?" Bukannya pintar, tapi sekarang semua taktik dia tertebak. Tidak seperti dahulu, dia ada tiap saat dan tidak untuk modus semata.

"Kata Tama lo nemu surat di laci meja lo. Dari Nathan? Lo tau dia?" Gue mengernyitkan dahi kebingungan. Bukankah gue sama sekali tidak membicarakannya dengan Tama? Apa mungkin Arleen yang memberitahu.

Tapi, gue rasa Arleen tidak se-kurang kerjaan itu meskipunnya gosip menjadi salah satu hobinya. "Itu lo, kan? Ngapain, sih? Childish banget pake gitu-gituan?"

"Eh? Lo ternyata-"

"Udahlah, ya? Stop jadi kekanak-kanakan gitu, gue muak lo ngode-ngode terus. Sampai kapanpun gue akan tolak, Nat. Dari awal i just want we're just a bestfriend. Kenapa lo jadi salah kira dari kedekatan kita kalo gue mau lebih?"

"Maksud gue bukan itu. Gue cuma-"

"WOI, LYO! ELAH, LO NGAPAIN NGOBROL SEGALA DULU. SINI DITUNGGU YANG LAIN!" teriak Adhit dari jarak sepuluh meter. Gue mengintip ke belakang punggung Nata, Adhit di sana menyilangkan tangannya sebal dan Janet di belakang dengan alis beradu benci.

"Lihat, kan? Semua karena lo semuanya jadi marah sama gue?!"

"Yo-"

"Keep your voice low. Dah! Dhit, ini temen gue emang kurang kerjaan banget." Gue menatap sinis Nata yang tengah diam berdiri dengan raut tak karu-karuan. Mungkin sedih.

Tapi, gue emang harus tegas dengan dia. Membuat Nata mundur secara paksa adalah jalan terbaik. "Lo ngapain, sih, sama Nata?" sindir Janet. Gue tahu dia menaksir Nata, gue memilih untuk menggodanya.

"Iri?"

"Dih, apaan, sih? Gue tuh tahu Nata suka gue cuma gue jaga diri aja biar jaga nama organisasi." Kata siapa Nata suka dia? Haduh, Net, ge-er lo rendahin dikit, deh.  Janet nggak pernah tahu, ya, segencar apa Nata untuk merubah kata tidak dari gue menjadi iya.

"Lo berdua malah berantem. Buruan, udah pada nunggu, Lyo!"

***

Setelah dua jam terjebak dalam ruangan OSIS, akhirnya rapat selesai. Cukup lama karena ada insiden Tama memakai earphone kembali saat materi rapat sedang dipresentasikan Janet. Anya, selaku calon penanggung jawab acara yang tentu tidak terima seseorang tak memerhatikan program kerjanya langsung melaporkan itu kepada gue.

Jadilah, gue terjebak cukup lama dalam ruangan itu.

Gue menyalakan kembali notifikasi yang sempat disenyapkan.

manketum 💞

Lo kapan kelar, dah? Buset ini bensin gue bisa abis cuma buat nyalain mesin biar adem.
Apa lo mau pulang bareng Nata aja? Jangan deh dia freak ga gue kasih.
Yaudah, ini Selva sama Adam minta anterin ke kafe buat kerja kelompok. Gue ikut nunggu di sana, ya?
Buset masih dianggurin juga. Rapatnya selama apa, sih? Kayaknya dulu nggak gini-gini amat.

SALAHIN TAMA DIA PAKE EARPHONE LAGI.

Oh. Yaudah, ya? Gue balik ke sekolah lagi. Gerbangnya belum dikunci, kan?

Belom.

Crak! Bunyi sebuah kunci yang beradu dengan ponsel gue begitu mengejutkan. Ponsel gue ditarik setelahnya, gue tidak melihat siapa-siapa selain Janet di sekitar lobi. "Net? EH!" Gue melihat seseorang yang menggunakan baju serba hitam dengan masker serba hitam berlari mendahului sebelum gue hendak menuduh Janet.

Dapat gue tebak, itu Alanta.

"ALANTA! BALIKIN!"

"Sialan dia mau apa malu-maluin gue terus?" Setelah gue bergumam seperti itu, dia berhenti. Berbalik arah mengakibatkan mata gue bertubrukan dengan mata sadisnya.

"Balikin. Lo tuh bukan orang Bhinja lagi. Nggak seharusnya lo ada ak-HEI!" Bukannya mengembalikan ponsel gue dia malah menarik tangan gue.

Deru napasnya yang terdengar sangat berat itu sudah dapat menandakan bahwa Alanta marah besar. "Kak Alanta, stop malu-maluin aku! Bahkan aku udah nggak suka kakak lagi!" Gue sengaja merubah subjek menjadi halus agar dilepaskan olehnya.

Namun, salah. Dia menarik tangan gue semakin keras. Perih rasanya ketika kuku milik Alanta mengenai kulit di lengan gue.

Dia membuka sebuah pintu besi di pojok lapangan SMA. Lalu menguncinya.

"ANJING! APA-APAAN?!" murka gue berapi-api. Gue berusaha keras untuk membuka pintu itu. Ditarik, ditendang, dan digoyangkan rupanya tak cukup untuk membuka pintu itu. Tenaga gue terlalu lemah untuk itu.

Apa gue harus telepon Arka? Gue mencari kontak Arka dan langsung menekannya. "Ka, tolongin gue."

"Woi, gue di lobi. Lo dim ... konek ... eh ... Lyo?"

"TOLONGIN GUE!" raung gue yang sudah tak mampu berpikir jernih lagi.

"Ha ... lo? Pu .. tus-putus. Lo dim ... SINY-" Melihat sinyal yang rupanya sangat buruk, gue langsung mematikan panggilan itu. Hanya bisa menangis karena tidak tahu apalagi yang harus gue lakukan.

"Alanta, lo ngapain, sih? Emang gue masih ada urusan sama lo?" gumam gue di dekat pintu. Sengaja agar laki-laki itu mendengar gue dan melepaskan tawan tanpa tujuannya.

"Dari dulu lo emang cewek nggak tau diri, ya? Cewek bego yang justru mentingin cowok yang nggak pernah mentingin atau mikirin soal lo. Abaiin cowok yang selama ini jelas ada di sebelah lo, mentingin lo di tiap situasinya."

Gue mendongak dan mendekatkan kepala ke pintu agar bisa mendengar suaranya lebih jelas. "Apa? Lo gila karena bicara ngelantur hal yang nggak gue pahamin."

"Gu-"

"LEPASIN GOBLOK! LO NGAPAIN? UDAH GUE BILANG JANGAN!"

"MANA KUNCI? LO NGAPAIN, HAH? EMANG SALAH DARI AWAL. SINIIN KUNCINYA!" Sebuah amarah menggebu-gebu yang tak asing membuat gue langsung bangkit penuh harapan. 

Entah Nata atau Arka, suara mereka terdengar cukup sama ketika marah. Pintu terbuka setelahnya, menampilkan sosok Nata yang berdiri dengan peluh bercucuran. Dia langsung memeluk gue.

"Dia emang brengsek. Pola pikirnya nggak pernah sehat."

"Salah gue, Yo. Maaf, ya?" Kenapa jadi Nata yang meminta maaf kepada gue? Gue melihat sekeliling dan Alanta sudah tidak ada di sini.

Nata kenal Alanta?

"Lo ngapain di sini?" tanya gue melepaskan pelukannya paksa.

"Nolong lo."

"Arka mana?" Gue celingukan melihat kanan kiri mencari Arka. Ialah yang gue butuhkan saat ini.

"LYO! LYO!?" 

"GUE DI SINI!" teriak gue balik ketika melihat Arka. Laki-laki itu lekas menghampiri gue. "Lo nggak apa-apa? Tadi sin-"

"Udah nggak apa-apa. Makasih udah sabar nunggu gue."

"Nata lo ngapain?" intimidasi Arka.

"Ah, tadi gue yang lepasin dia."

"Makasih, ya? Gue nggak tau Lyo bakal kenapa-kenapa kalo lo nggak nolongin."

"Santai."

***

Senyumnya mengembang. Batinnya menerka-nerka terluka.

Emang gue kayaknya nggak akan pernah menjadi orang yang dia cari sekeras apapun usaha gue.

Up tiap Jumat
Jangan lupa voment dan share
Lup yu ❤️

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

Aşiret Dızlamak Par 19ir_em07

Roman pour Adolescents

142K 11K 12
Her şey bana gelen mektupla başlamıştı. Ufacık bir not kağıdında yazan şeyler büyük olaylara ve hayatımın değişmesine yol açmıştı. Ben kendimden emin...
My baby girl Par Irin jahan Anye

Roman pour Adolescents

408K 11.5K 53
what happened when the biggest mafia in the world hid his real identity and married an innocent, sweet girl?
4M 86.8K 62
β€’[COMPLETED]β€’ Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...
373K 9.6K 32
Princess Marie, a renowned troublemaker of Paris has entered the Ton. Marriage, children and any prospect of love have always been a π˜₯𝘦𝘡𝘦𝘴𝘡𝘦𝘧...