My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA...

Autorstwa Niyahcomel

5M 269K 17.7K

#HARAP FOLLOW MY AKUN LEBIH DULU YA# 🚫GAK NERIMA PLAGIAT DARI SEGI MANAPUN!! 🚫YANG CUMA MAMPIR CUMA BUAT P... Więcej

🌻PROLOG🌻
🌻MBBIS🌻01
🌻MBBIS🌻02
🌻MBBIS🌻03
🌻MBBIS🌻04
🌻MBBIS🌻05
🌻MBBIS🌻06
🌻MBBIS🌻07
🌻MBBIS🌻08
🌻MBBIS🌻09
🌻MBBIS🌻10
🌻MBBIS🌻11
🌻MBBIS🌻12
🌻MBBIS🌻13
🌻MBBIS🌻14
🌻MBBIS🌻15
🌻MBBIS🌻17
🌻MBBIS🌻18
🌻MBBIS🌻19
🌻All Cast MBBIS🌻
🌻MBBIS🌻20
🌻MBBIS🌻21
🌻MBBIS🌻22
🌻MBBIS🌻23
🌻MBBIS🌻24
🌻MBBIS🌻25
🌻MBBIS🌻26
🌻MBBIS🌻27
🌻MBBIS🌻28
🌻MBBIS🌻29
🌻MBBIS🌻30
🌻MBBIS🌻31
🌻MBBIS🌻32
🌻MBBIS🌻33
🌻MBBIS🌻34
🌻MBBIS🌻35
🌻MBBIS🌻36
🌻MBBIS🌻37
🌻MBBIS🌻38
🌻MBBIS🌻39
🌻MBBIS🌻40
🌻MBBIS🌻41
🌻MBBIS🌻42
🌻MBBIS🌻43
🌻MBBIS🌻44
🌻MBBIS🌻45
🌻MBBIS🌻46
🌻MBBIS🌻47
🌻MBBIS🌻48
🌻MBBIS🌻49
🌻MBBIS🌻50
🌻MBBIS🌻51
🌻MBBIS🌻52
🌻MBBIS🌻53
🌻MBBIS🌻54
🌻MBBIS🌻55
🌻MBBIS🌻56
🌻MBBIS🌻57
🌻MBBIS🌻58
🌻MBBIS🌻59
🌻MBBIS🌻60
🌻MBBIS🌻61
🌻MBBIS🌻62
🌻MBBIS🌻63
🌻MBBIS🌻64
🌻MBBIS🌻65
🌻MBBIS🌻66
🌻MBBIS🌻67
🌻MBBIS🌻68
🌻MBBIS🌻69
🌻EPILOG🌻
🌻X-tra Part🌻
•SQUEL(KELVAN)•
UDAH DI PUB
!!TEST ROMBAK!!
VOTE COVER!!

🌻MBBIS🌻16

59.5K 3.6K 26
Autorstwa Niyahcomel

Happy reading🌹



Hari sudah malam dan toko pun masih ramai di kunjungi. Sejak dua jam tadi, Alex dan Miko sudah pergi. Meninggalkan Alle yang kembali bertugas menjadi pegawai dadakan.

Kini jam sudah menunjukan pukul setengah 9 malam, dan itu membuat Alisha sedikit khawatir jika anaknya itu pulang sendirian. Pasalnya, Alle berniat ingin pulang sendiri dengan membawa mobil miliknya.

"Bunda boleh ya, Alle capek bun kalau harus nunggu taksi." rayu Alle mengeluarkan jurus andalannya supaya sang ibu luluh dan membiarkannya membawa mobil sendiri.

Pasalnya selama ini Alle sangat jarang membawa mobil sendiri. Namun, malam ini ia ingin pulang cepat dengan membawa pulang mobil sang ibu.

"Ini udah malem sayang? Naik taksi aja ya, bunda takut kamu kenapa-napa." tolak Alisha yang duduk dikursi seraya menata-nata kue mini didepannya.

"Bunda.. Kali ini aja. Alle janji gak bakal kenapa-napa, lagian Alle bakal pilih jalan yang rame gak sepi." bujuk Alle memeluk sang ibu dari samping.

Alisha menghela nafas gusar. Ia juga tidak mungkin menyuruh anaknya menunggu dirinya disini, pasalnya ia akan pulang sangat larut malam ini.

"Yaudah, tapi janji kalau udah sampe langsung hubungi bunda." kata Alisha mewanti-wanti sang anak seraya menyerahkan kunci mobil miliknya.

Alle tersenyum senang kemudian mengecup singkat pipi Alisha. "Makasih, bunda!" kata Alle senang.

•••

Suasana dimalam hari memanglah sedikit horor. Apalagi saat melalui jalan gelap dengan pencahayaan yang minim, membuat Alle menyesal karna tidak mendengarkan nasehat Alisha untuk tidak mengambil jalan tembusan menuju rumahnya.

Tetapi Alle juga lelah jika harus memutar jalan yang sangat jauh dari rumahnya, jadilah gadis itu memilih mengabaikan peringatan sang ibu dan memilih jalan yang lebih cepat sampai.

Alle menyetel musik guna menemaninya saat ia fokus menyetir. Sesekali gadis itu menggerutu seraya menatap horor jalan gelap didepannya.

Siapapun yang membuat jalan ini, seharusnya ada lampu-lampu yang menghiasi agar tidak terlalu gelap!

Drak!

Brakk!

Alle lantas menginjak pedal rem mendadak. Matanya tertutup rapat dengan jantung yang berdentum-dentum keras layaknya lampu disko.

Ini bukan seperti diflim-flimkan? Ada penjahat, kemudian ia ditolong dan akhirnya mereka dekat?

Hayalan yang sempurna!

Brak!!

Lagi, suara itu terdengar. Kini lebih jelas dari pada sebelumnya. Mata Alle langsung terbuka lebar dan mengeratkan tangannya pada setir mobil. Sampai lamunan anehnya itu seketika membuyar saat mendengarnya.

Dengan pencahayaan yang minim. Mata Alle memincing kala melihat beberapa gerombolan orang tengah memukuli seseorang. Bahkan orang itu sudah nyaris tak berdaya.

Hingga suara teriakan, erangan kesakitan itu membuat Alle semakin takut.

"Ayolah, All. Dia lagi dalam bahaya, gimana kalau lo diposisi itu." gumam Alle gelisah. Dengan sisa kekuatan yang sama sekali tidak bisa ia yakini, gadis itu pun langsung menutup matanya.

Dengan menutup matanya kembali. Gadis itu langsung menginjak pedal gas laju kemudian..

TIN!

TIN!

TIN!

Alle menekan klakson itu nyaring-nyaring sehingga beberapa orang yang ia lihat langsung menoleh ke arahnya.

Orang-orang itu langsung menatap ke arah Alle dengan sangarnya.

"Mampus!"

Saat orang-orang itu hendak mendekati mobilnya. Alle segera mengambil ponsel dan menyetel sesuatu.

Suara sireni mobil polisi pun berbunyi, dan sontak saja beberapa orang itu langsung berlari menuju motor mereka dan berlalu pergi.

Alle menghela nafas kasar. Beruntung ia mendegarkan nasehat Bang Erick. Abangnya itu selalu menyarakannya bahwa ia harus membunyikan itu jika terjadi adanya tawuran atau semacamnya.

Dan, Alle sama sekali tidak menyangka bahwa orang-orang itu percaya bahwa ia adalah polisi.

Terlalu lama didalam lamunannya, ia sampai lupa akan orang yang masih tergeletak diaspal dengan keadaan terkapar.

Alle pun langsung turun dan menghampiri cowok yang merintih kesakitan.

"Eh, lo gak papa?" ujar Alle menarik lengan cowok itu refleks, niatnya ia hanya ingin membantu.

"Aww!! Jangan disentuh, sialan!" bentak cowok itu memegangi lengannya yang terbalut jaket hitam seraya mengeluarkan darah.

Alle mematung. Bukan, bukan karna suara bentakan itu. Melainkan siapa cowok yang baru saja mati-matian ia tolong.

"Akh! Anjing!" umpat cowok itu berusaha payah untuk berdiri.

Alle masih punya hati untuk tidak membiarkan cowok itu mati disini. Saat Alle merangkul cowok itu, cowok itu malah melotot.

"Gak usah banyak bacot! Lo mau mati disini hah?" sembur Alle menuntun cowok itu supaya berdiri.

"Lepas! Gue bisa sendiri!" ketus laki-laki itu mempertahankan egonya. Padahal saat ini badannya dipenuhi oleh luka, apalagi wajah. Walaupun hanya lebam dan sedikit berdarah, tetap saja Alle meringis melihatnya. Bahkan Alle dulu sangat fobia saat melihat darah, namun sekarang sudah berkurang.

"Motor lo aja udah hancur! Masih aja gengsi, minta tolong sekalipun gak bikin lo mati kan?" ujar Alle benar-benar tersulut emosi.

Arland terdiam. Kepalanya terasa nyeri dan pening, ditambah ocehan gadis galak disampingnya ini membuat dirinya semakin buruk.

"Eh-eh!" kata Alle langsung menahan bobot tubuh Arland saat laki-laki itu mulai linglung. Keduanya hampir saja ambruk, bayangkan saja tubuhnya yang tak seberapa membopong tubuh besar Arland.

Tanpa aba-aba, Alle pun langsung menuntun laki-laki itu untuk masuk ke dalam mobilnya, dengan bersusah payah Alle menahan tubuh besar itu sehingga masuk ke kursi disampingnya.

Alle pun juga turut masuk ke dalam mobil saat ia hendak menjalankan mobilnya, ponsel miliknya pun berbunyi.

"Halo, Al? Lo dimana? Udah sampai rumah?" cecar Rangga dari sebrang sana.

Alle menggigit bibir bawahnya ragu. "Huumm.. Udah kok, udah. Ini baru aja nyampe rumah." ujar Alle terpaksa berbohong. Jika tidak, bisa dipastikan mulai besok sampai nanti ia tidak akan bisa membawa mobil lagi.

"Syukur deh, gue panik waktu bunda bilang lo bawa mobil sendiri, lagian kenapa gak minta gue jemput aja sih." gerutu Rangga disertai ocehannya.

"Emang--

"Shh.. Akh!"

Alle sontak melotot kala Arland mendesis seraya menjerit kecil.

"All? Itu suara apaan? Lo lagi sama siapa?" kata Rangga dengan suara memincing.

Mampus lo, All!

"Ah, itu-itu suara satpam komplek! Tuh satpam jatuh dari sepeda, ada-ada aja." ujar Alle dengan tawa yang dibuat-buat. Gadis itu ingin sekali rasanya menyudahi obrolan ini, ia bisa merasakan bagaimana cowok itu tengah menahan rasa sakitnya.

"Bene--"

"Rangga udah dulu ya, gue mau masuk ngantuk. Bye!"

Alle menghembuskan nafas kasar. Kemudian menoleh ke arah Arland yang sama sekali tidak bereaksi.

"Dasar nyusahin!"

•••

Ini baru pertama kalinya ia membawa laki-laki ke dalam rumah, kecuali Rangga. Namun, bilang Rangga datang pasti ada Alisha dirumah. Sedangkan ini rumah kosong, hanya ada dirinya.

Dengan bersusah payah dan melihat sekeliling takutnya ada orang, Alle pun menuntun Arland untuk memasuki rumahnya.

Alle baru sadar saat diperjalanan tadi laki-laki itu sempat pingsan, dan beruntung kali ini sudah sadar. Kalau tidak, bagaimana kah ia membopong tubuh besar Arland sendirian.

"Lo ngapain bawa gue ke sini?!" kata Arland seraya membuka matanya.

Alle mengeram seraya mengepalkan tangannya. Ingin sekali rasanya menendang cowok yang kini tengah berbaring disofa panjang miliknya.

"Untung gue bawa kesini, dari pada gue biarin lo mati dijalanan!" ketus Alle seraya berlalu. Baru saja ingin menyahuti kata-kata gadis itu, Alle sudah terlebih dahulu bersuara.

"Gak usah banyak bacot! Gue mau ambil kotak obat sama kompresan dulu!" ujar Alle langsung berlalu pergi.

Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia mau membantu laki-laki menyebalkan itu? Argh!

"Geser!" kata Alle sambil ngegas saat ia sudah kembali dari kamarnya.

Arland pun berusaha payah untuk duduk. "Kalau gak niat gak usah, gue mau pulang." kata Arland melemah.

Alle seketika langsung merasa bersalah. Refleks gadis itu memegang lengan Arland, mencegah laki-laki itu untuk pergi.

"Sorry, gue kelepasan." kata Alle pelan.

Arland diam, laki-laki itu membiarkan gadis disampingnya membuka jaket hitam miliknya.

"Astaga! Lo diapain sampai lukanya kek gini?" Alle lantas menjerit pelan saat melihat luka sayat yang kini tengah menganga lebar.

"Shh.." Arland hanya mendesis pelan saat luka sayat itu terkena obat antiseptik.

Alle pun dengan telaten membungkus luka sayat itu dengan perban. Sungguh, ia ngeri melihat luka yang menganga itu.

"Gak usah." tolak Arland saat Alle meraih wajahnya.

"Diem deh." kata Alle tidak mau berdebat. Ia hanya ingin mengobati luka diwajah laki-laki ini, anggaplah ini balas budi, karna Arland juga pernah menolongnya waktu itu. Alle terpaksa sedikit memajukan badannya, guna meneliti luka serta lebam diwajah cowok itu.

Jangan kalian harap ada adegan tatap-tatapan seperti diflim-flim, karna Alle mengobatinya bukan pakai hati, tapi pakai rasa kesal.

Alle sedikit menekan kapas itu ke sudut yang terluka, Arland hanya bisa diam sesekali mendesis saat merasakana nyeri.

"Makanya jangan gebukin orang kalau gak mau digebukin." celetuk Alle tiba-tiba. Ia jadi teringat akan video di hape Galang, maka dari itu ia refleks mengatakannya.

Arland sontak membuka matanya. Iris mata hijau kelam itu lantas beradu dengan manik matanya. "Maksud lo?" kata Arland tidak mengerti.

Alle mengangkat kepalanya guna menatap Arland. "Mikir aja sendiri," kata Alle seraya memasukan kapas-kapas itu kembali ke dalam kotaknya.

Arland memilih acuh, baginya itu tidak penting sama sekali.

Malam sudah larut dan sang ibu juga belum pulang, membuat Alle nampak gelisah ditempat.

"Gue pulang." kata Arland seraya berdiri.

"Eh tunggu," cegah Alle juga ikut berdiri. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel milik Galang. "Balikin ke orangnya." Alle yakin, Arland pasti tahu siapa pemilik ponsel itu.

Arland mengangkat kedua alisnya. "Lo liat?" tanya Arland datar seraya mengambil ponsel itu.

"Wajarlah digebukin, lo duluan yang gebukin orang." cibir Alle memutar bola matanya malas.

"Ya, emang gue yang gebukin." jawab Arland acuh. Kemudian dengan tertatih ia berjalan keluar. Arland masih ingat jika ini masih rumah orang, apalagi mengingat mereka haja berdua disini.

Tiba-tiba Alle menarik tangan Arland dan menyerahkan kunci mobil milik sang ibu. "Bawa, lagian jam segini gak ada taksi lagi yang lewat." ujar Alle.

"Lo mau gue jadi babu lo?" kata Arland tiba-tiba.

Alle mengerutkan keningnya. "Ngomong apaan sih lo? Gue masih punya hati ya gak ngebiarin lo jalan ngesot!" balas Alle sewot.

"Kali aja, lo ngelakuin ini karna ada maunya." ujar Arland bergidik kemudian berlalu keluar dari rumah Alle.

Alle langsung menutup pintu utama itu dengan perasaan kesalnya. "Dasar cowok! Udah ditolongin malah nuduh sembarangan!" oceh Alle langsung berjalan menuju kamarnya.

•••

Pagi ini semua murid diharuskan datang cepat guna menyusun meja-meja untuk acara bazar besok nanti. Serta masih banyak dekorasi yang harus dikerjakan saat ini.

Alle dan para anggota osis lainnya tentu yang paling dominan saat ini. Sedari tadi, Alle tidak hentinya bolak-balik mengambil peralatan untuk dekorasi.

"Bella! Bantuin angkat kardusnya!" teriak Alle dari arah lapangan.

"Iya, Kak!"

"Ayo anak-anak, harap kerja samanya! Jangan ada yang malas-malasan!" teriak salah satu guru yang ada diatas papan panggung.

"Woy kambing! Bantuin napa." kata Panji menendang bokong Edo yang malah asik dengan kertas origami bersama beberapa cewek.

Panji berdecak pelan, pantas saja laki-laki itu hilang sejak tadi. Ternyata malah asik sama adik kelas dipinggir lapangan.

"Kak Panji, sini gabung." ajak salah satu adik kelas itu dengan genitnya.

"Ah bacot! Ganggu aja sih lo." kata Edo mengusap bokongnya yang bekas tendangan Panji.

"Ayo sini, Kak!"

"Sori, gak niat ama cabe rawit macem lo pada." ceriwis Panji kemudian menarik kerah baju Edo supaya laki-laki itu mengikutinya.

"Ini stand 5 kok gak ada orang?" kata Alle kala melalui stand anak kelas 11.

"Ada, All! Lagi ambil peralatan dekor!" teriak Angga yang berada diujung lapangan.

Alle pun mengangguk paham. Saat ini tugasnya sudah selesai, jadilah ia yang bertugas mengawasi serta membantu murid-murid yang lainnya.

"Ketos! Nih anak bikin rusuh!" teriak Panji menggelegar. Mata Alle melirik ke arah Panji yang tengah memiting kepala Revan dari stand ujung sana.

Alle menggeleng heran. "Revan! Bantuin kelas lo!" teriak Alle saat sampai di stand Revan.

"Bantuin apan dah?!" teriak Revan sangat ogah beranjak. Karna stand Arland, Panji, dan Varel disini, jadilah ia enggan beranjak.

"Ambilin kardus ogeb! Nangkring mulu disitu!" kini giliran Meli yang meneriaki, gadis yang sekelas dengan Revan itu menggerutu kesal karna Revan sama sekali tidak mau diajak kerjasama.

"Oke!"

"Kak All, kardus buat dekor panggung belum diambil digudang." kata Vina menghampiri Alle yang sibuk membantu murid seangkatannya membuat pita.

"Tobi mana?" ujar Alle menyebutkan nama anggota osis lainnya.

"Lagi bantuin Pak Gio, Kak." jawab Vina.

Alle pun mengangguk paham. "Yaudah, mau taruh dimana nanti?" kata Alle seraya berdiri.

"Belakang panggung, Kak." jawab Vina kemudian kembali ke tempatnya.

Alle pun lantas bergegas menuju gudang yang terletak dibelakang.

Brak!

"Aws! Sialan!"

Suara makian yang berasal dari dalam gudang itu membuat Alle tersentak pelan, dan kemudian melangkah masuk ke dalam gudang.

Dilihatnya seorang cowok yang malam tadi ia tolong memaki-maki sebuah kardus yang sama sekali tidak bersalah.

"Minggir! Bisanya bikin berantakan aja." sungut Alle memunguti kardus-kardus itu.

Arland diam, ia mengumpat dalam hati saat merasakan kakinya yang kembali berdenyut sakit.

Alle celingukan, mencari bahan dekor yang katanya ada digudang. "Liat kardus buat dekor, gak?" mau tak mau Alle harus bertanya.

Arland mengangkat kardus yang sudah ia pegang. "Nih, Tobi nyuruh gue buat ambil tadi." jawab Arland datar kemudian melangkah keluar.

Alle mendengus pelan, jika tau begini lebih baik ia tidak usah kesini saja.

"Gue aja yang bawa," kata Alle mengulurkan tangannya. Karna ia sedikit kasihan pada laki-laki yang masih terlihat babak belur itu.

"Gue aja." kata Arland cuek. Laki-laki itu terus saja berjalan, padahal kakinya sangat sakit saat ini. Belum lagi tangannya yang bekas luka sayat.

"Terserah!" kata Alle kesal kemudian melenggang pergi. Orang mau membantu malah ditolak, yasudah!

Alle pun kembali bergabung dengan yang lainnya. Ia tersenyum saat melihat stand kelas mereka yang sudah sangat cantik.

"Tadaa!! Cantik gak, All?" Safira muncul dengan senyum lebar diwajah gadis itu.

"Cantik banget, thanks ya buat kalian semua. Maaf tadi gak bisa bantu lama." ujar Alle pada teman-teman sekelasnya.

"Santai, Al." sahut Dino tersenyum.

"Foto dulu yuk!" ajak Mika semangat. Alle menggeleng menolak dan membiarkan kedua sahabatnya itu berfoto ria.

Alle kembali berkeliling, melihat para murid yang semuanya nampak sibuk. Sampai suara-suara itu mengalihkan perhatiannya.

"Kak Arland, mau aku bantuin gak?".

"Kak, Kak sama aku aja!"

"Lilo bantuin ya?"

"Aku bisa loh kak, bikin kek gitu?"

Sontak Alle memutar kepalanya. Menatap para gadis yang kini menggerumbungi Arland ingin membantu.

"Khem.. Kalian semua gak ada kerjaan?" ujar Alle seraya melipat tangan didada.

Sontak saja para adik kelas itu menciut. Menatap Alle dengan tatapan takut-takut, dan tanpa menjawab para adik kelas itu langsung berlari bubar.

Alle pun langsung saja berbalik hendak pergi, namun lengannya sudah terlebih dahulu dicekal.

"Karna lo udah ngusir mereka, jadi lo harus bantuin gue." kata Arland datar.

Alle mendengus pelan. "Punya tangan kan? Kerjain sendiri."

"Gue gak bisa!" jawab Arland ngegas.

Alle menghela nafas kasar. Kemudian mendekat. "Ini kertas origami banyak banget, mau bikin apaan sih?" tanya Alle menatap kertas  warna-warni didepannya.

"Tau." jawab Arland cuek. Sial sekali para kawanannya sudah pada kabur, sedangkan dirinya masih terdiam disini.

Alle melirik Arland datar. "Kal--"

"All!" Alle pun sontak menoleh saat Liam memanggilnya.

"Kenapa, Kak?" tanya Alle mendekati Kakak kelasnya itu.

"Bu Niya manggil, lo." ujar Liam nampak berkeringat.

"Yaudah duluan, Kak." kata Alle tersenyum.

Alle pun berbalik dan menatap Arland. "Bikin burung aja, terus lo gantung didepan sini." beritahu Alle.

"Gak bi--".

"Buka youtube." sela Alle sebelum Arland sempat memprotes.

Merasa tidak ada kepentingan lagi, Alle pun sontak berbalik.

"Pulang sama gue."

Alle menoleh.

"Mobil lo masih sama gue, sekalian mau balikin." jelas Arland mengerti ketidakpahaman gadis itu.

"Gue bakalan lama, duluan aja."

"Gue tunggu." kata Arland kemudian berlalu pergi, tanpa mau mendengar jawaban gadis itu.

Ditempat Alle mengerutkan keningnya bingung. "Aneh." gumam Alle.













TBC!!

Sorry lamaa ya, karna libur diperpanjang lagii maka tugas akan jalan terus dan waktu aku buat ketik akan susah nantinya, tapi aku usahain kok agar tetap bisa ngetik disela-sela tugas😊

Banyak bacot ya😂yaudah deh pokoknya Vomentnya jangan sampai lupa😙

Salam hangat dari si tukang halu😙🌹

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

4.2M 252K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
274K 33.1K 29
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
6.3M 143K 40
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
2.2M 130K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...